Suku Nenets

suku bangsa Samoyed di Siberia, utamanya menghuni Semenanjung Yamal dan Krai Krasnoyarsk

Suku Nenets (Nenets: ненэй ненэче, nenəj nenəče, Rusia: ненцы, nentsy), juga disebut Samoyed adalah suku bangsa asli wilayah Arktik Rusia. Sensus 2010 menunjukkan ada 44.000 Nenets di Federasi Rusia yang sebagian besar tinggal di Yamalia dan Okrug Otonom Nenets. Mereka berbicara bahasa Nenets.

Suku Nenets
Ненэй ненэче
Nenets tahun 1913
Jumlah populasi
44,857 (Sensus 2010)
Daerah dengan populasi signifikan
Rusia
 Rusia44,640[1]
 Ukraina217[2]
Bahasa
Nenets, Rusia, Komi
Agama
Syamanisme, Kristen Ortodoks
Kelompok etnik terkait
Enets, Nganasan, Selkup
Anak suku Nenets

Arti harfiah Samoyed adalah "memakan tubuh sendiri". Oleh karena arti yang dianggap merendahkan, istilah tersebut tak banyak digunakan sejak abad ke-20. Dan mulai digunakan istilah Nenets yang artinya manusia.

Istilah Samoyed digunakan dalam dokumen-dokumen Rusia merujuk pada semua suku pribumi utara Rusia yang menuturkan bahasa yang saling berkaitan: Nenets, Selkup, Nganasan, Enets. Sekarang, istilah Samoyedik juga dipakai merujuk pada kelompok suku-suku tersebut (penutur bahasa Samoyedik).

Sejarah

sunting

Ada dua kelompok berbeda Nenets: Nenets Tundra (tinggal di utara) dan Khandeyar atau Nenets Hutan. Ada pula kelompok ketiga yang disebut Yaran yang merupakan hasil perkawinan antar-etnis dengan orang Komi.

Bahasa Samoyedik merupakan cabang dari keluarga bahasa Uralic. Mereka bermigrasi dari Siberia ke wilayah yang kini menjadi Rusia pada abad ke-12.

Mereka tinggal di antara semenanjung Kanin dan Taymyr, di sekitar sungai Ob dan Yenisei, dengan hanya sedikit dari mereka yang menetap permanen. Mata pencaharian utama mereka adalah berburu dan menggembalakan rusa kutub. Menggunakan rusa sebagai hewan kendaraan memungkinkan mereka menempuh jarak yang sangat jauh. Penggembalaan rusa berskala besar muncul pada abad ke-18. Mereka membesarkan anjing Samoyed untuk membantu menggiring rusa mereka dan menarik kereta luncur mereka, dan penjelajah Eropa kemudian menggunakan anjing-anjing ini untuk ekspedisi kutub, karena mereka beradaptasi dengan baik dengan kondisi Arktik. Selain daging rusa, ikan adalah komponen utama dalam makanan Nenets. Perumahan nenets berbentuk kerucut yurt (mya).

Mereka memiliki sistem kepercayaan perdukunan dan animisme yang menekankan penghormatan terhadap Bumi dan sumber dayanya. Mereka memiliki struktur sosial berbasis klan. Dukun Nenets disebut Tadibya.

Setelah Revolusi Rusia, budaya mereka terancam karena kebijakan kolektivisasi Soviet. Pemerintah Uni Soviet memaksa para nomaden Samoyed untuk menetap secara permanen. Mereka dipaksa untuk menetap di desa-desa dan anak-anak mereka dididik di sekolah asrama milik negara, yang mengakibatkan terkikisnya identitas budaya mereka. Banyak orang, terutama di Okrug Otonom Nenets kehilangan bahasa ibu mereka dan terasimilasi. Sejak 1930-an, beberapa Nenets mengekspresikan diri mereka melalui media budaya. Misalnya, Tyko Vylka dan Konstantin Pankov yang menjadi pelukis terkenal. Anna Nerkagi yang menjadi penulis. Hingga Yuri Vella, seorang penggembala rusa yang menjadi penulis pertama dalam bahasa Nenets Hutan.

Lingkungan Hidup

sunting

Kerusakan lingkungan pada tanah leluhur Nenets sangat signifikan karena industrialisasi, kolonisasi, dan perubahan iklim.[3] Ekspansi tambang minyak dan gas menyebabkan padang rumput tempat menggembalakan rusa menyusut. Efek pemanasan global dan perubahan iklim pada penggembala rusa Nenets nomaden membuat tanah yang harus mereka lintasi untuk mengikuti pola migrasi hanya dapat diakses selama musim dingin.[4] Musim semi yang tiba lebih awal dengan pembekuan yang tertunda, memengaruhi kemampuan rusa kutub dan penggembala untuk melintasi tundra beku.[5] Leonid Zubov yang tinggal di Arkhangelsk telah mendokumentasikan bagaimana ini menyulitkan akses orang-orang Nenets ke fasilitas medis, menyebabkan mereka menunggu sampai musim salju berikutnya untuk mendapatkan perawatan medis.[6]

Suku Nenets dan rusa peliharaan mereka juga terancam terkena antraks. Permafrost yang mencair karena menghangatnya suhu membuat bangkai binatang menyeruak ke permukaan tanah dan berpotensi menularkan penyakit. Bangkai binatang tersebut mati pada wabah antraks tahun 1940-an.[7]

Referensi

sunting
  1. ^ "Информационные материалы об окончательных итогах Всероссийской переписи населения 2010 года". gks.ru. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-12-26. Diakses tanggal 18 May 2015. 
  2. ^ [1] (Ukrainian)
  3. ^ Forbes, Bruce C. (1999). "Land use and climate change on the Yamal Peninsula of north-west Siberia: some ecological and socio-economic implications". Polar Research. 18 (2): 367–373. doi:10.1111/j.1751-8369.1999.tb00316.x. 
  4. ^ Davydov, Alexander N.; Mikhailova, Galina V. (2011). "Climate change and consequences in the Arctic: perception of climate change by the Nenets people of Vaigach Island". Global Health Action. 4. doi:10.3402/gha.v4i0.8436. PMC 3217310 . PMID 22091216. 
  5. ^ "The Nenets of Siberia". Survival International. Survival International. Diakses tanggal 23 November 2015. 
  6. ^ Berg-Nordlie, Mikkel: Upcoming Deluge or False Prophecy? Climate Change Debates in the Russian North Diarsipkan 2011-04-30 di Wayback Machine. The NIBR International Blog, 16.06.2011
  7. ^ "Kisah Suku Nenet yang Hidup di Tepi Dunia dan Terancam Perubahan Iklim".