Suku Lepki

suku bangsa di Indonesia

Suku Lepki adalah sebuah kelompok etnis yang mendiami wilayah Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan. Wilayah yang didiami suku ini termasuk kedalam wilayah adat Okmekmin. Suku ini juga mempunyai keunikan, yakni sebuah salam khas yang disebut Yelako.

Pada umumnya, berdasarkan acuan dari buku maupun jurnal tercatat bahwa wilayah Pegunungan Bintang didiami oleh tujuh suku, yakni suku Lepki, Ngalum, Ketengban, Murop, Kimki, Arintap, dan Yetfa. Dari tujuh suku asli di Pegunungan Bintang, suku Lepki memiliki jumlah penduduk aslinya kurang dari 500 jiwa.[1]

Etimologi sunting

Masyarakat asli suku Lepki adalah masyarakat yang mayoritas bertempat tinggal di pinggiran aliran sungai. Sungai yang mereka tinggal bernama sungai Armasi yang mempunyai arti "sungai yang mengalir jauh ke arah utara" sungai tersebut mengalir dari arah wilayah Okmay (suku Ketengban) hingga bermuara di sungai Mamberamo. Karena bertempat tinggal dekat dengan sungai Armasi maka orang Lepki menyebut diri mereka adalah "orang Armasi". Sedangkan nama Lepki sendiri berasal dari bahasa lokal penduduk setempat yang artinya adalah "sudah dihati" dimana masyarakat setempat merasa aman, nyaman, damai, sukacita, dan sejahtera dengan adanya sumber air yang mengalir memberikan kehidupan kepada mereka.

Bahasa sunting

Menurut legenda setempat, suku Lepki diberikan bahasa oleh "Ait Aba Kibitrum" atau Sang Maha Pencipta. Ait Aba Kibitrum memberikan bahasa Rani kepada suku Lepki dan bahasa Rani biasa digunakan oleh masyarakat setempat untuk berkomunikasi. Namun, dalam aktivitas keseharian masyarakat suku Lepki, penggunaan bahasa Rani tidak digunakan seutuhnya karena masyarakat yang tempat tinggalnya berdekatan dengan suku yang lain sering menggunakan dua bahasa. Contohnya, seperti masyarakat suku Lepki yang tempat tinggalnya dekat dengan masyarakat Okmay/Ketengban, mereka sering menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Rani dan bahasa Ketengban.

Dalam pengucapan bahasa Rani terdapat dua dialek/aksen yang terbagi antara dua wilayah, yakni wilayah yang terdiri dari Luban, Wei, dan Yuaban dan wilayahnya terdiri dari Aboy, Murme, dan Teiraplu. Dialek dari wilayah yang pertama lebih dominan menggunakan huruf [R], sedangkan untuk wilayah kedua dominan menggunakan huruf [L].

Distribusi geografis sunting

Mengutip langsung dari buku Budaya Dan Sejarah Peradaban Suku Lepki yang ditulis oleh Melkior N.N. Sitokdana & Nukaipra (2018), menjelaskan bahwa keberadaan suku ini tepat di bagian utara Kabupaten Pegunungan Bintang. Jika ditinjau dari peta otoritas suku-suku di Kabupaten Pegunungan Bintang, maka letak suku Lepki berbatasan dengan beberapa suku lainnya. Seperti di wilayah timur suku Lepki berbatasan dengan suku Kimki dan Ngalum, wilayah barat berbatasan dengan suku Ketengban, wilayah selatan berbatasan dengan suku Ngalum dan Ketengban, ke wilayah utara berbatasan dengan suku Yetfa. Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Pegunungan Bintang, luas wilayah otoritas suku Lepki (Aboy-Teiraplu) adalah 2.523 Km² atau setara dengan 8,45% luas wilayah Pegunungan Bintang. Jarak antara wilayah otoritas suku Lepki ke Oksibil, ibu kota kabupaten Pegunungan Bintang adalah dari Aboy 231 km dan dari Teiraplu 347 km (Sitokdana dan Nukaipra).

Referensi sunting