Pemberontakan Batavia

Pemberontakan Batavia terjadi di provinsi Romawi Germania Bawah (Belanda Selatan / Utara daratan Rhine) antara tahun 69 dan 70 Masehi. Pemberontakan itu adalah perlawanan yang dilakukan oleh Suku Batavia (suku kecil Jermanik Batavia yang kuat secara militer menghuni delta sungai Rhine) melawan Kekaisaran Romawi. Selain suku Batavia kekuatan pemberontak dalam pemberontakan ini merupakan gabungan dari beberapa suku Jermanik tetangga, baik dari dalam maupun luar perbatasan kekaisaran, juga diperkuat oleh suku Keltik dan Gallia Belgica.

Pemberontakan Batavia
Bagian dari Tahun Empat Kaisar

Konspirasi Batavia / Claudius Civilis,
lukisan Rembrandt tahun 1661
Tanggal69–70 M
LokasiGermania Inferior dan Gaul
Hasil Kemenangan strategis Roman, penaklukan Batavia
Pihak terlibat
Suku Batavia
Suku Cananefates
Suku Frisii
Suku Lingones
Suku Treveri
Kekaisaran Romawi
Tokoh dan pemimpin
Gaius Julius Civilis
Brinno
Julius Tutor
Julius Classicus
Marcus Hordeonius Flaccus
Claudius Labeo
Munius Lupercus
Quintus Petillius Cerialis
Kekuatan


  • Satu Resimen Auxilia, delapan legiun Kohort; 5,000+ pejuang Batavia (sebagian besar Kavaleri)
  • 10,000 pembelot Romawi (Dua legiun)
  • Dukungan suku-suku yang terlibat, kemungkinan ribuan
Total: 5,000–20,000


Empat legiun tentara Romawi termasuk upaya dari pasukan bantuan, antara 10,000–15,000+

Tambahan:
Empat legiun tentara Romawi; 40,000

Jumlah Total: 60,000–65,000
Korban
Relatif sedikit dikarenakan pasukan Batavia pada awalnya bertahan dan selanjutnya kembali melayani serangan Romawi 10,000–20,000+

Di bawah kepemimpinan Pangeran Gaius Julius Civilis, perwira pembantu di militer Kekaisaran Romawi, Batavia dan sekutu mereka berhasil menimbulkan serangkaian kekalahan memalukan pada tentara Romawi, termasuk penghancuran dua legiun. Setelah keberhasilan awal yang mencengangkan ini, pasukan Romawi dalam jumlah besar dikerahkan, di bawah pimpinan jenderal Quintus Petillius Cerialis Romawi akhirnya mengalahkan pemberontak. Menyusul pembicaraan perdamaian Batavia diserahkan lagi di bawah kekuasaan Romawi, tetapi dipaksa untuk menerima persyaratan memalukan dan legiun ditempatkan secara permanen di wilayah mereka, di Noviomagus (daerah Nijmegen, Belanda modern).

Latar Belakang sunting

Suku bangsa Batavia adalah sub-suku dari kelompok suku Jermanik Chatti yang telah bermigrasi ke wilayah antara sungai Rhine Purba dan Waal (pada wilayah yang hari ini disebut Betuwe), pada masa kekuasaan Kekaisaran Romawi wilayah ini menjadi provinsi Romawi Germania Bawah (Belanda Selatan / Rhein Utara). Kawasan ini termasuk dataran yang subur oleh endapan aluvial. Meski demikian sebagian besar daerah ini tidak layak sebagai daerah pertanian terutama disekitar rawa delta Rhine. Kondisi ketidaksuburan tersebut membuat populasi suku bangsa Batavia yang menghuni wilayah ini sangat sedikit, bahkan tidak lebih dari 35.000 jiwa untuk saat ini.[1]

Suku bangsa ini terdiri dari orang-orang yang gemar berperang, memiliki keahlian sebagai penunggang kuda yang terampil, handal mengemudikan perahu dan perenang. Oleh karena itu mereka memiliki kemampuan yang sangat baik sebagai pasukan militer dan banyak yang direkrut menjadi tentara. Sebagai imbalan untuk hak istimewa mereka yang tidak biasa ini, mereka dibebaskan dari tributum (pajak tanah dan kepala yang dikenakan), mereka menyediakan banyak orang yang di antaranya dari direkrut sebagai Auxilia Julio-Claudian sebanyak satu legiun ala dan 8 Kohort. Mereka juga menyediakan sebagian pengawal elit Jermania bagi kaisar Augustus, yang terus bertahan sampai tahun 68 M.[2] Auxilia Batavia berjumlah sekitar 5.000 orang. Hal ini menyiratkan bahwa pada seluruh periode Julio-Claudian, lebih dari 50% dari semua laki-laki Batavia mencapai usia militer (16 tahun) mungkin telah terdaftar di Auxilia tersebut. Dengan demikian Batavia, meskipun hanya sekitar 0,05% dari total penduduk kekaisaran pada tahun 23 M, telah menyediakan sekitar 4% dari total Auxilia atau sebanyak 80 kali dari jumlah yang sebanding dengan penduduk mereka. Kenyataan ini membuat mereka dianggap oleh orang Romawi sebagai yang terbaik dan paling berani dari auxilia, bahkan dari semua kekuatan militer Romawi.[3] Dalam melayanai militer Romawi, suku Batavia berhasil menyempurnakan teknik unik mereka dalam hal berenang di sungai memakai baju besi lengkap dengan membawa senjata.[4]

Gaius Julius Civilis (sebuah nama yang diadopsi dari bahasa Latin) adalah seorang pangeran keturunan Batavia dan seorang komandan dari unit militer Batavia dalam angkatan bersenjata Romawi. Seorang veteran yang telah memberikan pelayanan cemerlang selama 25 tahun dalam ketentaraan Romawi, ia dan 8 Kohort Batavia telah memainkan peran penting dalam invasi Romawi di Inggris pada tahun 43 M dilanjutkan dengan penaklukan berikutnya terhadap negara itu antara tahun 43-66 M.[5]

 
Medali perak, yang menunjukkan milik C. Aquilius Proculus, yang pilus primus yang diselenggarakan mundur pasukan Romawi dari Rhineland dan dikhianati oleh auxilia lokal. (Tac. Historiae IV-18). Medali ini ditemukan di Dataran Tinggi Kops di Nijmegen.[6]

Pada tahun 69 M, Civilis dan resimen Batavia serta penduduk Batavia seharusnya sedang dalam keadaan tenang dan puas menjadi bagian dari kekaisaran Romawi. Setelah resimen Batavia ditarik dari Inggris pada tahun 66 M, Civilis dan saudaranya (yang juga seorang komandan militer Romawi) ditangkap oleh gubernur Germania Bawah dengan tuduhan palsu Civilis melakukan pengkhianatan. Gubernur memerintahkan eksekusi saudara Civilis, dan mengirim Civilis ke Roma dalam keadaan dirantai untuk diadili dihadapan kaisar Romawi. Perbedaan perlakuan yang diterima oleh Civilis dan saudaranya ini antara menunjukkan bahwa saudara masih peregrinus (yaitu subjek non-warga negara) dari kekaisaran. Sedangkan Civilis yang namanya berbahasa Latin telah diberikan kewarganegaraan Romawi, dan memiliki hak agar kasusnya didengar oleh kaisar secara pribadi. Sementara Civilis dalam penjara menunggu sidang atas kasusnya, Nero digulingkan pada tahun 68 M oleh pasukan Italia yang dipimpin oleh Gubernur Hispania Tarraconensis, seorang veteran Servius Sulpicius Galba. Dalam peristiwa ini Nero bunuh diri, jatuhnya kekuasaan Nero telah mengakhiri pemerintahan dinasti Julio-Claudian yang didirikan abad sebelumnya oleh Augustus. Galba mengumumkan dirinya sebagai kaisar yang baru. Dia segera membebaskan Civilis dari tuduhan pengkhianatan dan memungkinkan dia untuk kembali ke rumahnya.

