Serangan pernikahan Sarajevo 1992

Penembakan yang mengawali perang terbesar di Eropa sejak PD II

Sekitar pukul 14.30 pada hari Ahad, 1 Maret 1992, upacara pernikahan etnis Serb Bosnia di Sarajevo, tepatnya di distrik Baščaršija diserang, menewaskan ayah pengantin pria, Nikola Gardović, dan melukai seorang pendeta Gereja Ortodoks Serbia. Serangan itu terjadi pada hari terakhir referendum kemerdekaan Bosnia dan Herzegovina dari Republik Federal Sosialis Yugoslavia, pada tahap awal Pembubaran Yugoslavia dan Perang Yugoslavia.

Serangan pernikahan Sarajevo
LokasiSarajevo, RS Bosnia dan Herzegovina, Republik Federal Sosialis Yugoslavia
Tanggal1 Maret 1992
14:30  (Waktu Eropa Tengah)
Jenis serangan
Penembakan
Korban tewas
1 (Nikola Gardović)
Korban luka
1 (Radenko Mirović)
DituduhRamiz Delalić

Setelah peristiwa penembakan itu, para tentara tidak tetap Partai Demokratik Serbia (SDS) mendirikan barikade dan penghalang jalan di Sarajevo, menuduh Partai Aksi Demokrat Muslim Bosnia (SDA) bertanggung jawab di balik serangan itu. SDS menuntut agar wilayah Bosnia dan Herzegovina yang dihuni etnis Serbia dipatroli oleh orang Serbia, dan bukan oleh petugas polisi dari etnis lain, dan juga menyerukan agar pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa dikerahkan ke negara itu. Pada 3 Maret, SDS setuju untuk membongkar barikade yang telah didirikannya. Majelis Rakyat Bosnia dan Herzegovina yang anggotanya didominasi Muslim Bosniak mendeklarasikan kemerdekaan negara itu pada hari yang sama.

Gardović sering dianggap sebagai korban pertama Perang Bosnia. Ramiz Delalić, seorang penjahat yang diduga dilindungi oleh SDA, dengan cepat diidentifikasi sebagai tersangka, tetapi otoritas Bosnia tidak berusaha keras untuk meringkusnya segera setelah penembakan tersebut. Selama perang, Delalić memimpin milisi yang kerap menganiaya warga sipil Serbia di ibu kota Sarajevo. Dia kemudian mengaku melakukan serangan itu dalam sebuah wawancara di televisi. Pada tahun 2004, Delalić didakwa dengan tuduhan pembunuhan tingkat pertama sehubungan dengan kematian Gardović, tetapi ditembak dan dibunuh pada tahun 2007, sebelum proses persidangannya selesai. Di Federasi Bosnia dan Herzegovina, entitas semi-otonom Bosniak – Kroasia di negara itu, 1 Maret dirayakan sebagai Hari Kemerdekaan. Hari libur tersebut tidak dirayakan di entitas semi-otonom Serbia Republika Srpska dan kebanyakan orang Serbia Bosnia mengaitkan tanggal tersebut dengan peristiwa serangan bukannya hari kemerdekaan. Rekonstruksi fiksi peristiwa penembakan itu ditampilkan dalam film perang buatan Inggris tahun 1998 yang bertajuk Welcome to Sarajevo.

Latar Belakang sunting

Menyusul kematian pendiri dan pemimpinnya Josip Broz Tito pada tahun 1980, negara sosialis multi-etnis Yugoslavia memasuki periode stagnasi dan krisis ekonomi yang berkepanjangan. Keadaan ekonomi negara yang lesu mengakibatkan peningkatan sentimen dan ketegangan etnis yang makin diperburuk oleh jatuhnya pemerintahan komunis di Eropa Timur pada tahun 1989.[1] Tahun berikutnya, Liga Komunis Yugoslavia mengizinkan pemilihan umum multipartai untuk diadakan secara nasional. Di Bosnia dan Herzegovina, partai politik sebagian besar didirikan berdasarkan perbedaan etnis. Muslim Bosnia mendirikan Partai Aksi Demokrat (SDA) untuk mewakili kepentingan mereka, etnis Serb Bosnia mendirikan Partai Demokratik Serbia (SDS) dan Kroat Bosnia mendirikan Uni Demokratik Kroasia Bosnia dan Herzegovina (HDZ BiH). Ketiga partai tersebut masing-masing dipimpin oleh Alija Izetbegović, Radovan Karadžić dan Stjepan Kljuić. Bosnia dan Herzegovina mengadakan pemilihan demokratis pertamanya pada 18 November 1990. Pemungutan suara dimenangkan oleh partai-partai berhaluan nasionalis etnik seperti SDA, SDS dan HDZ BiH. Partai sosialis tanpa afiliasi etnis, terutama Liga Komunis Bosnia dan Herzegovina, gagal meraih suara yang signifikan.[2]

SDA dan HDZ BiH, mewakili aspirasi sebagian besar Muslim Bosnia dan Kroat Bosnia, menginginkan kemerdekaan Bosnia dan Herzegovina dari Yugoslavia, suatu langkah yang ditentang oleh SDS dan sebagian besar warga Serb Bosnia.[3] Pada tanggal 25 Juni, pemerintah Slovenia dan Kroasia menyatakan kemerdekaan dari Yugoslavia, yang menyebabkan pecahnya Perang Sepuluh Hari dan Perang Kemerdekaan Kroasia, konflik bersenjata pertama yang kemudian dikenal sebagai Perang Yugoslavia.[4] Sesuai dengan Rencana RAM yang dibuat oleh Tentara Rakyat Yugoslavia (JNA) pada awal tahun 1990, Administrasi Keamanan Negara Yugoslavia mulai membagi-bagikan senjata kepada penduduk Serbia Bosnia, memicu terbentuknya milisi dan sayap paramiliter Serbia Bosnia di seluruh penjuru Bosnia dan Herzegovina pada akhir tahun 1991.[5] Pada November 1991, SDS menyelenggarakan pemungutan suara yang diboikot oleh Muslim Bosnia dan Kroat Bosnia, di mana sebagian besar etnis Serbia Bosnia memilih untuk tetap menjadi bagian dari Yugoslavia.[6][a] Bulan berikutnya, komisi arbitrase yang dibentuk oleh Masyarakat Ekonomi Eropa (EEC) menyatakan bahwa referendum kemerdekaan nasional yang mengikat secara hukum akan menjadi prasyarat untuk pengakuan kemerdekaan Bosnia dan Herzegovina.[3] Referendum kemerdekaan dijadwalkan akan diadakan mulai 29 Februari hingga 1 Maret.[8] SDS menolak referendum itu dan menuduhnya tindakan inkonstitusional. Akibat desakan partai, sebagian besar orang Serbia Bosnia memboikotnya.[9] Pada tanggal 9 Januari 1992, SDS mengumumkan pembentukan Republik Serbia di Bosnia dan Herzegovina, sebuah entitas otonom yang akan berkuasa di semua kotamadya di mana lebih dari 50 persen pemilih memilih untuk tetap menjadi bagian dari Yugoslavia.[10]

Seperti kebanyakan kota di Bosnia dan Herzegovina, ibu kota Sarajevo dihuni oleh beragam suku bangsa dan agama. Menurut sensus penduduk Yugoslavia tahun 1991, kota itu didiami oleh 525.980 penduduk, 49,3 persen di antaranya teridentifikasi sebagai Muslim Bosniak, 29,9 persen di antaranya beretnis Serbia, 10,7 persen di antaranya menyatakan diri sebagai etnis Yugoslav dan 6,6 persen di antaranya mengaku sebagai orang Kroasia.[11]

Serangan sunting

 
Gereja Malaikat Agung Mikhael dan Gabriel di Sarajevo

Pada hari Minggu, 1 Maret 1992, di hari terakhir pemungutan suara, pernikahan pasangan Serbia Bosnia, Milan Gardović dan Dijana Tambur, diadakan di Gereja Transfigurasi Kudus di Novo Sarajevo. Pengantin pria adalah seorang murid seminaris dan memasuki tahun terpakhir studi. Ayahnya, Nikola, adalah seorang koster di Gereja Transfigurasi Kudus.[12] Sejarawan Kenneth Morrison menggambarkan suasana di Sarajevo hari itu sedang "tegang". Setelah upacara, kedua pengantin, keluarga mempelai, dan tamu pernikahan pergi ke Gereja Malaikat Agung Mikhael dan Gabriel, yang dalam bahasa sehari-hari dikenal sebagai Gereja Ortodoks Tua, di distrik berpenduduk mayoritas Muslim Baščaršija, di mana jamuan pernikahan akan diselenggarakan.[12] Gereja Malaikat Agung Mikhael dan Gabriel merupakan bangunan keagamaan Ortodoks Serbia tertua di Sarajevo.[13]

Karena tidak ada tempat parkir di sekitar Gereja Malaikat Agung Mikhael dan Gabriel, para tamu acara pernikahan memutuskan untuk pergi ke gereja dengan berjalan kaki, membentuk iring-iringan yang membentang dari tempat parkir terdekat hingga gereja itu.[12] Selama prosesi, tamu pesta pernikahan mengibarkan bendera Serbia, yang diartikan oleh banyak pejalan kaki Muslim Bosnia sebagai provokasi yang disengaja. Prosesi seperti itu merupakan ciri khas dalam pernikahan etnis Serbia di Yugoslavia. Dan biasanya diiringi dengan suara klakson mobil dan nyanyian.[14] Sekitar pukul 14.30, empat pemuda turun dari Volkswagen Golf putih dan berusaha merebut bendera dari salah satu tamu pernikahan. Kemudian terjadilah perkelahian, dan menurut saksi mata, salah satu pria melepaskan tembakan ke arah iring-iringan.[12]

Viktor Meier, seorang koresponden yang menulis untuk harian Jerman Frankfurter Allgemeine Zeitung, adalah saksi mata yang kebetulan melihat serangan itu, dan menulisnya dalam bukunya tahun 1995 Yugoslavia: A History of its Demise.[15] "Pada awalnya, itu terdengar seperti detonator," tulis Meier untuk menggambarkan tembakan, "tetapi kemudian saya melihat orang-orang berteriak; saya mendengar tangisan dan melihat seseorang berlari ke telepon terdekat dan saya juga melihat ekspresi orang-orang sedang ketakutan [sic ]." Nikola Gardović, ayah mempelai pria tewas dalam serangan itu, dan seorang pendeta Ortodoks Serbia, Radenko Mirović, terluka.[9]

Tanggapan dan proses hukum sunting

Penembakan itu langsung dikecam oleh para pejabat partai SDS. Karadžić mengatakan serangan itu membuktikan bahwa gerakan kemerdekaan merupakan ancaman bagi keberadaan etnis Serbia di Bosnia.[15] "Tembakan ini adalah ketidakadilan besar yang ditujukan pada rakyat Serbia," kata Presiden Majelis Rakyat Bosnia dan Herzegovina, Momčilo Krajišnik.[16] Juru bicara SDS Rajko Dukić menyatakan bahwa serangan pernikahan itu adalah bukti bahwa orang-orang Serbia di Sarajevo "dalam bahaya besar" dan berpendapat bahwa Bosnia dan Herzegovina yang merdeka akan lebih mengancam keamanan etnis Serb Bosnia.[17] Alija Izetbegović mengutuk pembunuhan itu, menyebutnya "serangan kepada seluruh rakyat Bosnia". Wali kota Stari Grad Sarajevo, Selim Hadžibajrić, mengucapkan belasungkawa kepada keluarga Gardović. [18] Pemimpin paramiliter Muslim Bosniak Sefer Halilović, yang mendirikan milisi Liga Patriotik pada Maret 1991, memberi respons yang berbeda. Halilović mengklaim bahwa upacara tersebut "sebenarnya bukan pernikahan, tetapi provokasi", dan bahwa anggota pesta pernikahan adalah aktivis SDS. "Mereka ingin melewati Baščaršija dengan mobil, dengan membawa bendera, spanduk, untuk memprovokasi kami dan melihat bagaimana kami akan bereaksi," kata Halilović.[17]

Serangan itu memicu "persaingan untuk merebutkan lahan di kota yang akan berkembang menjadi pengepungan dan pemecah belahan kota secara langsung," tulis sejarawan Catherine Baker.[19] Penghalang jalan dan barikade dengan segera dipasang di seluruh penjuru Sarajevo.[20] SDS menuntut agar wilayah Bosnia dan Herzegovina yang dihuni mayoritas Serb Bosnia dipatroli oleh orang Serbia, dan bukan oleh petugas polisi dari etnis lain, dan selanjutnya menyerukan agar penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa dikerahkan ke negara itu.[21] Dua hari setelah serangan itu, SDS setuju untuk menghapus barikade yang telah didirikannya.[22] Terobosan ini berhasil diraih oleh Jenderal JNA Milutin Kukanjac yang berhasil meyakinkan pimpinan partai SDA dan SDS untuk memungkinkan patroli bersama oleh JNA dan Polisi Bosnia.[23] Pada hari yang sama, Izetbegović mendeklarasikan kemerdekaan Republik Bosnia dan Herzegovina dan Majelis Rakyat yang didominasi Muslim dengan cepat mengesahkan keputusan tersebut.[24][b] Gardović dimakamkan di Sarajevo pada tanggal 4 Maret. Upacara pemakamannya dipimpin oleh uskup Vasilije Kačavenda. "Saya tidak akan berkata seperti beberapa politisi bodoh, bahwa tembakan yang menewaskan pria ini adalah penembakan ke seluruh rakyat Bosnia," kata Kačavenda dalam pidatonya. "Tapi itu adalah peringatan bagi tiga suku bangsa di negara kita. Biarlah pengorbanan Nikola menjadi yang terakhir di saat-saat yang gila seperti ini."[26]

Surat kabar berbahasa Serbia sebagian besar menggambarkan serangan itu sebagai serangan di mana semua Muslim Bosnia memikul pertanggungjawaban kolektif. Kalimat dari surat kabar Politika yang berbasis di Beograd berbunyi: "Pembunuh tamu pernikahan Serbia bukanlah tiga penyerang, tetapi mereka yang menciptakan suasana yang ingin melenyapkan Bosnia-Herzegovina untuk selama-lamanya." Harian Oslobođenje di Sarajevo mengutarakan hal yang berbeda, mencoba untuk mengaburkan identitas etnis para penyerang. Sebuah kolom yang diterbitkan sehari setelah serangan itu berbunyi: "Para pembunuh tamu pernikahan di Baščaršija, penjual kebencian dan pembangun barikade, bukanlah warga kota Sarajevo, mereka bahkan bukan orang Bosnia sejati, tetapi orang asing."[27] Kolom itu berlanjut dengan sindiran bahwa acara pernikahan adalah provokasi yang disengaja. Banyak pembaca dari etnis Serbia menganggap reaksi Oslobođenje terhadap serangan itu tidak peka terhadap perasaan keluarga korban dan mengirimkan surat berisi kemarahan kepada editor sebagai tanggapan.[18] Miroslav Janković, seorang anggota dewan redaksi beretnis Serbia melampiaskan amarahnya pada rapat dewan keesokan harinya, menggambarkan kolom itu sebagai "hal paling tak tahu malu yang diterbitkan surat kabar ini dalam lima puluh tahun."[28]

Saksi mata mengidentifikasi orang yang menyerang prosesi pernikahan sebagai Ramiz Delalić, seorang penjahat kelas kakap.[15] Pimpinan SDS segera menyalahkan SDA atas serangan itu dan menuduh bahwa Delalić berada di bawah perlindungan SDA. [9] Sebelum serangan itu, Delalić terlibat dalam kasus penembakan lain, serta pemerkosaan, dan telah menerima perawatan di rumah sakit jiwa. Pada tanggal 3 Maret 1992, pihak berwenang setempat telah mengeluarkan surat perintah penangkapan Delalić, tetapi tidak berusaha keras untuk menemukannya. Pejabat SDS menuduh bahwa kegagalan pihak berwenang untuk menangkap Delalić adalah bukti keterlibatan SDA dalam serangan tersebut.[15]

Selama pengepungan Sarajevo, Delalić memimpin unit paramiliter Bosniak yang menyerang dan membunuh warga sipil Muslim Bosnia dan Serbia.[29] Delalić secara terbuka mengaku menembaki tamu pernikahan dalam sebuah wawancara yang disiarkan televisi.[30] Pihak berwenang hanya menindak milisi Delalić pada akhir 1993 setelah mulai menyerang warga sipil non-Serbia.[29] Pada tanggal 1 Maret 1997, bertepatan dengan peringatan lima tahun penyerangan pernikahan, Delalić secara terang-terangan mengancam seorang ayah dan anak di dalam sebuah restoran di Sarajevo, dan mengacungkan pistol di depan para pengunjung, sebuah pelanggaran yang menyebabkannya dihukum. Pada Juni 1999, dia menabrak dan melukai seorang petugas polisi dengan mobilnya, dan kembali dipenjarakan. Insiden terakhir ini mendorong Carlos Westendorp selaku Perwakilan Tinggi untuk Bosnia dan Herzegovina mendesak pihak berwenang negara itu untuk menyelidiki apa saja yang dilakukan Delalić di masa perang.[31] Pada 8 Desember 2004, Delalić didakwa dengan satu dakwaan pembunuhan tingkat pertama sehubungan dengan serangan pernikahan tersebut. Persidangannya dimulai pada tanggal 14 Februari 2005. Pada hari pertama persidangan, jaksa memutar rekaman video penyerangan pernikahan kepada hakim, yang menunjukkan Delalić menembak saat acara tersebut. Pada hari yang sama, Delalić memberi uang jaminan dan akhirnya dibebaskan. Pada 27 Juni 2007, sebelum persidangannya selesai, Delalić ditembak dan dibunuh oleh orang-orang bersenjata tak dikenal di Sarajevo.[30]

