Portal:Pertanian/Berita terkini/Januari/2016

30 Januari 2016
Pertanian intensif yang terpisah-pisah
Pertanian intensif
yang terpisah-pisah
  • "Dengan "memadatkan" produksi pertanian pada satu lahan dapat menyelamatkan keanekaragaman hayati. Kesimpulan tersebut didapatkan dari tim peneliti asal Brazil dan Inggris. Pertanian intensif yang tersebar ke berbagai lahan usaha tani menyebabkan inefisiensi lahan, yang ikut berkontribusi pada penggundulan hutan. Dengan melakukan rekonsiliasi dan penyatuan lahan usaha tani tersebut, sambil diterapkan kebijakan zonasi lahan, maka akan semakin banyak hutan dapat diselamatkan." (BBC) (ScienceWorldReport)

29 Januari 2016
  • "Tren makanan sehat meningkat di Amerika Serikat; semakin banyak konsumen membeli makanan berlabel "Natural". Meski demikian, sebenarnya masih banyak konsumen yang belum memahami dengan pasti makna dari label "Natural" yang diberikan oleh USDA dan FDA tersebut. FDA telah memberikan definisi mengenai label "Natural" namun masih sangat ambigu sehingga banyak konsumen yang "tersasar" ke produk yang tidak mereka inginkan. Bahkan 45 persen konsumen yang disurvei meyakini bahwa makanan berlabel natural telah diverifikasi oleh FDA dan USDA, padahal tidak ada verifikasi untuk itu." (ConsumerReports.org) (Quartz)

29 Januari 2016
28 Januari 2016
  • "George Lee dari San Fransisco berhasil menjuarai lomba aplikasi komputer terbuka bidang pertanian berdasarkan basis data USDA. Ia membuat software yang digunakan untuk memberikan saran tanaman yang cocok untuk ditanam dalam setiap radius 5 km. Lomba ini diadakan sebagai sarana untuk meningkatkan ketahanan pangan negara tersebut dari perubahan iklim dan bekerja sama dengan Microsoft." (USDA) (Agripulse)

27 Januari 2016
  • "Gelombang dingin yang terjadi di Asia Timur menyebabkan kerugian di bidang pertanian setidaknya sebesar 448.1 juta NT$. Kerugian terbesar ada di usaha perikanan di Tainan yang menyebabkan kebinasaan ikan. Kebun strawberry, jahe, persik, apel, dan pir di sebagian besar wilayah di seluruh negara juga mengalami kerusakan. Petani dan peternak diharapkan secepatnya mengisi aplikasi permohonan dana darurat sebelum tanggal 4 Februari untuk mendapatkan pendanaan dan bantuan teknis." (Taipei Times) (China Post)

26 Januari 2016
  • "Tim wartawan internasional melaporkan bahwa data hasil panen padi di Indonesia kemungkinan besar dimanipulasi untuk meningkatkan subsidi dan meningkatkan citra pemerintah negara. Modusnya adalah menggelembungkan angka dan mengulang data stok beras menjadi nol setiap bulan Januari sehingga data pada tahun sebelumnya hilang begitu saja. Kejanggalan ini didapatkan setelah diketahui bahwa data dari Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik berbeda sejauh 17-19 persen dibandingkan USDA. Sedangkan survey di lapang oleh peneliti dari Institut Pertanian Bogor menunjukkan bahwa di dua pertiga lahan yang ditanam justru mengalami penurunan hingga dua puluh persen. Kejanggalan lainnya adalah, meski mengaku surplus, pemerintah Indonesia mengimpor beras dari Thailand dan Vietnam dan dilakukan secara terburu-buru." (Reuters) (Daily Mail)

25 Januari 2016
  • "Pisang cavendish terancam punah. Sebuah fungi Fusarium oxysporum f.sp. cubense telah menyebar di seantero benua Amerika dan dapat tersebar hingga ke seluruh dunia. Pisang jenis ini dikabarkan akan bernasib sama dengan pisang gros michel yang pernah berjaya sebelum tahun 1950an namun tersapu oleh penyakit panama. Cavendish dikonsumsi oleh hampir seluruh masyarakat benua Amerika dan Eropa, dan merupakan seperempat dari konsumsi pisang di India. Kondisi ini mendorong pentingnya penemuan varietas baru yang lebih tahan penyakit." (BBC) (Independent.co.uk)

24 Januari 2016
  • "Sampah plastik akan menjadi populasi utama di lautan melebihi ikan di tahun 2050. Laporan ini dipaparkan dalam World Economic Forum yang diadakan di Davos, Swiss beberapa waktu lalu. Anggota WEF mengumpukan laporan ini dari 200 riset terkait yang melibatkan 180 peneliti di seluruh dunia. Salah satunya adalah peningkatan produksi dan penggunaan plastik yang senantiasa terjadi dari tahun ke tahun. Sedangkan sepertiga dari sampah plastik yang terbuang menuju ke lautan. Beberapa jenis plastik terurai di lautan dan masuk ke dalam rantai makanan hingga tersaji di meja makan masyarakat." (Quartz) (ScienceAlert)

23 Januari 2016
22 Januari 2016
  • "PETA merilis video yang menunjukkan kekejaman yang dilakukan Holmes Farm terhadap hewan-hewan yang akan dijadikan peliharaan dan dijual secara online di Petco, PetSmart, dan Pet Supplier Plus. Hewan-hewan tersebut hidup dalam ruang yang sangat sempit, dan sering dimusnahkan dengan cara yang tidak manusiawi, seperti dilukai lalu menumpuknya di tempat sampah begitu saja, hingga dibekukan dalam kondisi hidup sampai hewan tersebut mati. Tidak jarang hewan peliharaan ditemukan mati di kandang karena perawatan medis tidak dilakukan dengan layak." (Daily Mail) (International Business Times)

21 Januari 2016
  • "Para pakar sepakat bahwa mengkonsumsi daging menambah kotribusi emisi gas rumah kaca. Namun pengecualian ditemukan pada kasus di Cerrado, Brazil. Ilmuwan menemukan bahwa tingkat permintaan daging yang tinggi di Brazil dapat memberikan insentif bagi peternak untuk mendayagunakan kawasan tersebut sehingga menjadi wilayah yang dapat menyimpan karbon lebih banyak jika dibandingkan dengan emisi yang dikeluarkan oleh aktivitas penggembalaan sapi. Mereka fokus pada penggembalaan yang tidak menyebabkan deforestasi, dan pemanfaatan rumput dari genus Brachiaria yang mampu menyimpan karbon dalam jumlah besar dan terkait dalam siklus karbon tanah." (Nature) (Science World Report)

20 Januari 2016
  • "Memakan ikan di fase kehamilan dapat meningkatkan kualitas otak bayi yang dilahirkan. Sebuah studi yang dibiayai oleh pemerintah Spanyol terhadap 2000 wanita hamil menyimpulkan demikian. Pada responden yang memakan ikan dalam jumlah besar ditemukan DHA yang tinggi pada tali pusat, namun juga ditemukan kandungan raksa. Meski demikian, peneliti tidak menemukan dampak yang negatif terhadap raksa di tali pusat terhadap anak, karena anak dari responden juga diuji kemampuan kognitifnya pada usia 14 bulan dan lima tahun." (TIME) (Huffington Post)

19 Januari 2016
  • "Eksportir sapi di Australia memprotes kebijakan pemerintah Indonesia yang tiba-tiba menerapkan pajak untuk sapi impor sebesar 10%. Pajak ini akan meningkatkan harga daging sapi di Indonesia dan menurunkan jumlah permintaan. Kebijakan ini dinilai bertentangan dengan janji presiden joko widodo yang akan menurunkan harga daging sapi." (Beef Central) (Farm Weekly)

18 Januari 2016
Penerapan pupuk kandang
Penerapan
pupuk kandang
  • "Dewan kota Cincinnati, Ohio, berencana menjadikan kotoran manusia sebagai pupuk untuk diterapkan di berbagai lahan usaha tani di kota tersebut. Keputusan ini tercipta setelah fasilitas pengolahan limbah di negara tersebut tidak lagi memenuhi standar nasional, sehingga opsi tersebut lebih murah dibandingkan membangun fasilitas pengolahan baru." (13 ABC) (Fox 59)

15 Januari 2016
  • "Sebuah studi yang dilakukan YouGov dan perusahaan makanan Kellogg's menemukan bahwa setidaknya 8 persen guru di Inggris memberikan makanan secara sukarela kepada anak didiknya untuk mencegah mereka kelaparan dan kelelahan di kelas. Menurut mereka, kelaparan menyebabkan para siswa tidak dapat fokus di kelas. Survey serupa juga menunjukkan bahwa semakin banyak siswa yang pergi ke sekolah tanpa sarapan terlebih dahulu. Padahal menurut Family and Childcare Trust dan studi oleh Cardiff University, sarapan berperan penting pada prestasi siswa di sekolahnya." (Daily Mail) (Birmingham Mail)

13 Januari 2016
10 Januari 2016
  • "Panduan konsumsi untuk masyarakat Amerika Serikat yang dikeluarkan USDA dan HHS tahun ini tidak menyertakan rekomendasi ilmiah terhadap kelestarian lingkungan demi keberlanjutan produksi pangan. Berbagai pakar mengharapkan dalam panduan memperbanyak rasio pangan nabati dan mengurangi pangan hewani demi rekomendasi tersebut, namun yang terjadi justru sebaliknya. Panduan yang diterbitkan ini tidak sejalan dengan visi perubahan iklim pemerintah AS. Selain itu, rekomendasi tidak menambah rekomendasi pangan utuh, dan masih menuliskan nutrisi yang harus dibatasi seperti lemak jenuh dan gula, yang dapat dianggap oleh masyarakat sebagai "izin" untuk mengkonsumsi makanan cepat saji dan soda." (Christian Science Monitor) (Mother Jones)

