RAA Kromodjoyo Adinegoro


Raden Adipati Arya Kromodjoyo Adinegoro IV, seorang tokoh Pelestarian Kepurbakalaan dan Bupati Mojokerto tahun 1894 s/d. 1916. Dalam masa jabatannya, ia mendirikan sebuah perkumpulan bernama Oudheidkunding Vereeniging Majapahit (OVM) tepatnya pada 24 April 1924. OVM didirikan dengan tujuan menghimpun dana dan mendayagunakan pemerintah Belanda dalam upaya menggali peninggalan Kerajaan Majapahit yang banyak terdapat di Desa Trowulan. Sehingga, Kromodjoyo dikenal sebagai Bupati Majapahit,

Pendirian OVM ini sangat didukung Pemerintah Belanda. Sebagai pimpinian OVM ditunjuk seorang warga Belanda bernama Henry Meclaine Pont. Kegiatan melakukan penghimpunan benda Purbakala dilakukan di Trowulan, dan tempat ini dijadikan kantor OVM sekaligus tempat tinggal Meclaine Pont. Tempat ini sekarang menjadi Kantor Purbakala Trowulan.

Dia sejak kecil sudah mengetahui dan menguasai wilayah Mojokerto, oleh karena ia adalah putera dari R.A.A. Kromodjoyo Adinegoro III / Raden Aersadan, yang menjabat Bupati Mojokerto tahun 1866 s/d 1894, dan sebelumya menjabat Bupati di Lamongan tahun 1863 s/d 1866. Ia lulus HBS di Surabaya tahun 1880. kemudian bekerja menjadi juru tulis di Kantor Kabupaten Mojokerto. Setelah itu kariernya beranjak berturut-turut dari menjabat Camat di Peterongan, Kedungpring, dan Wedana di Jombang.

Perhatian dan kepedulian Kromodjoyo terhadap pelesatarian peninggalan Majapahit sudah terlihat sejak menjadi juru tulis, yaitu Kromodjoyo sering naik kuda bersama opas-opas masuk keluar Trowulan untuk menghimpun dan mendata benda-benda purakala yang banyak terdapat di Trowulan. Arca-arca dan batu Prasasti sebagian dibawa pulang dan diletakkan di teras halaman kabupaten. Segala temuan Kromodjoyo atas benda purbakala itu selalu dicatat, diberi nomor dan dilaporkan ke Asisten Residen Jombang (Trowulan waktu itu masuk wilayah Jombang) Kromodjoyo menjadi juru tulis di Kabupaten Mojokerto.

Laporan Kromodjoyo ditulis tangan, lalu oleh Asisten Residen Jombang diteruskan ke Lembaga Kebudayaan Belanda yang benama Koninklijk Bataviaasch Genootscap, Van Kunsten en Weetenschappen (KBGKW) di Jakarta. Laporan tulisan tangan Kromjoyo ini masih dapat dibaca di Arsip Nasional Jakarta.

Pada 15 Agustus 1894, R. Mashudan diangkat menjadi Bupati Mojokerto (gelar R.A.A. Kromodjoyo Adinegoro IV), menggantikan ayahnya yang meninggal yaitu R. Mashudan gelar R.A.A. Kromodjoyo Adinegoro III) menjadi Bupati Mojokerto tahun 1894 s/d 1916. Sejak menjadi Bupati Mojokerto, semangat Kromodjoyo melestarikan peninggalan Majapahit semakin besar. Terlebih saat itu wilayah Trowulan yang semula menjadi wilayah Jombang, kemudian beralih menjadi wilayah Kabupaten Mojokerto.

Kumpulan benda purbakala yang ada di teras halaman Kabupaten Mojokerto, semakin hari semakin bertambah banyak. Dengan izin pemerintah Belanda, Kromodjoyo membuat gedung untuk dijadikan museum (terletak di sebelah timur Pemkab Mojokerto). Gedung itu diisi dengan arca-arca dan batu prasasti yang telah dibukukan dengan rapi. Pada tahun 1911, gedung bersama isinya benda purbakala telah selesai didirikan Kromodjoyo. Tahun 1913 diresmikan-menjadi Gedung Museum Purbakala Mojokerto oleh Pemerintah Belanda. Sayang, gedung museum itu telah ditukar guling oleh Pemkot/pemda Kabupaten Mojokerto.

Sebagai seorang bupati, Kromodjoyo menjadi sangat leluasa mendata semua candi-candi di Trowulan. Candi-candi dibersihkan dan diabadikan, yang kemudian dilaporkan ke Lembaga Purbakala-Belanda. Foto-foto tersebut sampai kini masih menjadi koleksi Lembaga Purbakala. Kromodjoyo juga melarang penduduk mengambil batu-bata yang banyak terdapat di Desa Trowulan.

Penemuan Candi Tikus

sunting

Pada tahun.1914, Kromodjoyo dapat laporan bahwa/penduduk Desa Dinuk, Trowulan sering diganggu hama tikus. Tikus-tikus itu berasal dari sebuah gundukan tanah dan berbatu. Kromodjoyo segera datang ke lokasi tersebut, dan memerintahkan menggali gundukan tanah tadi. Temyata, di bawah galian muncul tanda-tanda adanya candi. Dengan minta izin Pemerintah Belanda, penggalian dilanjutkan dengan sangat hati-hati. Pekerjaan ini difoto dan dilaporkan ke Lembaga Purbakala Belanda. Pada tahun 1916, seluruh bangunan candi dapat terlihat. Pada tahun 1923, candi tersebut setelah selesai dipugar terkenal dengan nama Candi Tikus. Bertepatan kejadian itu, pada tahun 1916 Kromodjoyo pensiun. Putera pertama yang bemama R. Abdul Majid menggantikan kedudukannya menjadi Bupati Mojokerto:

Atas jasa-jasa R.A.A.Kromodjoyo Adihegoro IV terhadap upaya pelestarian bidang kepurbakalaan, maka oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1925 diberikan bintang kehormatan yaitu gelar "Ridder In de Orde yan den Nederlandschen Leeuw". Ia meninggal dan dimakamkan di pemakaman keluarga Kromodjoyo bernama "Sentono Asri" di Desa Terusan, Losari, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto.