Sjamsuridjal
Syamsuridjal (11 Oktober 1903 – 29 Desember 1964) kadang ditulis Syamsurizal, adalah politikus Indonesia yang menjabat Wali Kota Jakarta periode 1951–1953, Wali Kota Surakarta 1946–1949, dan Wali Kota Bandung 1945–1946.[2][3][4]
Sjamsuridjal | |
---|---|
Wali Kota Jakarta Raya ke-2 | |
Masa jabatan 29 Juni 1951 – 9 November 1953 | |
Wali Kota Surakarta ke-3 | |
Masa jabatan 14 November 1946 – 13 Januari 1949 | |
Pengganti Soedjatmo Soemowerdojo | |
Wali Kota Bandung ke-7 | |
Masa jabatan 1945–1946 | |
Pendahulu R.A. Atmadinata | |
Informasi pribadi | |
Lahir | [1] Karanganyar, Kebumen, Keresidenan Kedu, Hindia Belanda | 11 Oktober 1903
Meninggal | 29 Desember 1964 Surabaya, Jawa Timur, Indonesia | (umur 61)
Kebangsaan | Indonesia |
Partai politik | Partai Masyumi |
Sunting kotak info • L • B |
Karier awal
suntingSelama menjadi mahasiswa, Sjamsuridjal aktif dalam organisasi mahasiswa Jong Java, dan menjadi ketua umum dalam kongres tahunan 1924. Dalam kongres tersebut, Sjamsuridjal mengajukan usulan ajaran Islam untuk anggota organisasi yang bersedia, yang ditembak jatuh setelah perdebatan sengit dan pemungutan suara. Karena itu, Sjamsuridjal mendatangi Agus Salim dan mendirikan Jong Islamieten Bond.[5]
Menjadi Gubernur Jakarta
suntingSebelum menjadi Wali Kota Jakarta Raya, Sjamsuridjal menjabat Wali Kota Solo dan sebelumnya Wali Kota Bandung.[6] Pada masa awal pemerintahannya, dimulai dibangun stadion nasional IKADA (Ikatan Atletik Djakarta) yang dimulai pada 18 Juli 1950 untuk keperluan Pekan Olahraga Nasional ke-2 (PON II) yang dilaksanakan pada Oktober 1951.[4] Kebijakan yang cukup terkenal pada masa kepemimpinannya adalah mengenai masalah listrik. Walau begitu, ia juga memberi prioritas pada masalah air minum, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan kebijakan atas tanah. Guna mengatasi masalah listrik yang sering padam, Sjamsuridjal membangun pembangkit listrik di Ancol. Adapun untuk meningkatkan penyediaan air minum, dia membangun penyaringan air di Karet, penambahan pipa, peningkatan suplai air dari Bogor. Di bawah pemerintahan Sjamsuridjal, bidang pendidikan juga mendapat perhatian. Ia mendukung pengembangan Universitas Indonesia.[2]
Referensi
sunting- ^ "JAKARTA, 1945 hingga kini". KOMPAS.
- ^ a b Golden, Daan Van (Januari 2001). Jakarta Batavia: Socio-Cultural Essays (Verhandelingen Van Het Koninklijk Instituut Voor Taal-, Land- En Volkenkunde). Leiden: Koninklijk Institute of Linguistic vor Taal-, Land- en Volkenkunde. ISBN 9789067181396.
- ^ M., Zaenuddin H. (2013). Banjir Jakarta: dari zaman Jenderal J.P. Coen (1621) sampai Gubernur Jokowi (2013). Jakarta: Change Publisher. ISBN 6021781511.
- ^ a b Sedyawati, Edi; Rahardjo, Supratnikno; Johan, Irmawati Marwoto; Manilet, G.A. (1987). Sejarah Kota Jakarta 1950-1980. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
- ^ Setiadi, Purwanto; et al. AGUS SALIM: Truth and Nationalism (dalam bahasa Inggris). Tempo Publishing. hlm. 22–23.
- ^ Soetanto, Himawan (2006). Yogyakarta: Jendral Spoor (Operatie Kraai) versus Jendral Sudirman (Perintah Siasat no. 1). Gramedia Pustaka Utama. hlm. 150. ISBN 9792221786.