Solo Baru

kawasan bisnis di Indonesia

Solo Baru atau Kawasan Niaga Solo Baru adalah kawasan bisnis di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah yang terdiri dari gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, tempat hiburan, hotel dan pemukiman modern.[1]

Solo Baru
Kawasan Niaga Solo Baru
Indonesia Indonesia
KecamatanGrogol
KabupatenSukoharjo
ProvinsiJawa Tengah
Dinamai berdasarkanSolo
Luas
 • Total30 km2 (10 sq mi)
Bahasa
 • ResmiIndonesia
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)

Solo Baru sendiri masuk di wilayah Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo.[1] Kawasan ini mencakup lima desa yaitu Madegondo, Kwarasan, Langenharjo, Grogol, dan Gedangan. Solo Baru merupakan daerah yang cukup strategis karena berbatasan langsung dengan Kota Surakarta dan juga dilalui oleh akses jalan penghubung yang mudah ke daerah di sekitarnya seperti ke Surakarta, Kartasura, Boyolali, Klaten, Karanganyar, dan ke arah Yogyakarta.

Sejarah sunting

Awal mula sunting

Sekitar tahun 1990, sebuah perusahaan bernama PT Pondok Solo Permai (PSP) mempunyai gagasan untuk membangun suatu kota mandiri. Pada awalnya, ide ini hanya bertujuan untuk mendirikan pemukiman saja dengan area seluas sekitar 200 hektar. Ketika muncul pertama kali, buah pikiran dari PSP ini sempat menimbulkan pertentangan pendapat.[2][3]

Banyak kalangan yang menyebutkan bahwa gagasan tersebut sangat aneh bahkan gila. Meski demikian PSP tetap berpegang pada pendiriannya. Alasannya, ketersediaan lahan di Kota Surakarta makin terbatas.[2][3]

Sedangkan kawasan yang paling memungkin untuk dikembangkan adalah Solo Baru yang saat itu masih bernama Desa Madegondo yang berada Kecamatan Grogol. Sebelum menggunakan nama 'Solo Baru', ada beberapa nama alternatif yang menjadi pilihan.[2][3]

Di antaranya Grogol Indah, Grogol Permai, Sukoharjo Permai hingga Sukoharjo Indah karena letaknya memang berada di Kabupaten Sukoharjo. Kemudian saat diputuskan bahwa nama yang digunakan adalah 'Solo Baru' banyak pihak yang menentang. Karena dianggap ingin menyaingi keberadaan Kota Solo.[2][3]

Menjadi kawasan bisnis sunting

Saat pertama kali berdiri, Solo Baru memang berhasil menjadi kawasan pemukiman. Tapi ketergantungan penghuninya terhadap Kota Solo masih sangat tinggi. Terlebih mengingat lokasinya yang saling berdekatan. Pada masa tersebut warga Solo Baru harus bolak-balik ke Solo untuk bekerja dan memenuhi kebutuhan yang lain.[2][3]

Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, banyak investor yang mulai tertarik dan ingin membuka usaha di Solo Baru. Apalagi setelah pemukiman ini memiliki banyak sekali fasilitas umum seperti sarana pendidikan, kesehatan atau rumah sakit, pusat perbelanjaan dan lain sebagainya.[2][3]

Sarana berikutnya mulai dari pertokoan, pusat olahraga hingga wisata juga ikut berdiri dengan total investasi mencapai angka triliunan rupiah. Dampaknya, Solo Baru kian berkembang menjadi wilayah urban yang berfungsi sebagai tempat pemukiman, perkotaan dan pemusatan kegiatan ekonomi serta penanaman modal di kawasan ini juga bertambah banyak.[2][3]

Melihat perkembangan pesat ini, kemudian Pemerintah Kabupaten Sukoharjo menjadi lebih giat membangun sarana lain terutama akses jalan yang merupakan sarana utama transportasi. Tujuannya untuk meningkatkan nilai investasi di Solo Baru.[2][3]

Pada akhirnya Solo Baru berkembang menjadi kota yang benar-benar baru. Daerah ini sekarang sudah tidak lagi hanya sekedar kawasan pemukiman saja melainkan kawasan yang menonjolkan kegiatan bisnisnya.[2][3]

Ekonomi sunting

Perkembangan kegiatan ekonomi perkotaan di Solo Baru cukup pesat dan beragam, terlihat dari besarnya tingkat pendapatan daerah regional bruto Kecamatan Grogol yang selalu meningkat setiap tahunnya. Dalam kurun waktu tahun 2002 hingga tahun 2011, terdapat 3 jenis kegiatan ekonomi yang dominan berkembang di kawasan Solo Baru yaitu industri pengolahan, perdagangan dan jasa.

Transportasi sunting

Berilut ini adalah daftar layanan transportasi umum yang melayani kawasan Solo Baru.

Jalur bus sunting

Batik Solo Trans sunting

  • Koridor  K6S  melayani rute:
    • Terminal Tirtonadi – Solo Baru[4]

Trans Jateng sunting

  • Koridor 7 (S2) melayani rute:
    • Terminal Tirtonadi – Terminal Sukoharjo[5]

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ a b "Solo dan Solo Baru Apa Bedanya?". surakarta.go.id. 12 Juli 2022. Diakses tanggal 16 Juli 2023. 
  2. ^ a b c d e f g h i Meidinata, Nugroho (9 November 2021). "Asal Usul dan Sejarah Solo Baru yang Berawal Anggapan Ide Gila". solopos.com. Diakses tanggal 16 Juli 2023. 
  3. ^ a b c d e f g h i "Solo Baru, Dari Belantara Desa Jadi Kota Mandiri Terbesar di Surakarta". hartonotradecenter.com. Diakses tanggal 16 Juli 2023. 
  4. ^ "Tarif dan Rute Bus Batik Solo Trans (BST)". surakarta.go.id. 18 April 2023. Diakses tanggal 16 Juli 2023. 
  5. ^ "Mengaspal Agustus 2023, Trans Jateng Rute Solo-Wonogiri Gandeng Operator Lokal". jatengprov.go.id. 19 Mei 2023. Diakses tanggal 16 Juli 2023.