Portal:Pertanian/Berita terkini/Oktober
Arsip |
|
- 31 Oktober 2016
- "Para petambak ikan salmon di Macquarie Harbour, Pulau Tasmania terpecah pendapat antara kelestarian praktek budi daya salmon di teluk tersebut. Satu sisi menyatakan bahwa budi daya salmon di teluk tersebut sudah terlalu sesak hingga kadar oksigen di perairan tersebut turun drastis, menyebabkan ikan kesulitan bernapas. Dan pemerintah daerah terus meningkatkan batas atas populasi ikan budi daya yang diizinkan di teluk tersebut. Namun di satu sisi ada yang berpendapat bahwa praktek budi daya di sana sudah sesuai dengan kerangka kerja kelestarian budi daya perairan yang diterapkan di negara bagian." (ABC Australia)
- 28 Oktober 2016
- "ISS akan memulai eksperimen penanaman sayuran gelombang ketiga di luar angkasa. Sayuran yang ditanam tetap selada, yang akan memberikan hasilnya dalam waktu 4 minggu, di mana beberapa daun sudah dapat dipanen untuk dimakan dan sebagai sampel ilmiah. Tanaman akan dibiarkan hidup dengan beberapa daun sehingga akan terus menghasilkan daun yang baru untuk dipanen berulang." (Space Daily) (ZME Science)
- 27 Oktober 2016
- "PBB menyebutkan bahwa makanan cepat saji merupakan masalah hak asasi manusia, dengan menyebut bahwa peningkatan produksi makanan secara industri yang dikombinasikan dengan perdagangan bebas telah membanjiri masyarakat dengan makanan yang murah namun miskin nutrisi sehingga rakyat miskin dipaksa untuk memilih salah satu antara keterjangkauan ekonomi dengan kelayakan nutrisi, yang berarti melanggar hak mereka untuk mendapatkan makanan yang layak. Kondisi ini terkait peran PBB yang kini berperang melawan obesitas dan malnutrisi sekaligus, yang keduanya disebabkan oleh junk food." (CBS News) (Daily Mail)
- 19 Oktober 2016
- "Peternak sapi perah di Amerika Serikat mulai membuang kelebihan susu yang diproduksinya ke lahan penggembalaan, fasilitas biogas hingga dijadikan pakan ternak. Semua susu tersebut tidak dijadikan keju karena gudang penyimpanan keju mereka sudah penuh. Jumlah yang dibuang mencapai 43 juta galon atau 160 juta liter susu. Peternak sudah berusaha untuk memasukkan susu dan produknya ke dalam menu siswa sekolah dan berbagai waralaba, namun biaya transportasi yang tinggi dan harga yang rendah tidak dapat menutup biaya produksi." (Wall Street Journal) (Time)
- 16 Oktober 2016
- "Sebuah lahan usaha tani di Teluk Spencer, Australia Selatan mendayagunakan hanya energi surya sebagai sumber energinya, dan air laut sebagai sumber airnya, dan merupakan yang pertama di dunia melakukan hal tersebut. Sundrop Farms merupakan usaha yang ingin menyelesaikan tiga masalah di dunia sekaligus, yaitu kelangkaan air, kelangkaan energi, dan kelangkaan pangan. Air laut yang didesalinasi menggunakan energi matahari serta listrik tenaga surya yang dihasilkan mengalami surplus sehingga didistribusikan ke masyarakat di sekitar ladang." (EcoWatch) (Futurism)
- 9 Oktober 2016
- "Sebuah studi terhadap GMO oleh University of Virginia sejak 1998 terhadap 5000 petani jagung dan 5000 petani kedelai memperlihatkan data bahwa pengubahan jenis tanaman dari non-GMO ke GMO tidak menyebabkan penurunan penggunaan herbisida yang signifikan. Penggunaan insektisida sintetik pada lahan jagung menunjukkan penurunan karena jagung GMO didesain untuk tahan terhadap hama serangga, namun penggunaan herbisida sintetik pada kedua lahan berkurang hanya pada tahap awal saja. Seiring waktu, gulma menunjukkan resistansinya terhadap herbisida sehingga petani akan menambah dosis herbisidanya." (University of Virginia News Centre) (Intersting Engineering)
- 7 Oktober 2016
- "GMO mungkin tidak akan berkontribusi besar terhadap pemberantasan wabah kelaparan dunia. Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Environmental Working Group menemukan bahwa Amerika Serikat mengekspor sebagian besar hasil pertanian berbasis GMO-nya ke negara-negara maju, sehingga hampir tidak ada kontribusi langsung kepada negara-negara miskin. Negara-negara penderita wabah kelaparan seperti Haiti, Yaman, dan Ethiopia hanya mendapatkan setengah persen dari ekspor Amerika Serikat. Sedangkan total bantuan pangan yang diberikan Amerika Serikat kepada dunia hanya 2.3 persen dari total suplai pangan yang dikonsumsi negara miskin." (Environmental Working Group) (EcoWatch)
- 5 Oktober 2016
- "3 dari 4 spesies ikan yang dikonsumsi sehari-hari di Singapura tidak bersifat lestari. Temuan tersebut diumumkan dalam kampanye oleh WWF Singapura yang meluncurkan panduan tingkat kelestarian budidaya dan penangkapan ikan terhadap lebih dari 40 spesies ikan. Diantara ikan yang populer di negara tersebut, ada ikan selar kuning (Selaroides leptolepis) yang umum dimakan bersama nasi lemak, makanan khas melayu, dan ikan bawal putih (Pampus argenteus) yang digunakan dalam menu sup bihun ikan. WWF Singapura juga menekankan bahwa penduduk negara tersebut mengonsumsi banyak sekali ikan, dengan jumlah mencapai 22 kg per kapita per tahun." (AsiaOne) (Straits Times)
- 4 Oktober 2016
- "Feralisasi atau peliaran kembali hewan ternak umumnya melibatkan proses perubahan genetika tertentu. Sebuah riset oleh Linköping University berdasarkan kasus feralisasi ayam pasca badai tropis yang menerjang pulau tersebut, menemukan bahwa feralisasi bukanlah proses domestikasi yang terbalik; bagian gen yang terlibat bukanlah gen yang berubah ketika hewan liar didomestikasi." (The Science Explorer) (Phys.org)
Arsip: