Suku Kimmeri (bahasa Yunani: Κιμμέριοι, Kimmerioi) adalah suku India-Eropa kuno yang tinggal di sebelah utara Kaukasus dan Laut Azov hingga mereka terusir ke selatan oleh bangsa Skythia menuju Anatolia pada abad ke-8 SM. Secara linguistik, mereka biasanya dianggap lebih sebagai suku bangsa Thrakia atau sebagai orang Iran, atau setidaknya memiliki kelas penguasa Iran.

Invasi Kimmeri terhadap Kolkhis, Urartu dan Assyria 715-713 SM

Setelah eksodus mereka dari stepa Pontus, suku Kimmeri kemungkinan menggempur Urartu (Armenia) sekitar 714 SM, tetapi setelah dihalau oleh Sargon II dari Assyria, mereka berbalik menuju Anatolia dan pada 696-695 SM menaklukan Phrygia. Pada 652 SM, setelah merebut Sardis, ibu kota Lydia, mereka mencapai puncak kejayaannya. Kemunduran mereka terjadi dengan cepat, dan kekalahan terakhir mereka terjadi antara 637 atau 626 SM, ketika mereka dikalahkan oleh Alyattes dari Lydia. Setelah itu, mereka tak disebutkan lagi dalam sumber-sumber sejarah namun kemungkinan menetap di Kappadokia.[1]

Sejarah

sunting

Asal usul

sunting

Asal usul suku Kimmeri tidak jelas. Mereka biasanya diduga memiliki kaitan entah dengan kelompok penutur bahasa Iran atau bahasa Thrakia, atau setidaknya pernah dipimpin oleh elite Iran.[2] [3]

Menurut sejarawan Yunani, Herodotos, dari abad ke-5 SM, suku Kimmeri menempati daerah di sebelah utara Kaukasus dan Laut Hitam pada abad ke-8 dan ke-7 SM, di tempat yang kini menjadi Ukraina dan Rusia. Sementara arkeolog Renate Rolle dan beberapa arkeolog lainnya berpendapat bahwa tidak ada bukti arkeologis mengenai keberadaan suku Kimmeri di bagian selatan Rusia.[4]

Kemunculan

sunting
Berkas:Speculative Cimmerians.jpg
Tentara kimmeri

Catatan sejarah tertua mengenai suku Kimmeri terdapat dalam tawarikh Assyria pada tahun 714 SM. Catatan tersebut menggambarkan bahwa sekelompok orang yang disebut Gimirri membantu pasukan Sargon II untuk mengalahan Kerajaan Urartu. Tanah air mereka, disebut Gamir atau Uishdish, tampaknya terletak di negara penyangga Mannai. Geografer dari masa selanjutnya Ptolemaios menyebutkan bahwa kota Kimmeri, yaitu Gomara, terletak di daerah tersebut. Setelah penaklukan mereka atas Kolkhis dan Iberia pada milenium pertama SM, suku Kimmeri juga menjadi dikenal sebagai Gimirri dalam bahasa Georgia. Menurut para sejarawan Georgia,[5] suku Kimmeri memainkan peranan penting dalam perkembangan kebudayaan Kolkhis dan Iberia. Kata pahlawan dalam bahasa Georgia modern, გმირი, gmiri, berasal dari kata Gimirri, yang merujuk kepada suku Kimmeri yang menetap di daerah tersebut setelah penaklukan awal mereka.

Beberapa sejarawan modern berpendapat bahwa suku Kimmeri meliputi para tentara bayaran, yang oleh bangsa Asyria dikenal sebagai Khumri, yang dtempatkan ulang di sana oleh Sargon. Catatan Yunani dari masa selanjutnya menggambarkan suku Kimmeri dulunya tinggal di stepa-stepa, di antara sungai Tyras (Dniester) dan Tanais (Don). Sumber Yunani dan Mesopotamia mencantumkan beberapa raja Kimmeri termasuk Tugdamme (Lygdamis dalam bahasa Yunani; pertengahan abad ke-7 SM), dan Sandakhshatra (akhir abad ke-7 SM).

Satu bangsa "mitos" yang disebut Kimmeri juga disebutkan dalam Buku 11 dan 14 dalam Odysseya karya Homeros. Mereka digambarkan tinggal di seberang Okeanos, di negeri katak dan kegelapan di ujung dunia dan di pintu masuk Hades (Dunia Bawah). Sangat mungkin bahwa mereka tidak terkait dengan suku Kimmeri di Laut Hitam.[6]

Berdasarkan Historia karya herodotos (Sek. 440 SM), suku Kimmeri terusir dari stepa oleh bangsa Skythia. Untuk memastikan dimakamkan di tanah leluhur mereka, para lelaki dari keluarga kerajaan Kimmeri dibagi-bagi menjadi sejumlah kelompok dan saling bertarung sampai mati. Sementara rakyat jelata Kimmeri melakukan pemakaman di sepanjang sungai Tyras dan melarikan diri dari kedatangan bangsa Skythia, menyeberangi Kaukasus dan menuju Anatolia.[7]

Bangsa Assyria mencatat migrasi suku Kimmeri, ketika bekas raja Sargon II terbunuh dalam pertempuran melawan suku Kimmeri pada 705 SM. Suku Kimmeri selanjutnya tercatat menaklukan Phrygia pada 696-695 SM, memaksa raja Phrygia Midas untuk meminum racun daripada ditangkap. Pada 679 SM, pada masa pemerintahan Esarhaddon dari Assyria, suku Kimmeri menyerang Kilikia dan Tabal di bawah pemimpin baru mereka, Teushpa. Esarhaddon mengalahkan suku Kimmeri di dekat Hubushna.