9 Januari 2016
  • "Campbell Soup, perusahaan yang terkenal dengan sup kaleng, menyatakan dukungannya untuk memasang label GMO pada setiap produknya. Keputusan ini sejalan dengan survey yang menyatakan bahwa 92 persen konsumen menginginkan demikian, namun berlawanan dengan pelaku usaha di bidang makanan. Campbell melakukan hal yang demikian karena ia percaya bahwa GMO aman untuk dikonsumsi dan mereka yakin tidak akan mengalami penurunan omzet usaha. Selain itu, perubahan sikap ini disebabkan oleh kewajiban serupa yang akan berlaku lebih dulu di negara bagian Vermont." (Wall Street Journal) (Agri Pulse)

8 Januari 2016
Perkebunan tebu
Perkebunan
tebu
  • "Alexander & Baldwin, salah satu perusahaan terbesar di Hawaii, menutup perkebunan tebu miliknya, yang menandai berakhirnya industri pengolahan tebu di negara bagian tersebut. Perkebunan tersebut merupakan yang terakhir di Hawaii, dan A&B menyatakan akan mendiversifikasi usahanya di bidang pertanian sehingga tidak akan melakukan pemutusan hubungan kerja. A&B telah berdiri sejak 145 tahun yang lalu, namun usaha perkebunannya telah bergerak sebelum itu. Perkembangan perusahaan ini tidak terlepas dari sejarah Hawaii." (Maui Now) (NBC News)

7 Januari 2016
  • "Sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Nature menemukan bahwa sejak tahun 1964 sampai 2007, kekeringan dan cuaca panas ekstrim menyebabkan penurunan sebesar 10 persen hasil pertanian dari yang seharusnya. Keduanya berkontribusi lebih besar dari bencana lainnya seperti banjir dan dingin ekstrim. Riset ini didasarkan pada evaluasi terhadap 2800 bencana terkait cuaca yang telah terjadi terhadap tanaman pangan utama seperti jagung, padi, dan gandum. Pertanian di negara maju mengalami penurunan hasil lebih tinggi dibandingkan pertanian di negara miskin dan berkembang." (Time) (NY Times)

6 Januari 2016
Lahan usaha tani di Oxfordshire, Inggris
Lahan usaha tani
di Oxfordshire, Inggris
  • "Setengah dari makanan yang dimakan di Inggris berasal dari luar Inggris. Kondisi ini menimbulkan dampak baik bagi Inggris sendiri maupun negara pengekspor bahan pangan. Bagi Inggris, tingginya jumlah makanan impor dapat meningkatkan risiko ketahanan pangan. Selain itu, 64% emisi karbon dioksida yang seharusnya menjadi beban warga Inggris malah menjadi beban negara pengekspor. Dengan semakin jelasnya hubungan antara perubahan iklim dan pertanian, penanganan emisi gas rumah kaca dari pertanian seharusnya dibebankan kepada negara yang memakan hasil pertanian tersebut." (Sky News) (The Guardian)

5 Januari 2016
  • "Ikan mas Asia dari genus Hypophthalmichthys akan menjadi ikan yang paling dominan di Danau Erie. Ikan ini merupakan spesies invasif yang didatangkan di tahun 70an untuk membersihkan reservoir air. Ikan ini kemudian lepas ke Sungai Mississipi dan berenang ke hulu menuju Danau Erie. Individu ikan ini pernah ditemukan beberapa kali sebelumnya, namun tidak menarik perhatian karena belum ditemukan populasi berdikari (self-sustaining population). Keberadaan ikan ini akan menghalangi perkembangan populasi ikan asli Danau Erie seperti Sander vitreus dan Oncorhynchus mykiss." (CBS Local) (CTV News)

4 Januari 2016
  • "Di Alaska, sebuah perusahaan start-up berbasis di Anchorage, Alaska, Vertical Harvest Hydroponics mengubah peti kemas bekas menjadi unit usaha tani hidroponik. Di dalamnya terdapat lampu LED yang digunakan sebagai pengganti cahaya matahari bagi tumbuhan. Kondisi lingkungan di dalamnya dapat diatur, termasuk temperatur dan kelembaban karena unit ini sangat terinsulasi. Pengembangnya menyatakan bahwa cukup dengan mencari sumber listrik dan tumbuhan sudah bisa ditumbuhkan di dalamnya. Mereka mengklaim harganya tidak akan lebih dari 100 ribu USD, kecuali dengan instalasi solar panel." (Alaska Dispatch News) (NY Times)

1 Januari 2016
  • "Konsumsi sukrosa berlebih dapat meningkatkan risiko kanker payudara, dan memiliki kemungkinan kanker menyebar ke paru-paru. Kesimpulan ini didapatkan oleh para peneliti di University of Texas berdasarkan percobaan kepada tikus laboratorium. Para peneliti mengemukakan bahwa mereka menggunakan takaran konsumsi sukrosa yang diberikan kepada tikus sebanding dengan konsumsi pada manusia saat ini yang sekitar 35 kg per kapita per tahun. Sukrosa sebanyak itu sebagian besar didapatkan dari berbagai minuman dan makanan ringan yang dikonsumsi masyarakat modern sehari-hari." (Daily Mail) (Express.co.uk)