Pada 19 September 2012, jaksa penuntut di Sarajevo menuduh bandar narkoba Albania Kosovo Naser Kelmendi memerintahkan pembunuhan Delalić.[32] Kelmendi telah melarikan diri dari Bosnia dan Herzegovina pada tahun 2012 setelah dijatuhi sanksi berdasarkan Undang-Undang Penuntutan Gembong Narkoba Asing Amerika Serikat.[33] Dia juga didakwa atas beberapa kasus perdagangan narkoba. Dia ditangkap oleh Kepolisian Kosovo di Pristina pada 6 Mei 2013.[32] Bosnia dan Herzegovina tidak mengakui Kosovo, sehingga tidak memiliki perjanjian ekstradisi di antara keduanya. Kelmendi diadili di Pristina atas kejahatan yang dilakukannya di Bosnia dan Herzegovina. Pada bulan Oktober 2016, politikus senior Bosniak Fahrudin Radončić, yang mengenal Delalić, bersaksi dalam pembelaan Kelmendi. Pada tahun 2012, nama Radončić disebut dalam dakwaan Kelmendi sebagai salah satu komplotan dalam konspirasi untuk membunuh Delalić, tetapi tidak pernah secara pribadi dituntut dan membantah tuduhan tersebut. Radončić bersaksi bahwa Delalić telah memberitahunya bahwa serangan pernikahan itu terjadi atas perintah Izetbegović dan SDA. Sementara Delalić dibunuh oleh "mafia negara Bosnia" karena ia ingin membahas keterlibatan keluarga Izetbegović dalam kejahatan terorganisir bersama jaksa.[34][35] Pada 1 Februari 2018, Kelmendi didakwa atas satu dakwaan penyelundupan narkoba dan dijatuhi hukuman enam tahun penjara; dan dia dibebaskan atas semua tuduhan yang berkaitan dengan pembunuhan Delalić.[36]

Pengaruh sunting

Nikola Gardović sering dianggap sebagai korban pertama Perang Bosnia.[37][38] Di kalangan etnis Serbia Bosnia, serangan itu biasa disebut sebagai "Pernikahan Berdarah".[39] Ilmuwan politik Keith Crawford menggambarkan serangan dan pembantaian Sijekovac terhadap warga sipil Serbia Bosnia di Bosanski Brod pada 27 Maret sebagai dua insiden yang secara efektif memicu konflik.[40] Akademisi India Radha Kumar membandingkan serangan pernikahan itu dengan insiden kekerasan yang mendahului kekerasan antar-komunal di India.[41] Pada 6 April, EEC dan Amerika Serikat mengakui Bosnia dan Herzegovina sebagai negara merdeka. Pada hari yang sama, pimpinan Serbia Bosnia mendeklarasikan kemerdekaan Republik Serbia di Bosnia dan Herzegovina, yang kemudian berganti nama menjadi Republika Srpska. Bosnia dan Herzegovina diterima sebagai anggota PBB pada 22 Mei.[42] Perang Bosnia yang terjadi berikutnya menewaskan 100.000 orang; dan dua juta orang mengungsi.[43] Perang berakhir dengan penandatanganan Perjanjian Dayton pada bulan Desember 1995, di mana pihak yang bertikai setuju untuk membagi negara menjadi dua entitas semi-otonom, Federasi Bosnia dan Herzegovina dan Republika Srpska.[44] Setelah perang, sebagian besar pemimpin politik dan militer Republika Srpska di masa perang didakwa oleh Pengadilan Pidana Internasional untuk bekas Yugoslavia. Di antara mereka adalah Karadžić, yang dihukum karena kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, serta genosida atas perannya dalam genosida Srebrenica tahun 1995, di mana ia akhirnya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada Maret 2019.[45]

