Perkampungan Tradisional Rumah Tuo Rantau Panjang

museum di Indonesia

Perkampungan Rumah Tuo Rantau Panjang adalah sebuah lokasi perkampungan di Rantau Panjang, Tabir, kabupaten Merangin, Jambi, yang masih mempertahankan bangunan-bangunan asli rumah tradisional. Disebut perkampungan rumah tuo, karena dikampung tersebut masih ada bangunan rumah tua yang didirikan tahun 1330, dan masih bertahan hingga sekarang.

Salah satu bangunan rumah tuo yang dibangun sejak tahun 1330.

Rumah Tradisional Rantau Panjang sunting

Rumah tuo [1] secara administratif terletak di Provinsi Jambi, Kabupaten Merangin, Kecamatan Tabir, tepatnya di Desa Baruh. Terdapat sebuah perkampungan tua dengan rumah-rumah yang masih tradisional sebanyak 80 buah, walaupun sebagian rumah sudah ada yang menggunakan batu sebagai dinding dan pondasi rumah yang berada di kawasan rumah tuo Desa Baruh. Luas wilayah 1.750 Ha dengan kondisi geografis tanah yaitu perkebunan. Rumah Tuo Rantau Panjang merupakan salah satu situs cagar budaya yang berada di Merangin. Rumah yang dibangun pada tahun 1330 ini mulai ditetapkan sebagai situs cagar budaya pada tahun 1996. Meski dibangun pada tahun 1330, namun rumah ini baru mulai ditempati pada tahun 1332. Banyak penelitian yang telah dilakukan di rumah tuo rantau panjang ini, salah satunya penelitian mengenai arsitektur nya. Berikut ini beberapa penjelasan mengenai bentuk arsitektur Rumah Tuo Rantau Panjang.[2]

Tiang dan Umpak sunting

Rumah tuo rantau panjang memiliki tiang [3] sebanyak 26 tiang dengan masing-masing tiang berdiameter 21 cm. Tiang rumah tuo ini terbuat dari kayu yang berbentuk lingkaran dengan cat warna hitam kecokelatan. Pada setiap tiang terdapat umpak persegi panjang yang terbuat dari kayu dan semen. Umpak kayu digunakan pada 24 tiang rumah, sedangkan umpak semen digunakan pada 2 tiang beranda/teras. Umpak yang digunakan memiliki ukuran panjang 56 cm dan lebar 7 cm pada masing-masing umpak. Umpak kayu berawarna hitam keabu-abuan dan umpak semen sudah mulai ditumbuhi lumut sehingga warnanya adalah hitam kehjauan. Tiang rumah tuo rantau panjang ini disusun secara berjejer dengan susunan 4 baris dan 6 kolom. Pada tiang bagian dalam terdapat benda yang bernama cangok. Benda yang terbuat dari rotan yang dikeringkan ini dimaksudkan untuk menangkal roh-roh jahat. Cangok sengaja disangkutkan pada tiang-tiang yang berada di depan kamar dan ruang sabaliak mandalam. Rumah tuo rantau panjang ini memiliki pintu sebanyak 11 pintu. Pada bagian selatan rumah terdapat 4 pintu yaitu pintu kamar, pintu ruang baliak mendalam, pintu gedan dan pintu dapur.Setiap pintu memiliki ukuran yang berbeda-beda. Pintu kamar memiliki lebar 82 cm dan tinggi 150 cm, pintu ruang biliak mendalam memiliki lebar 96 cm dan tinggi 158 cm, pintu gedang memiliki lebar 147 cm dan tinggi 79 cm, srta pintu dapur memiliki lebar 77 cm dan tinggi 47 cm. Pintu-pintu pada bagian ini dibuat dengan menggunakan tekhnik engsel besi, kecuali pada pintu gedang yang masih menggunakan tekhnik pasak. Pada bagian utara rumah terdapat 5 pintu yang terbuat dari kayu sebagai bingkai dan papan sebagai daun pintu, yaitu 1 pintu masuk dan 4 pintu gedang. Pintu masuk memiliki ukuran lebar 136 cm dan tinggi 89 cm. Sedangkan pada masing-masing pintu gedang memiliki ukuran yang sama yaitu lebar 227 cm dan tinggi 106 cm.

Pada bagian bingkai atas pintu gedang terdapat ukiran-ukiran seperti ombak. Pintu-pintu bagian utara ini seluruh nya masih menggunakan tekhnik pasak. Sama hal nya seperti jendela pintu-pintu bagian utara tidak memiliki ventilasi. Pintu bagian barat 1 pintu, yaitu pintu dapur dengan bentuk persegi panjang. Warna pintu yakni coklat kehitaman dan pada bagian atas pintu terdapat lubang pengunci pintu. Pintu bagian barat ini memiliki ukuran lebar 88 cm dan tinggi 62 cm. Pintu ini menggunakan tekhnik engsel besi. Dilihat dari warna dan tekhnik yang digunakan diduga bahwa pintu ini bukan merupakan salah satu pintu kuno, karena menurut penuturan Pak Iskandar [4](pemiliki rumah) pintu tersebut baru dibuat. Pada bagian timur rumah terdapat 1 pintu yang letaknya juga berada di dapur. Sama halnya dengan pintu bagian barat, pintu bagian timur ini menggunkan engsel besi. Pintu memiliki ukuran lebar 84 cm dan tinggi 56 cm. Meskipun termasuk salah satu pintu yang baru dibuat pintu bagian timur ini juga terbuat dari kayu sebagai bingkai dan papan sebagai daun pintu.

Lantai Rumah sunting

Lantai rumah rantau panjang berbentuk datar dengan tikar sebagai lapisan lantai. Lantai ini terbuat dari papan yang disusun dengan menggunakan paku.warna papan lantai adalah hitam kecoklatan dan warna kayu. Tidak semua lantai dilapisi dengan tikar, hanya ruang serambi dan ruang keluarga yang dilapisi dengan tikar.

Atap rumah sunting

Atap rumah berbentuk segitiga memanjang dengan rangka susun menyilang. Teknologi yang digunakan pada atap adalah susun paku. Awalnya atap rumah ini terbuat dari ijuk namun sekarang sudah diganti dengan seng. Rangka atap berjumlah 10 dengan ukuran panjang masing-masing rangka yaitu 668 cm dan lebar 5 cm. Rangka atap terbuat dari kayu persegi panjang. Sedangkan gading atap berjumlah 160 gading dengan ukuran panjang masing-masing gading 12,15 m dan lebar 7 cm. Gading atap terbuat dari kayu yang direkatkan dengan menggunakan teknik susun paku.

Referensi sunting

  1. ^ "Rumah Tuo Rantau Panjang Jambi". Informasi Situs Budaya Indonesia. 2018-02-09. Diakses tanggal 2019-03-06. 
  2. ^ "Eksotisme Rumah Raja Berusia Ratusan Tahun di Merangin (1)". Tribun Jambi. Diakses tanggal 2019-03-07. 
  3. ^ "(PDF) ARTI TIANG RUMAH TRADISIONAL SUKU BATIN DI KAMPUNG BARUH, JAMBI". ResearchGate (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-03-07. 
  4. ^ "Penampakan Rumah Tertua Berusia 686 Tahun Di Jambi". Reportase News. 2016-08-19. Diakses tanggal 2019-03-07. 

Pranala luar sunting