Setelah kembali ke Germania Bawah Civilis ditangkap lagi, kali ini atas perintah gubernur baru Aulus Vitellius. Penangkapannya dilakukan atas desakan dari legiun di bawah komandonya, yang menuntut hukuman mati atas Civilis.[7] Sementara itu di ibu kota Roma Kaisar baru Galba membubarkan Resimen pengawal Jerman, yang diragukan karena kesetiaan mereka telah diberikan kepada Nero pada hari-hari terakhir kekuasaannya. Hal ini membuat terpecahnya ratusan tentara Batavia yang seakan membuat mereka terasing, bagi seluruh suku bangsa Batavia tindakan kaisar ini dianggap sebagai penghinaan serius.[8] Pada saat yang sama, hubungan memburuk antara 8 kohort Batavia dengan atasan mereka di legiun XIV Gemina. Hubungan ini telah terjalin dengan baik sejak invasi Inggris 25 tahun sebelumnya. Kebencian antara legiun Romawi dan auxilia Jerman semakin memanas sehingga meletus dalam pertempuran serius pada sedikitnya dua kesempatan.[9]

Pada saat ini, kekaisaran Romawi diguncang perang sipil besar pertama untuk abad, yang dikenal sebagai bagian dari era Tahun Empat Kaisar. Penyebabnya adalah jatuhnya dinasti Julio-Claudian. Dimana keturunan Kaisar Augustus sebelumnya telah menikmati kesetiaan otomatis dan penuh kesungguhan dari legiun biasa dan tentara perbatasan. Tapi kaisar baru Galba memiliki kekuasaan tertinggi yang sekarang terbuka dimana secara umum cukup kuat untuk merebut kesetiaan yang sebelumnya dinikmati oleh dinasti Julio-Claudian. Pertama pada tahun 69 M wakil kaisar Galba, Otho melakukan kudeta di Roma melawan pemimpinnya. Otho akhirnya tewas oleh Pengawal Praetoria.

Kemudian Vitellius mengajukan tawaran sendiri untuk mempertahankan kekuasaan kaisar, untuk itu ia mempersiapkan legiun Rhien di bawah pimpinanya ke Italia untuk melawan Otho. Guna melancarkan tindakanya itu Vitellius membutuhkan dukungan militer dari Batavia, maka Vitellius segera membebaskan Civilis. Sebagai imbalannya, resimen Batavia dikerahkan membantu pasukan Vitellius sehingga mengakibatkan kekalahan Otho pada Pertempuran Bedriacum. Setelah menjalankan tugasnya pasukan Batavia kemudian diperintahkan untuk kembali ke rumah. Tapi pada saat ini tiba berita tentang pemberontakan Titus Flavius Vespasianus,seorang komandan pasukan Romawi di Suriah. Pemberontakan dilakukan dengan mengerahkan sejumlah besar tentara dari 5 legiun yang bergabung pula dengan legiun lain di Danube. Gubernur Vitellius di Germania Bawah kini dengan putus asa atas kemampuannya untuk meningkatkan lebih banyak tentara guna memadamkan pemberontakan. Ia telah kehilangan kemauan baik dari pasukan Batavia ketika ia mencoba untuk mengerahkan lebih banyak tentara Batavia dari jumlah maksimum yang sebelumnya ditetapkan dalam perjanjian antara mereka. Kebrutalan dan korupsi dari perwira-perwira perekrut Romawi yang juga bertanggung jawab atas banyak kasus kekerasan seksual pada anak laki-laki Batavia membuat misi Vitellius tidak berkenan bagi orang-orang Batavia. Ketidakpuasan di tanah air Batavia memuncak dan membuat suasana hubungan antara Romawi-Batavia memanas.[10]

Pemberontakan sunting

Pada musim panas tahun 69 M, Civilis berkedudukan sebagai komandan pasukan auxilia Batavia ditempatkan dalam legiun Rhine. Mengamati taktik militer Romawi yang dalam posisi lemah akhirnya memberinya ide tentang taktik untuk mengalahkan mereka. Tindakan pertama adalah untuk mengatur umpan dan Civilis memicu sebuah pemberontakan di luar Batavia.

Suku Cananefates yang tinggal di tanah antara Batavia dan Laut Utara. Dengan bujukan Civilis dihasut dalam pemberontakan yang misterisu. Pemberontakan suku Cananefates ini dipimpin oleh kepala suku mereka Brinno yang menyerang beberapa benteng Romawi, termasuk Traiectum (Utrecht). Dengan sebagian besar pasukan di Italia berjuang dalam perang sipil, orang-orang Romawi yang tertangkap basah. Flaccus, komandan legiun Rhine, mengirim pasukan tambahan untuk mengendalikan situasi. Hasilnya adalah bencana lain untuk Roma. Civilis berperan sebagai dalang pemberontakan dan mengalahkan Roma dekat Arnhem modern.

Untuk menghadapi kekuatan pemberontak yang kuat. Flaccus memerintahkan Alaudae V dan legiun XV Primigenia untuk menangani masalah ini. Kekuatan Romawi terdiri dari tiga unit auxilia, termasuk satu skuadron kavaleri Batavia yang dipimpin Claudius Labeo (dikenal sebagai seorang musuh Civilis). Pertempuran terjadi di dekat Nijmegen modern. Resimen Batavia mengabaikan untuk melawan dengan saudara sebangsa mereka, hal ini menjadi pukulan tersendiri bagi keruntuhan moral pasukan Romawi. Akibatnya adalah bencana dimana tentara Romawi dikalahkan dan legiun-legiun Roma terpaksa mundur ke markas mereka di Castra Vetera (Xanten modern).

Pada saat ini, orang Batavia yang independen dan jelas berada di atas angin. Bahkan Vespasianus, yang berjuang untuk takhta kekaisaran Vitellius, memberi hormat pada musuhnya yang melakukan pemberontakan, namun ia menghadapi pemberontakan dengan memanggil legiun dari Rhine ke Italia. Olehnya Batavia dijanjikan kemerdekaan dan Civilis digadang-gadangkan akan menjadi raja.

Castra Vetera sunting

Tetapi untuk alasan pihak Batavia yang misterius, janji Vespasianus tidaklah cukup untuk meredakan perlawanan. Civilis memilih melanjutkan melakukan pemberontakan, ia terus melakukan pembalasan dan bersumpah akan menghancurkan dua legiun Romawi. Waktu pemberontakan dipersiapkan dengan baik, disaat perang sipil Tahun Empat Kaisar pada puncaknya, ia memanfaatkan kesempatan dan peluang tersebut dimana Roma tidak mampu menghasilkan serangan balik yang efektif atas kekuatan pemberontak. Pada saat yang sama delapan unit auxilia Batavia yang mengabdi sebagai tentara Vitellius sedang dalam perjalanan pulang mereka dengan mudah dibujuk untuk bergabung dengan pemberontak untuk Batavia yang merdeka. Hal ini menjadi penguatan penting, selain terdiri dari sejumlah tentara veteran, jumlah legiun auxillia Batavia ini lebih besar dari gabungan tentara Romawi yang ditempatkan di Moguntiacum (Mainz) dan Bonna (Bonn).

Pada bulan September tahun 69 M, Civilis mulai melancarkan pengepungan terhadap Castra Vetera, kamp yang dipertahankan oleh 5.000 tentara dari legiun Alaudae V dan legiun Primigenia XV. Kamp tersebut sangat modern, dipenuhi dengan perlengkapan dan cukup baik sebagai benteng pertahanan berdinding dari batu bata lumpur dan kayu, kamp tersebut juga memiliki menara dan parit ganda. Setelah beberapa kali gagal untuk merebut kamp dengan paksa, Civilis akhirnya memutuskan melanjutkan pengepungan sehingga pasukan Romawi kelaparan dan menyerah.