Setelah melarikan diri dari perang, pasangan pengantin Milan dan Dijana Gardović mengungsi ke Swedia, Milan sekarang bekerja sebagai pendeta di Gereja Ortodoks Serbia.[12] Di Federasi Bosnia dan Herzegovina, 1 Maret dirayakan sebagai Hari Kemerdekaan, dan hari libur. Hari Kemerdekaan tidak diperingati di Republika Srpska dan kebanyakan orang Serbia Bosnia mengaitkan tanggal tersebut dengan serangan pernikahan daripada perayaan kemerdekaan.[46][47] Film perang Inggris Welcome to Sarajevo menampilkan representasi fiksi dari serangan itu, di mana sayap paramiliter Serbia Bosnia menjadi pelakunya dan warga sipil Kroat Bosnia sebagai korbannya.[48][49] "Perubahan ini ditampilkan jelas karena alasan politik," menurut pakar filmografi Goran Gocić.[48]

Referensi sunting

  1. ^ Calic 2019, hlm. 286.
  2. ^ Burg & Shoup 1999, hlm. 46–48.
  3. ^ a b c Pavković 2000, hlm. 161.
  4. ^ Ramet 2006, hlm. 392–393.
  5. ^ Ramet 2006, hlm. 414.
  6. ^ Calic 2019, hlm. 301.
  7. ^ Nettelfield 2010, hlm. 67.
  8. ^ Donia 2014, hlm. 151.
  9. ^ a b c Morrison 2016, hlm. 87.
  10. ^ Calic 2019, hlm. 304.
  11. ^ Nizich 1992, p. 18, note 27.
  12. ^ a b c d e Lopušina 26 Januari 2009.
  13. ^ Ančić 2004, hlm. 355.
  14. ^ Ančić 2004, hlm. 356.
  15. ^ a b c d Donia 2014, hlm. 162.
  16. ^ Silber & Little 1997, hlm. 205.
  17. ^ a b Morrison 2016, hlm. 88.
  18. ^ a b Gjelten 1995, hlm. 83.
  19. ^ Baker 2015, hlm. 62.
  20. ^ Udovički & Štitkovac 2000, hlm. 183.
  21. ^ Bachmann & Fatić 2015, hlm. 23.
  22. ^ Maksić 2017, hlm. 106.
  23. ^ Donia 2006, hlm. 280.
  24. ^ Burg & Shoup 1999, hlm. 118.
  25. ^ Halpern 2000, hlm. 107.
  26. ^ McGeough 6 March 1992.
  27. ^ Kolstø 2012, hlm. 157–161, 239.
  28. ^ Gjelten 1995, hlm. 84.
  29. ^ a b Ingrao 2010, hlm. 209.
  30. ^ a b Donia 2014, hlm. 163.
  31. ^ Donia 2006, hlm. 392.
  32. ^ a b Jukic & Peci 6 Mei 2013.
  33. ^ The Economist 14 May 2013.
  34. ^ Spaic 31 October 2016.
  35. ^ Latal 1 November 2016.
  36. ^ Leposhtica & Morina 1 Februari 2018.
  37. ^ The Economist 14 Mei 2013.
  38. ^ Carmichael 2015, hlm. 139.
  39. ^ Schindler 2007, hlm. 78–79.
  40. ^ Crawford 1996, hlm. 150.
  41. ^ Kumar & 199.
  42. ^ Nettelfield 2010, hlm. 67–68.
  43. ^ Calic 2019, hlm. 314.
  44. ^ Burg & Shoup 1999, hlm. 413–415.
  45. ^ BBC News 20 Maret 2019.
  46. ^ Latal 2 March 2015.
  47. ^ Kovacevic 1 Maret 2017.
  48. ^ a b Gocić 2001, hlm. 42–43.
  49. ^ Harper 2016, hlm. 59–60.
  1. ^ Pemerintah Bosnia menyebut referendum itu inkonstitusional.[7]
  2. ^ Referendum diikuti oleh 63,4 persen pemilih terdaftar, dan 99,8 persen di antaranya mendukung opsi kemerdekaan.[3] Karena tingkat partisipasi hanya 63,4 persen, referendum itu dianggap tidak sah, karena jumlah suara masuk kurang dari 2/3 jumlah pemilih terdaftar, sebagaimana diamanatkan dalam konstitusi Bosnia dan Herzegovina.[25]

Daftar Pustaka sunting

Teks akademik
News reports