Pada 654 SM atau 652 SM, suku Kimmeri menyerang Kerajaan Lydia, membunuh raja Gyges dan menghancurkan ibu kota Lydia, Sardis. Mereka kembali sepuluh tahun kemudian ketika Lydia dipimpin oleh putra Gyges, yaitu Ardys II; kali ini mereka menaklukan kota, terkecuali citadelnya. Kejatuhan Sardis merupakan guncangan besar bagi kota-kota lain di daerah tersebut. Penyair Yunani Kallinos dan Arkhilokhos menuliskan bahwa muncul ketakutan di koloni-koloni Yunani di Ionia, yang beberapa di antaranya diserbu oleh suku Kimmeri dan Treres.

Pendudukan Kimmeri atas Lydia berlangsung singkat, kemungkinan karena adanya wabah. Antara tahun 637 dan 626 SM, mereka dikalahkan dan diusir oleh Alyattes II dari Lydia. Kekalahan ini secara efektif menandai akhir masa kekuasaan Kimmeri. istilah Gimirri digunakan sekitar satu abad kemudian dalam prasasti Behistun (sek. 515 SM) sebagai padanan Babilonia untuk bangsa Saka Persia (bangsa Skythia). Suku Kimmeri sendiri menghilang dari catatan sejarah Asia barat, dan nasib mereka tak diketahui. Diduga bahwa mereka menetap di Kappadokia, yang dalam bahasa Armenia dikenal sebagai Գամիրք, Gamir-kʿ (nama yang sama dengan tanah air asli suku Kimmeri di Mannai).

Kekerabatan

sunting

Herodotus menganggap bahwa suku Kimmeri dan suku Thrakia amat berkerabat. Ia menulis bahwa kedua suku ini pada awalnya menghuni pesisir utara Laut Hitam, dan keduanya terusir pada 700 SM, oleh para penyerbu dari timur. Suku Kimmeri pergi dari tanah air mereka menuju barat dan utara melintasi Kaukasus, sedangkan suku Thrakia bermigrasi ke barat daya menuju Balkan, di mana mereka kemudian mendirikan kebudayaan yang maju dan panjang. Suku Tauri, penghuni awal di Crimea, terkadang dianggap berkerabat dengan suku Kimmeri dan kemudian dengan suku Taurisci.

Para sejarawan pramodern menyebut bahwa beberapa keturunan suku Kimmeri adalah suku Kelt dan suku Jermanik, berdasarkan kemiripan antara nama Kimmerii dengan nama suku Kimbri atau Cymry. Meskipun demikian, kemungkinannya kecil bahwa bahasa Proto-Kelt atau bahasa Proto-Jermanik memasuki Eropa barat hingga akhir abad ke-7 SM: kemunculannya biasanya dikaitkan dengan kebudayaan Urnfield dan kebudayaan Zaman Perunggu Nordik. Akan tetapi, adalah mungkin jika sejumlah kecil populasi "Thrakia-Kimmeri" bermigrasi pada abad ke-8 SM dan memicu transformasi yang menyebabkan perubahan kebudayaan Urnfield menjadi kebudayaan Hallstatt, yang ikut menyebabkan Zaman Besi Eropa. Sisa-sia kelompok Kimmeri di kemudian hari kemungkinan menyebar hingga sejauh Negara-Negara Nordik dan Sungai Rhine. Salah satu contohnya adalah suku Kimbri, yang dianggap sebagai suku Jermanik yang berasal dari wilayah Himmerland (bahasa Denmark Lama Himber sysæl) di Denmark utara.[8]

Referensi

sunting
  1. ^ "Cimmerian (people)". Encylopedia Britannica. Diakses tanggal 8 September 2012. 
  2. ^ J.Harmatta: "Scythians" UNESCO Collection of History of Humanity: Volume III: From the Seventh Century BC to the Seventh Century AD, Routledge/UNESCO. 1996, hlm. 182
  3. ^ "Cimmerian", 'Encyclopædia Britannica, 2006, Diakses pada 30 Agustus 2006.
  4. ^ Renate Rolle, "Urartu und die Reiternomaden", in: Saeculum 28, 1977, S. 291-339
  5. ^ Berdzenishvili, N., Dondua V., Dumbadze, M., Melikishvili G., Meskhia, Sh., Ratiani, P., History of Georgia (Vol. 1), Tbilisi, 1958, hlm. 34-36
  6. ^ "Cimmerians" (Κιμμέριοι), Henry Liddell & Robert Scott, Perseus, Tufts University
  7. ^ Herodotos, Historia, Buku 4, bagian 11-12.
  8. ^ Jones, Gwyn. A History of the Vikings, London: Oxford University Press, 2001

Pranala luar

sunting