Sementara itu, Flaccus memutuskan untuk menunggu hasil dari perang di Italia. Tidak lama sebelumnya, legiun Rhine telah dihukum oleh Galba atas tindakan mereka terhadap Vindex pemberontak Gallia Lugdunensis. Vespasianus memenangkan perang dan Civilis dianggap telah membantu dia untuk menjadi kaisar dengan mencegah setidaknya dua legiun dikepung di Xanten oleh pasukan yang setia kepada Vitellius. Flaccus dan komandannya tidak ingin mengambil risiko kejanggalan militer kedua dan memutuskan untuk menunggu instruksi.

Namun ketika kabar kekalahan Vitellius tiba di ibu kota dan Civilis masih terus pengepungan, Flaccus menyadari bahwa Civilis tidak berjuang untuk Vespasianus, faktanya Civilis berjuang untuk kemerdekaan Batavia. Flaccus mulai mempersiapkan serangan balik untuk menyelamatkan legiun yang terkepung. Civilis tidak akan menunggu sampai mereka sepenuhnya siap dan meluncurkan serangan kejutan. Di malam hari tanggal 1 Desember delapan resimen kavaleri Batavia menyerang Romawi di Krefeld. Serangan ini berhasil digagalkan oleh tentara Romawi yang memenangkan pertempuran dan menghancurkan kavaleri Batavia. Tetapi kerugian Romawi sendiri sangat besar.

Mengetahui bahwa pasukan Romawi akan datang ke Castra Vetera, Civilis mengakhiri pengepungan dan mengarahkan pasukannya mengancam akan menyerang Moguntiacum. Pasukan Romawi keliru menafsirkan tujuan Civilis bergegas untuk menyelamatkan basis utama mereka di Germania Atas. Tiba di Moguntiacum mereka menerima berita dari aksesi takhta Vespasianus. Flaccus memutuskan untuk merayakan acara tersebut dengan membagikan sejumlah uang kepada legiun. Tetapi legiun ini secara historis masih setia kepada Vitellius, mantan komandan mereka. Tindakan kemurahan hati Flaccus ditafsirkan sebagai suatu pelanggaran hingga akhirnya Flaccus dibunuh dan meninggalkan tentara Romawi dalam keadaan kebingungan.

Civilis melihat peristiwa ini sebagai kesempatan dan sebelum Romawi tahu apa yang telah terjadi, Civilis dan pasukannya mengepung Castra Vetera sekali lagi.

Pemberontakan berlanjut sunting

 
Perbatasan kekaisaran Romawi di Rhine tahun 70 M. Menunjukkan lokasi Batavia di kawasan delta Rhine. Sementara wilayah Romawi berbayang gelap
 
Rekonstruksi perahu sungai Romawi dari germanica classis (armada Rhine). Hal ini didasarkan pada penemuan yang luar biasa dari sisa-sisa lima kapal Romawi di Mainz pada awal 1980-an. Perahu di atas dilambangkan sebagai Mainz Type A, dirancang sebagai peluncuran serangan cepat. Perahu ini memiliki bentuk sempit panjang dan keel dangkal. Digerakan dengan tenaga pendayung oleh pasukan (32 dayung, 16 di setiap sisi). Perisai dipasang untuk melindungi pendayung dari ancaman senjata yang ditembak dari sungai. Pada saat pemberontakan Civilis (69 M), sebagian besar kapal tersebut diawaki oleh awak Batavia. replika ini tersimpan di Museum für Antike Schifffahrt, Mainz, Jerman

