Raden Mas Soetarto atau lebih dikenal dengan RM Soetarto (27 April 1914 - 21 Maret 2001) adalah salah satu saksi sejarah yang ada di Indonesia. Ia merekam peristiwa-peristiwa yang ada pada masanya. Ia meluncurkan film pertamanya yang berjudul "De Solosche Cultuur". Ia pun aktif dalam organisasi PFN dan FFI.[1][2]

RM Soetarto
LahirRaden Mas Soetarto
(1914-04-27)27 April 1914
Kota Surakarta, Hindia Belanda (kini Jawa Tengah, Indonesia)
Meninggal21 Maret 2001(2001-03-21) (umur 86)
Jakarta, Indonesia
Tempat pemakamanTaman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta Selatan
KebangsaanIndonesia
PendidikanSekolah Menengah (selesai 1932)
Kursus Tata Buku dan Administrasi (selesai 1932)
Kursus Tertulis Arsitektur PENA (dari Negeri Belanda, selesai 1934)
Kursus Tertulis Sinematografi (dari Swiss, 1936-1939 selesai)
PekerjaanJuru Kamera, Produser, Penulis Naskah
Tahun aktif1934-2001

Biografi

sunting

RM Soetarto lahir di Solo, 27 April 1914. Laki-laki berdarah priyayi Kesunanan Surakarta ini sudah akrab dengan kamera sejak masih muda. Ketertarikannya pada kamera membawanya berkarir sebagai foto reporter.

Ia menjalani pendidikan di Sekolah Menengah (selesai 1932). Kursus Tata Buku dan Administrasi (selesai 1932). Kursus Tertulis Arsitektur PENA (dari Negeri Belanda, selesai 1934). Kursus Tertulis Sinematografi (dari Swiss, 1936-1939 selesai). Bahkan kemampuannya sebagai seorang juru foto sudah diakui kancah internasional. Ditengah kesibukannya sebagai foto reporter, Soetarto meningkatkan kemampuan diri dengan mengikuti kursus tertulis sinematografi dari Swiss pada 1936-1939.

Ia membina karirnya mulai sebagai Juru Foto dalam tahun 1934 pada studio foto Indonesia. Lalu menjadi wartawan/koresponden Menjelang akhir 1949, Soetarto ikut delegasi Indonesia ke KMB (Konferensi Meja Bundar). Sehabis konferensi itu dia mendapat bea siswa UNESCO untuk belajar sinematografi di berbagai kota Eropa Barat. Pada waktu itu dia sempat menjadi Peninjau dan anggota Juri Festival Film Cannes 1950. Akhir 1950 Soetarto kembali ke Indonesia dan kemudian ditempatkan di PFN sebagai Kepala Produksi Umum dalam tahun 1951. Awal 1956 dia diangkat menjadi Direktur PFN dan setelah reorganisasi PFN menjadi kepala beberapa kedinasan dalam tahun 1957, dia diangkat menjadi Direktur Koordinator Urusan Film Kementrian Penerangan.

NV Multi film, tempat Soetarto bekerja, memproduksi film-film berita dan dokumenter pada masa akhir penjajahan Belanda. Setelah Jepang mengambil ahli, NV Multi Film berubah menjadi Nippon Eiga Sha. Sebelum bernama Nippon Eiga Sha, organisasi yang menangani film berita Jepang adalah Djawa Eiga Kosha. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, karyawan Indonesia di Nippon Eiga Sha mendirikan BFI (Berita Film Indonesia) yang diketuai oleh Soetarto. Tanggal 6 Oktober 1945, Jepang menyerahkan Nippon Eiga Sha kepada BFI.[3]

Sesudah reorganisasi PFN kedua, dia menjabat Kepala Direktorat Perfilman Negara Deppen, sampai tahun 1964. Dalam masa-masanya di PFN itu, banyak kegiatannya dalam pembinaan dan kegiatan perfilman Indonesia, diantaranya menjadi Juri (dari Indonesia) pada berbagai Festival Film di Asia (1955-1957), Kedua Juni FF Asia Afrika di Kairo (1960). Di tahun 1952 mengadakan kursus pendidikan Ahli Film Kementrian Penerangan, lalu menjadi anggota Panitya Perancang Undang-Undang Film (PPUF) di tahun 1953. Dalam tahun 1954, menjadi anggota Dewan Film Indonesia. Tahun 1958 menjadi anggota Yayasan Dana Film, tak lama kemudian merangkap sebagai Sekretaris dan anggota Film Board Kementrian Penerangan.

Pada masa perintisan televisi di Indonesia, Soetarto diangkat menjadi Ketua Panitia Persiapan Televisi RI, dalam tahun 1961. Terakhir menjelang saat keluarnya dari PFN, Soetarto pun diangkat menjadi Ketua Panitia Perumusan Penetapan Presiden no. 1/ 1964. Selepasnya dari PFN, aktifis Parindra di jaman Belanda ini diangkat menjadi Staff Ahli untuk Menteri Koordinator Perhubungan dengan Rakyat dan kemudian untuk Waperdam, bidang Lembaga-Lembaga Politik sampai tahun 1966.

Setelah reorganisasi Lembaga-Lembaga Pemerintahan, Soetarto kembali ke Deppen sampai tahun 1969, ketika dia diangkat menjadi Ketua BSF mulai 1971. Jabatan ini dipegangnya sampai tahun 1973. Dalam masa pensiun Soetarto tetap menjadi Anggota Staf Penasehat Menpen, dan diawal 1977 dia diangkat menjadi Ketua Team Pendamping Konsorsium Film Import. Dalam pada itu diapun sempat menjadi Wakil Ketua Juni FF1 1974-1975 dan Ketua Juri FFI 1976.[4]

Kematian

sunting

Pada 21 Maret 2001, RM Soetarto meninggal dunia di usia 86 tahun akibat sakit karena faktor usia. Pada keesokan harinya, 22 Maret 2001, Soetarto dimakamkan dengan upacara militer di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.[5]

Filmografi[2]

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "IdFilmCenter". www.indonesianfilmcenter.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-07-18. 
  2. ^ a b "RM Soetarto". www.filmindonesia.or.id. Diakses tanggal 2024-07-18. 
  3. ^ "Instagram". www.instagram.com. Diakses tanggal 2024-07-18. 
  4. ^ Tarumanegara, Panji. "RM Soetarto Bapak Film Dokumenter Indonesia - Sebekasi". RM Soetarto Bapak Film Dokumenter Indonesia - Sebekasi. Diakses tanggal 2024-07-18. 
  5. ^ "Meninggal". Tempo (dalam bahasa Inggris). 2001-03-26. Diakses tanggal 2024-07-18.