Red Planet Indonesia

perusahaan Indonesia

PT Red Planet Indonesia Tbk adalah sebuah perusahaan publik di Indonesia (IDX: PSKT) yang bergerak sebagai perusahaan investasi, terutama di perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan. Berkantor pusat di Sona Topas Tower, Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan,[1] perusahaan ini tercatat sempat mengganti namanya sejak awal berdiri.

PT Red Planet Indonesia Tbk
Publik
Kode emitenIDX: PSKT
IndustriPerhotelan
Didirikan10 April 1989
Kantor
pusat
Jakarta, Indonesia
Situs webredplanetindonesia.com

Manajemen

sunting
  • Komisaris Utama: Dinno Indiano
  • Komisaris Independen: Adang Ruchiatna Puradiredja
  • Direktur Utama: Ng Suwito
  • Direktur: Rivolinggo Pamudji
  • Direktur: Astini Bernawati Oudang[2]

Kepemilikan

sunting
  • PT Basis Utama Prima: 40%
  • Arsjad Rasjid: 30%
  • PT Crio Indonesia: 10%
  • Masyarakat: 20%[2]

Anak usaha

sunting
  • PT Red Planet Hotels Indonesia
  • PT Red Planet Hotel Surabaya
  • PT Red Planet Hotel Pekanbaru
  • PT Red Planet Hotel Palembang
  • PT Red Planet Hotel Makassar
  • PT Red Planet Hotel Bekasi
  • PT Red Planet Hotels Solo
  • PT Solusi Bintang Cemerlang
  • PT Red Planet Hotels Tangerang
  • PT Planet Merah Depok
  • PT Planet Merah Sembilan
  • PT Planet Merah Delapan
  • PT Planet Merah Sepuluh[1]

Mayoritas perusahaan di atas bergerak di bidang perhotelan, terkecuali pada beberapa perusahaan seperti PT Solusi Bintang Cemerlang. PT Red Planet Indonesia Tbk memiliki hotel budget bermerek "Red Planet" di Jakarta (2 buah), Bekasi, Surakarta, Palembang, Pekanbaru dan Makassar;[1] serta memiliki "Hotel Pusako" di Bukittinggi.[3]

Sejarah

sunting

Pusako Tarinka

sunting

Perusahaan ini didirikan pada 10 April 1989 dengan nama PT Mustika Manggilingan dan berganti nama menjadi PT Pusako Tarinka pada 3 Februari 1990.[4] Dimiliki oleh Nasroel Chas, operasional dari perusahaan ini awalnya adalah membangun dan kemudian menjalankan Hotel Pusako (Pusaka) di Bukittinggi, Sumatera Barat yang dibuka pada tahun 1991.[5] Saat itu, hotel berbintang empat (pertama di Bukittinggi) yang memiliki 200 kamar tersebut dibangun dengan modal US$ 13 juta.[6][7] Mulai 29 September 1995, Pusako Tarinka telah menjadi perusahaan publik dengan melepas 82 juta sahamnya di Bursa Efek Surabaya dengan harga penawaran Rp 650/lembar,[8] menggunakan kode emiten PSKT dari singkatan namanya yang saat ini masih digunakan. Hingga 2012, Pusako Tarinka masih dikuasai oleh Nasroel Chas sebanyak 33% dan bisnisnya hanya sekedar mengoperasikan hotel ini, dengan pada tahun 2008 memiliki aset Rp 28 miliar dan keuntungan Rp 618 juta.[9][10] Belakangan, kondisi perusahaan hotel ini sempat merugi selama 6 tahun, dengan terakhir pada September 2013 mencapai Rp 878 juta.[11]

Red Planet Indonesia

sunting

Di bawah PT Tune Hotels Regional Services Indonesia, pada pertengahan 2009 Tune Hotels (perusahaan hotel budget yang dimiliki oleh Air Asia Malaysia) membuka jaringan hotelnya yang pertama di Indonesia yaitu di Kuta dan Legian, Bali.[12] Hotel ini diklaim mendapat respons yang baik, dengan pada 2011 mencapai occupancy rate 90% dan direncanakan akan diperluas ke Bandung, Yogyakarta dan Jakarta baik secara waralaba atau milik sendiri.[13] Hotel ketiga itu akhirnya diresmikan di Pasar Baru, Jakarta (dari sebelumnya direncanakan di Malioboro, Yogyakarta) yang memiliki 168 kamar pada 12 Juli 2012.[14] Diperkirakan, ada 5 hotel lagi yang akan dibangun yang memakan investasi US$ 4-5 juta.[15] Di akhir tahun 2013, hotel ini telah memiliki 6 cabang di beberapa daerah.[16] Belakangan, hotel-hotel Tune itu dioperasikan oleh PT Red Planet Hotel Indonesia,[17] yang memiliki kerjasama waralaba dengan Tune Hotels sejak 2012.[18]

Melalui skema rights issue, kemudian induk Red Planet Hotels Indonesia, Red Planet Holdings Indonesia bersama PT Crio Indonesia (milik Ng Suwito)[19] kemudian mengakuisisi 93% saham PT Pusako Tarinka Tbk dengan total biaya Rp 635 miliar dari para pemilik lama.[11] Hotel-hotel Tune di bawah PT Red Planet Hotels Indonesia kemudian diakuisisi oleh perusahaan tersebut, yang mencapai 13 buah dan diperkirakan akan ditambah 20 buah lagi, khususnya di wilayah Jabodetabek.[20][21] Pembangunan 20 hotel ini diperkirakan memakan biaya Rp 400 miliar.[22] Akan tetapi, hotel di Bukittinggi sendiri masih dipertahankan oleh pemilik barunya.[23] Pasca right issue yang tuntas dilakukan pada 19 Mei 2014 dan pengambilailihan 13 hotel Tune pada 30 Juni 2014,[24] nama perusahaan berganti nama menjadi PT Red Planet Indonesia Tbk mulai 22 Mei 2014.[25]

Dalam perkembangannya, Red Planet Hotels (berbasis di Bangkok, Thailand) kemudian mengalami pecah kongsi dengan Tune Hotels akibat perbedaan strategi,[18][26] sehingga sejak 2015 hotel-hotel Tune di Indonesia diganti namanya menjadi Red Planet Hotels.[27] Perubahan nama ini juga diklaim untuk lebih dapat berinovasi dengan brand milik Red Planet sendiri.[28] Namun, dalam perkembangannya, Red Planet Indonesia sendiri mengalami kondisi yang tidak terlalu baik. Meskipun tercatat hendak membangun hotel baru sebanyak 3 buah dan mengakuisisi sebuah hotel pada 2017, di tahun itu juga, jumlah hotel Red Planet sudah merosot menjadi 7 buah.[29][30][31] Malahan, laporan keuangan perusahaan ini seakan sulit dari kerugian, dimana pada 2014 mencapai Rp 38 miliar, 2015 Rp 80 miliar,[32] 2016 sebesar Rp 53 miliar, 2017 sebesar Rp 33 miliar,[33] kuartal ketiga 2018 sebesar Rp 21 miliar, dan periode yang sama di tahun 2019 sebesar Rp 10 miliar.[34] Hal ini karena okupansi hotel-hotelnya hanya sebesar 65-68%, jauh dari target yang mencapai 80-90%.[35] Hal tersebut terjadi meskipun perusahaan menyatakan sudah melakukan inovasi seperti penggunaan aplikasi, media sosial, ditambah kepuasan pelanggan yang tinggi serta sejumlah penghargaan.[36] Akibatnya, harga saham perusahaan sejak beberapa lama tidak lepas dari harga terendah, yaitu Rp 50 di bursa saham.

Pandemi COVID-19 yang ada pun membuat pendapatan perseroan merosot menjadi hanya Rp 42 miliar dan laba kotor sebesar Rp 21,52 miliar, setelah melakukan berbagai efisiensi pada 2020.[37] Di tahun 2021 pun, pendapatan naik menjadi 47,26 miliar, namun masih merugi Rp 12,13 miliar.[38] Tekanan dan kondisi keuangan yang tidak kunjung membaik, akhirnya membuat induk perusahaan, Red Planet di Thailand lewat Red Planet Holdings (Indonesia) Ltd., melepas seluruh sahamnya di perusahaan ini. Sejak akhir 2020, masuk pemegang saham baru bernama PT Basis Utama Prima,[39] yang dimiliki oleh Happy Hapsoro, istri Puan Maharani.[40] Setelah Red Planet melepas seluruh sisa sahamnya sebesar 9,53% pada 9 Februari 2022, kepemilikan saham menjadi PT Basis 40,77%, Arsjad Rasjid 29,77% dan sisanya pemegang saham lain ditambah publik.[41][42] Sempat muncul kabar bahwa pemegang saham baru akan mengalihkan usaha PSKT menjadi berhubungan dengan mobil listrik,[43] namun dibantah manajemen yang menyatakan Red Planet Indonesia Tbk akan tetap mengoperasikan hotel lewat skema waralaba bersama Red Planet.[19][44] Dengan lepasnya Red Planet, pengendali perusahaan yang awalnya dilakukan bersama PT Crio Indonesia (Ng Suwito) dan Red Planet, menjadi hanya oleh PT Crio saja.[19]

Rujukan

sunting
  1. ^ a b c LapTahunan PSKT 2020
  2. ^ a b PT Red Planet Indonesia Tbk
  3. ^ Infomasi Perusahaan
  4. ^ LAPKEU PSKT 2020
  5. ^ Eksekutif, Masalah 159-162
  6. ^ Indonesia, News & Views, Volume 1-6
  7. ^ Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 7,Masalah 1-6
  8. ^ Sejarah dan Profil Singkat PSKT (Red Planet Indonesia Tbk)
  9. ^ PSKT 2009 Laporan Keuangan
  10. ^ PSKT q3 2012 Laporan Keuangan
  11. ^ a b Backdoor Listing, Anak Usaha Grup Air Asia Masuk Pasar Modal RI
  12. ^ Mau Coba Hotel Rp 1.700 per Malam di Bali?
  13. ^ Okupansi Tune Hotel mencapai 90%
  14. ^ Tune Hotels to open in Jakarta
  15. ^ Tune Hotel akan bangun lima hotel pada 2012
  16. ^ Tune Hotels di Bekasi Sambut Tamu di Malam Tahun Baru
  17. ^ "PT Red Planet Hotels Indonesia Menanti Anda". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-26. Diakses tanggal 2022-05-17. 
  18. ^ a b "Tune Hotels, Red Planet Hotels go separate ways". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-01. Diakses tanggal 2022-05-17. 
  19. ^ a b c DITINGGAL RED PLANET HOLDINGS, PSKT TETAP AKAN JALANI BISNIS HOTEL
  20. ^ Pusako Tarinka Akuisisi Tune Hotel di Indonesia
  21. ^ Pusako Tarinka Akuisisi Tune Hotel di Indonesia Senilai Rp615 Miliar
  22. ^ Bangun 20 Hotel, Red Planet Incar Dana Segar Rp 400 M[pranala nonaktif permanen]
  23. ^ Red Planet Indonesia (PSKT) Fokus Lakukan Pemeliharaan Hotel dan Sarana Di Tahun Ini
  24. ^ PT Pusako Tarinka Tbk completed the acquisition of 99.9% stake in PT Red Planet Hotel Bekasi from Red Planet Holdings Limited and PT Crio Indonesia.
  25. ^ LAPKEU PSKT 2014, Q2
  26. ^ Tune Group hotels cut by half, asset sale planned
  27. ^ [REVIEW] TUNE HOTELS / RED PLANET, SOLO: MINIMALIS FUNGSIONAL
  28. ^ Dari Hotel Tune Jadi Red Planet, Ubah Nama untuk Perkuat Inovasi
  29. ^ Gelontorkan Rp40 Miliar, PSKT Kuasai 99,95% Saham Perusahaan Perhotelan
  30. ^ Akan Bangun Hotel Baru di Kelapa Gading
  31. ^ AKSI PSKT: Red Planet Private Placement Rp50 Miliar
  32. ^ Rugi Red Planet Indonesia Membengkak 102,9% pada 2015
  33. ^ Kerugian Menurun di 2017, Red Planet Siap Tambah Jumlah Hotel
  34. ^ Efisiensi, kerugian Red Planet (PSKT) menyusut di kuartal III 2019
  35. ^ Red Planet bidik pertumbuhan okupansi 90% di akhir 2019
  36. ^ Red Planet Indonesia Ungkap Stategi Hadapi Pandemi dalam Paparan Publik Tahunan
  37. ^ "RUPS Red Planet Indonesia : Selama Pandemi Pendapatan Usaha Menurun Rp25,74 miliar". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-01. Diakses tanggal 2022-05-17. 
  38. ^ Hotel Red Planet (PSKT) Raih Pendapatan Rp47,26 Miliar di 2021
  39. ^ Red Planet Holdings Lepas 2 Miliar Saham PSKT ke Oudang
  40. ^ Mau 'Dicaplok' Suami Puan, Begini Profil Emiten FORU
  41. ^ Red Planet Holdings Jual Seluruh Saham di Emiten Milik Arsjad Rasjid PSKT
  42. ^ Terjawab! Alasan Utama Red Planet Lepas Saham Mayoritas PSKT
  43. ^ Bukan Mobil Listrik, Ini Alasan Red Planet Tinggalkan PSKT
  44. ^ Red Planet Holdings Beberkan Alasan Jual Sahamnya di PSKT

Pranala luar

sunting