Tahun 70 dimulai dengan peluang yang mendukung para pemberontak. Dua legiun masih terkepung di Castra Vetera dan sisa tentara Romawi tidak cukup besar untuk mengatasi pemberontakan. Terlepas dari pemberontakan Batavia ditempat lain suku Treveri dan suku Lingones telah menyatakan kemerdekaan Gaul. Julius Sabinus pemimpin besar pemberontak, berhasil membujuk Germanica I dan Gallica XVI untuk bergabung denganya. Di Castra Vetera para tentara Romawi menghadapi situasi putus asa, persediaan makanan telah habis dan legiun yang mengepung bahkan menjadikan kuda dan keledai mereka sebagai bahan makanan untuk bertahan hidup dan melanjutkan pengepungan. Tanpa harapan yang berarti komandan pasukan Castra Vetera Munius Lupercus, memutuskan untuk menyerah.

Legiun Romawi yang menyerah dijanjikan mendapatkan keamanan atas jiwa mereka ketika meninggalkan kamp yang direbut oleh pemberontak. Semua senjata, bahan artileri dan emas yang tersisa dijarah oleh pemberontak. Alaudae V dan Primigenia XV berbaris keluar dari kamp tetapi setelah beranjak hanya beberapa kilometer dari kamp mereka disergap oleh pasukan Jerman dan dihancurkan. Komandan dan perwira utama ditangkap sebagai budak dan diberikan sebagai hadiah untuk Veleda (seorang pemimpin agama yang telah meramalkan munculnya kerajaan Batavia).

Setelah keberhasilan ini, Civilis pergi ke Colonia Agrippina (Cologne) dan mendirikan kemah pasukan di sana. Dalam bulan-bulan berikutnya, ia menghabiskan waktunya di tengah suku-suku lain dan mencoba meyakinkan para penduduk mulai Gaul utara dan Germania untuk bergabung dalam pemberontakan.

Serangan Balasan Romawi sunting

Pemberontakan di Germania sekarang merupakan ancaman nyata terhadap Kekaisaran. Dua legiun telah hilang, dua orang lain (Germanica I dan Gallica XVI) telah dikendalikan oleh pemberontak. Perkembangan ini tidak bisa dibiarkan lebih lama lagi. Begitu Vespasianus telah berhasil menegakan kekuasaan tertinggi Kekaisaran di tangannya dan situasi di Italia telah dikendalikan, ia memutuskan untuk menindak para pemberontak. Dia mengangkat Quintus Petillius Cerialis, kerabat dekatnya yang berpengalaman sebagai komandan pasukan balas dendam. Keduanya tidak ingin mengambil risiko kekalahan untuk misi itu mereka mengerahkan jumlah tentara yang sangat besar. Legiun VIII Augusta, Claudia XI, Gemina XIII, Rapax XXI dan Adiutrix II yang baru saja dikukuhkan segera dikirim ke Germania. Selain itu dibantu pula oleh legiun Adiutrix I, Victrix VI yang dipanggil dari Hispania dan Gemina XIV dari Britannia. Sebagian dari bagian legiun ini dikerahkan untuk menenangkan wilayah pemberontakan di Gaul dan Germania Atas serta mengamankan perbatasan Rhine. Namun tentara Cerialis yang besar ini menjadi ancaman serius bagi keseluruhan kekuatan para pemberontak.

Ketika berita tentang jumlah besar tentara semakin mendekat, Julius Tutor salah satu sekutu Civilis menyerah. Germanica I dan Gallica XVI juga menyerah. Mereka yang menyerah ditahan dan dipermalukan serta tidak lagi memiliki kepercayaan diri sebagai perwira Romawi. Pasukan Germanica I dibubarkan dan pasukannya dileburkan kedalam legiun Gemina VII di Pannonia. Gallica XVI diganti namanya sebagai Legiun Flavia Firma XVI. Pasukan Romawi menekan dari segala arah, aksi Cerealis telah memaksa pemberontak yang kini kehilangan sekutu-sekutu mereka untuk semakin mundur ke Utara. Pemberontakan itu sekarang berhasil dilokalisir terbatas di wilayah Germania Bawah.

