Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia
Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) sebelumnya bernama Sentral Organisasi Karyawan Sosialis Indonesia adalah organisasi buruh atau pekerja perusahaan-perusahaan negara yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1960 oleh militer untuk mengimbangi keberadaan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia yang merupakan organisasi buruh sayap PKI. Militer mendirikan SOKSI bersama Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) dan Koperasi Serba Guna Gotong Royong (KOSGORO) yang pada akhirnya bergabung menjadi “Sekber Golkar” (cikal bakal Partai Golkar).
Singkatan | SOKSI |
---|---|
Tanggal pendirian | 20 Mei 1960 |
Pendiri | Mayor Jenderal TNI (Purn) Prof. Suhardiman, S.E. |
Tipe | Organisasi Buruh, Organisasi Kader, Organisasi Perjuangan |
Kantor pusat | Graha SOKSI, Jl. Raya Pasar Minggu No. 36B, Jakarta Selatan |
Ketua Umum | Ahmadi Noor Supit |
Sekretaris Jenderal | Mukhamad Misbakhun |
Bendahara Umum | Robert Joppy Kardinal |
Afiliasi | Partai Golongan Karya |
Situs web | www |
Rezim Orde Baru menaruh perhatian khusus dalam memainkan politik bahasa sejak duduk dalam tampuk kekuasaan dan usaha melegitimasi kekuatan.[1][2][3] [note 1]
Kemudian, SOKSI [note 2] membentuk juga organisasi-organisasi massa untuk mengimbangi organisasi yang bernaung di bawah PKI. Antara lain, didirikannya Baladhika Karya dan Wira Karya Indonesia untuk mengimbangi pengaruh Pemuda Rakyat, Krida Wanita Swadiri untuk menghadapi Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani), Pelmasi kemudian berubah nama menjadi FOKUSMAKER untuk menghadapi Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI), Gertasi dan Kartasi untuk menghadapi Barisan Tani Indonesia (BTI), Lembaga Kebudayaan Republik Indonesia (LEKRI) untuk menghadapi Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA).[5]
SOKSI Lahir untuk Lawan PKI
Sekitar tahun 1960-an, keberadaan Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mengalami berbagai cobaan terutama dari Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan ondderbouw-nya. Sayap organisasi dibawah PKI itu seperti SOBSI, Pemuda Rakyat, Gerwani, Lekra, dan Corps Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI).
Atas kondisi itu, SOKSI lahir tepatnya pada 20 Mei 1960 sebagai panggilan sejarah untuk membela Pancasila, UUD 1945, dan keutuhan NKRI. Saat didirikan nama SOKSI memiliki kepanjangan dari Sentral Organisasi Karyawan Sosialis Indonesia.
Pawa awalnya nama dan embrio SOKSI adalah Badan Koordinasi Pusat Persatuan Karyawan Perusahaan Negara (BKPPKPN). Saat itu pendiri SOKSI, Suhardiman menjabat sebagai Sekretaris BANAS (Badan Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Belanda) yang dipimpin Dadang Suprayogi senagai Ketua BANAS dan ditugaskan oleh negara untuk menasionalisasi perusahaan-perusahaan asing.
Nama SOKSI kemudian muncul pada pertemuan BKPPKPN di Palembang pada tanggal 20 Mei 1960 yang akhirnya di waktu tersebut menjadi tanggal kelahiran SOKSI. Waktu itu, Suhardiman menugaskan Adolf Rahman dan Suwignyo untuk mencari nama yang tepat untuk pergerakan mereka. Tetapi, keduanya belum juga menemukan nama yang tepat sampai larut malam, hingga Suhardiman akhirnya menyampaikan nama SOKSI sebagai singkatan Sentral Organisasi Karyawan Sosialis Indonesia.
Di samping tekad menjadi pelopor lahirnya masyarakat sosialis Pancasila, Suhardiman memilih nama SOKSI juga secara politis untuk menunjukan sikap perlawanan yang tegas terhadap PKI. Khususnya terhadap SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia).
SOKSI sebagai Organisasi Induk memiliki organisasi konsentrasi yang masih ada hingga sekarang, yakni :
Wanita Swadiri Indonesia (WSI) sebagai sayap wanita, Wira Karya Indonesia (WKI) sebagai sayap pemuda, Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (FOKUSMAKER) sebagai sayap mahasiswa, Baladhika Karya sebagai sayap satgas SOKSI, Konsentrasi Golongan Karya Buruh (KONGKARBU) sebagai sayap buruh, Lembaga Bantuan Hukum Trisula (LBH Trisula) sebagai pusat lembaga konsultasi dan bantuan hukum.
Lihat juga
suntingCatatan
sunting- ^ Lembaga Kebudayaan Rakyat Indonesia (LEKRI) yang merupakan organ afiliasi didirikan untuk mengimbangi Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) yang secara personal mayoritas tokohnya beraliran kiri dan dekat dengan Partai Komunis Indonesia.
- ^ Di sisi lain ada organisasi yang bernama SOKSI dengan kepanjangan Serikat Organisasi Karyawan Sosialis Indonesia yang berdiri pada 31 Mei 1961 sebagai payung untuk persatuan dagang dan kelompok fungsional (terkontrol militer) organisasi anti komunis yang di akhir 1960 bergabung ke dalam Golkar.[4]
Referensi
sunting- ^ Vedi R. Hadiz, Daniel Dhakidae (2005). Social Science and Power in Indonesia. Jakarta & Singapur: Equinox Publishing. hlm. 169.
- ^ R. B. Cribb, Audrey Kahin (2004). "Historical Dictionary of Indonesia". Maryland, Amerika: Scarecrow Press, Inc.
- ^ Sukardi Rinakit (2005). "The Indonesian Military After the New Order". Singapur: Nias Press.
- ^ David Bourchier (2015). "Illiberal Democracy in Indonesia: The Ideology of the Family State". Routledge.
- ^ Umar Said (November 2000). "Cegah Neo-Orba, dan blejeti terus Golkar". Paris: Wirantaprawira.de. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-09-28. Diakses tanggal 5 September 2015.