Dari kampung halamanya di Batavia, Civilis pada beberapa kesempatan mencoba untuk menyerang tentara Romawi. Ia melakukan serangkaian aksi merebut daratan yang dikuasai Romawi dengan bantuan armada lautnya, melalui sungai Waal dan Rhine. Dalam salah satu serangan ini, Civilis berhasil menangkap kapal dari armada Romawi. Ini adalah penghinaan yang menjadi perhatian serius dari Roma. Cerialis memutuskan untuk tidak lagi menunggu dan menyegerakan pasukannya untuk melakukan serangan langsung ke Batavia.

Pada awal pemberontakan, Roma sedang sangat sibuk dengan operasi militer besar di Yudea selama Perang Pertama Yahudi-Romawi. Pengepungan Yerusalem yang dimulai pada bulan April 70 Masehi selesai pada awal September. Ketika Civilis mendengar bahwa Yerusalem telah jatuh, iapun dengan cerdas menyadari bahwa Roma sekarang akan membawa sumber daya lengkap untuk mengalahkan pemberontakannya, Civilis dengan sangat bijaksana menciptakan kondisi yang terbaik buatnya yakni, yaitu memulai perdamaian sebagaiman yang ia bisa lakukan. Ia bertujuan untuk menyelamatkan orang-orangnya dari kekalahan total jika pemberontakanya berhasil ditundukkan.

Pembicaraan damai akhirnya dilaksanakan. Pada sebuah jembatan yang dibangun di atas sungai Nabalia, di mana pihak yang bertikai mendekati satu sama lain pada kedua sisi jembatan. Hasilperjanjian secara umum tidak diketahui tetapi Batavia terpaksa memperbaharui aliansi mereka dengan Kekaisaran Romawi dan diwajibkan menyediakan delapan unit kavaleri auxilia untuk angkatan bersenjata Romawi. Ibu kota Batavia di Nijmegen dihancurkan dan para penduduknya diperintahkan untuk membangun kembali pemukiman baru beberapa kilometer di hilir sungai Rhein, pada sebuah tempat yang tidak strategis secara militer. Selain itu legiun Gemina X ditempatkan didekat ibu kota baru Batavia untuk mengamankan perdamaian.

Setelah perdamaian tidak diketahui bagaimana dengan nasib Civilis.

Pengaruh Budaya di Belanda sunting

Dengan perkembangan kesadaran kebangsaan Belanda modern yang dimulai pada abad ke-16. Belanda cenderung menganggap identitas Batavia kuno sebagai leluhur mereka, seperti dituturkan misalnya dalam nama Republik Batavia yang didirikan di bawah naungan Revolusi Prancis serta nama Batavia (sekarang Jakarta) diberikan sebagai nama ibu kota Hindia Belanda. Oleh karena itu, pemimpin Pemberontakan dari Batavia diberi status sebagai pahlawan nasional Belanda dan pemberontakan mereka melawan kekuasaan Romawi dianggap sebagai inspirasi bagi pemberontakan Belanda pada abad ke 16 melawan pemerintahan Spanyol. Tidak kurang dalam sebuah lukisannya Rembrandt menyiratkan sikap historis kebangsaan dan kepahlawanan sebagai bagian dari pandangan umum bangsa Belanda terhadap pemberontakan Batavia.

Referensi sunting

  1. ^ A. Birley Garrison Life at Vindolanda (2002) 43
  2. ^ Birley (2002) 43
  3. ^ Tacitus Germania 29.1 and Historiae II.28
  4. ^ Dio Cassius LXIX.9.6; Tacitus Agricola 18.4
  5. ^ Tacitus Historiae IV.12
  6. ^ www.livius.org - Nijmegen: Kops Plateau
  7. ^ Tacitus Historiae IV.13
  8. ^ Tacitus Historiae II.5
  9. ^ Tacitus Historiae I.64, II.66
  10. ^ Tacitus Historiae IV.14