Ferit Orhan Pamuk (lahir 7 Juni 1952) adalah seorang novelis Turki terkemuka dalam sastra pascamodernisme. Ia sangat populer di dalam negeri, dan pembacanya di seluruh dunia juga bertambah terus. Sebagai salah seorang novelis Eurasia paling terkemuka, karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 40 bahasa. Ia telah mendapatkan banyak penghargaan di dalam negeri maupun internasional.

Ferit Orhan Pamuk
Lahir7 Juni 1952 (umur 71)
Istanbul, Turki
PekerjaanNovelis, Professor di Universitas Columbia
KebangsaanTurki
Periode1974 – sekarang
Aliran sastraPascamodernisme
Karya terkenalKaranlık ve Işık (Dark and Light; debut)

The White Castle
The Black Book
The New Life
Namaku Merah Kirmizi
Snow

Istanbul: Memories and the City
PenghargaanPenghargaan Nobel dalam Sastra tahun 2006

Philosophy career

Website
http://www.orhanpamuk.net/

Pada 2005, pemerintah Turki mengenakan tuduhan kriminal terhadap Pamuk setelah ia membuat pernyataan-pernyataan mengenai pembunuhan lebih dari 1 juta orang Armenia dan 30.000 orang Kurdi di Anatolia. Jika terbukti bersalah, Pamuk dapat dipenjara hingga tiga tahun. Pengadilannya dimulai pada 16 Desember 2005, tetapi segera ditunda karena menunggu persetujuan dari Departemen Kehakiman Turki. [1] Tuduhan terhadapnya akhirnya dibatalkan pada 22 Januari 2006.

Biografi sunting

Pamuk dilahirkan di lingkungan keluarga berada. Ayahnya adalah CEO pertama IBM Turki. Ia belajar di Sekolah Menengah Umum Amerika Robert College di Istanbul. Kemudian ia mengambil program arsitektur di Universitas Teknik Istanbul, karena tekanan keluarganya agar ia menjadi insinyur atau arsitek. Namun ia berhenti setelah tiga tahun dan menjadi seorang penulis penuh waktu. Pamuk lulus dari Institut Jurnalisme di Universitas Istanbul pada 1977. Ia menjadi sarjana tamu di Universitas Columbia di New York City dari 1985 hingga 1988, dan pada masa yang sama ia pun menjadi mahasiswa tamu di Universitas Iowa. Lalu ia kembali ke Istanbul.

Pamuk menikah dengan Aylin Turegen pada 1982, tetapi mereka bercerai pada 2001. Keduanya mempunyai seorang anak perempuan, Rüya. Pamuk tetap tinggal di Istanbul.

Parmuk dianugerahi Penghargaan Kesusastraan Nobel pada 12 Oktober 2006.

Sebagai novelis sunting

Pamuk mulai menulis secara teratur pada 1974. Novelnya yang pertama, Karanlık ve Işık (Gelap dan Terang) menjadi pemenang bersama dengan novel lain pada 1979 Pertandingan Novel Milliyet Press (pemenang lainnya adalah Mehmet Eroğlu). Novel ini diterbitkan dengan judul Cevdet Bey ve Oğulları (Tn. Cevdet dan anak-anaknya) pada 1982, dan memenangkan Hadiah Novel Orhan Kemal pada 1983. Kisahnya tentang tiga generasi sebuah keluarga Istanbul kaya yang hidup di Nisantasi, distrik Istanbul tempat Pamuk dibesarkan.

Pamuk memenangkan sejumlah penghargaan kritis untuk karya-karya awalnya, termasuk Hadiah Novel Madarali 1984 untuk novel keduanya Sessiz Ev (Rumah yang Sunyi) dan Prix de la Découverte Européenne 1991 untuk terjemahan bahasa Prancis novelnya ini. Novel historisnya, Beyaz Kale (Kastil Putih), terbit dalam bahasa Turki pada 1985, memenangkan Penghargaan Independen untuk Fiksi Asing 1990 dan memperluas reputasinya di luar negeri. Tinjauan Buku The New York Times menyatakan, "Bintang yang baru telah terbit di timur--Orhan Pamuk." Ia mulai bereksperimen dengan teknik-teknik pasca-modern dalam novel-novelnya, suatu perubahan dari naturalisme sempit dalam karya-karya awalnya.

Pamuk agak lambat menjadi populer di kalangan khalayak umum, namun novelnya Kara Kitap (Buku Hitam) (1990) menjadi salah satu bacaan yang paling kontroversial dan populer dalam sastra Turki karena kompleksitas dan kekayaannya.

Pada 1992, ia menulis naskah untuk film Gizli Yüz (Muka Rahasia), berdasarkan Kara Kitap dan ditangani oleh sutradara Turki terkemuka, Ömer Kavur. Novel keempat Pamuk, Yeni Hayat (Kehidupan Baru), menimbulkan sensasi di Turki saat terbitnya pada 1995 dan menjadi buku yang paling cepat dijual dalam sejarah Turki. Saat ini, Pamuk juga telah menjadi tokoh terkemuka di Turki, karena dukungannya atas hak-hak politik suku Kurdi. Pada 1995, Pamuk tergolong salah satu penulis yang berusaha menulis esai-esai yang mengkritik perlakuan Turki terhadap suku Kurdi. Pada 1999, Pamuk menerbitkan buku ceritanya Öteki Renkler (Warna yang Lain).

Reputasi internasional Pamuk terus meningkat ketika ia menerbitkan Benim Adım Kırmızı (Namaku Merah) pada 2000. Novel ini mencampurkan teka-teki misteri, roman dan filosofis yang berlangsung di Istanbul pada abad ke-16. Cerita ini membuka jendela ke pemerintahan Sultan Ottoman Murat III dalam sembilan hari musim dingin yang bersalju pada 1591, mengundang pembacanya untuk mengalami ketegangan antara Timur dan Barat dari perspektif yang sangat memukau. Namaku Merah telah diterjemahkan ke dalam 24 bahasa dan memenangkan hadiah sastra internasional yang paling bernilai, Hadiah IMPAC Dublin pada 2003.

Ketika ditanya "Apakah pengaruh kemenangan hadiah IMPAC ini (saat ini nilainya $127.000) atas kehidupan dan karya anda?", Pamuk menjawab "Tak suatupun yang berubah dalam hidup saya karena saya bekerja sepanjang waktu. Saya telah menghabiskan 30 tahun dalam menulis fiksi. Selama 10 tahun pertama, saya kuatir tentang uang dan tak seorangpun bertanya berapa banyak uang yang saya hasilkan. Dekade kedua saya menghabiskan uang dan tak seorangpun bertanya tentang hal itu. Dan saya telah menghabiskan 10 tahun terakhir dan setiap orang ingin tahu bagaimana saya menggunakan uang itu, suatu hal yang tidak akan saya lakukan."

Novel paling mutakhir Pamuk adalah Kar (2002) (terjemahan bahasa Inggris Snow (Salju), 2004), yang membahas konflik antara Islamisme dan Baratisme di Turki modern. New York Times mencatat Snow sebagai salah satu dari Sepuluh Buku Terbaik untuk 2004. Ia juga menerbitkan sebuah memoir/catatan perjalanan İstanbul-Hatıralar ve Şehir pada 2003 (Versi Inggris, Istanbul-Memories and the City (Istanbul-Kenangan dan Kota) 2005). Pada 2005 Orhan Pamuk memenangkan Hadiah Perdamaian Pameran Dagang Buku Jerman senilai 25.000 Euro untuk karya sastranya di mana Eropa dan Turki Islam menemukan tempat untuk satu sama lain. Ini adalah hadiah buku paling bergengsi Jerman yang diberikan di Gereja St. Paulus di Frankfurt.

Buku-buku Pamuk dicirikan oleh kebingungan atau hilangnya identitas yang sebagian ditimbulkan oleh konflik antara nilai-nilai Eropa dan Islam. Mereka sering kali mengganggu atau menggelisahkan, namun mencakup plot yang rumit dan memikat, serta tokoh-tokoh yang mendalam. Karya-karyanya juga diwarnai dengan bahasan dan pesona terhadap seni kreatif, seperti sastra dan lukisan.

Tuduhan kriminal dan pengadilan sunting

Pernyataan Pamuk sunting

Tuduhan-tuduhan kriminal terhadap Pamuk muncul dari pernyataan-pernyataan yang dibuatnya pada wawancara dengan Das Magazin, sebuah terbitan Swiss pada Februari 2005. Dalam wawancara itu, Pamuk menyatakan, "Tiga puluh ribu orang Kurdi dan sejuta orang Armenia dibunuh di negeri ini dan tak seorangpun kecuali saya yang berani berbicara tentang hal ini."

Pamuk mengatakan bahwa setelah wawancara itu diterbitkan, ia dikenai kampanye kebencian yang memaksanya melarikan diri dari negerinya. Namun ia belakangan kembali pada 2005 untuk menghadapi tuduhan-tuduhan terhadapnya. Dalam wawancara dengan BBC News, ia berkata bahwa ia ingin membela kebebasan berbicara, satu-satunya harapan Turki untuk menghadapi sejarahnya sendiri: 'Apa yang terjadi kepada orang-orang Armenia Ottoman pada 1915 adalah suatu kejadian besar yang tersembunyi dari bangsa Turki. Ia dianggap tabu. Tetapi kami harus mampu berbicara tentang masa lalu.' [2]

Dakwaan sunting

Pada Juni 2005, Turki memperkenalkan aturan pidana baru termasuk Ayat 301 yang menyatakan: "Seseorang yang secara eksplisit menghina keberadaan seorang Turki, Republik atau Dewan Nasioal Agung Turki, akan dikenai hukuman penjara selama enam bulan hingga tiga tahun." Pamuk dikenai hukuman pelanggaran hukum ini dalam wawancara yang diberikannya empat bulan sebelum hukum itu diberlakukan. Pada Oktober, setelah dakwaan dimulai, Pamuk mengulangi pandangan-pandangannya dalam sebuah pidato yang disampaikannya pada upacara pemberian hadiah di Jerman: "Saya ulangi, saya katakan dengan keras dan jelas bahwa satu juta orang Armenia dan 30.000 orang Kurdi telah dibunuh di Turki." [3]

Karena Pamuk dikenai tuduhan atas hukum yang diberlakukan surut, hukum Turki mengharuskan pengadilannya disetujui oleh Kementerian Kehakiman. [4][pranala nonaktif permanen] Beberapa menit setelah pengadilan Pamuk dimulai pada 16 Desember 2005, hakim menemukan bahwa persetujuan ini belum diterima dan karenanya menunda kelanjutan peradilan. Dalam wawancara yang diterbitkan dalam surat kabar Aksam pada hari yang sama, Menteri Kehakiman Cemil Cicek mengatakan bahwa ia belum menerima berkas Pamuk namun ia akan mempelajarinya dengan cermat begitu berkasnya sampai ke tangannya. [5]

Kantor berita Turki BIA melaporkan bahwa para pengunjuk rasa nasionalis di luar ruang pengadilan mengejek ketika mereka mendengar peradilan itu ditunda dan menyerang mobil Pamuk ketika ia dibawa pergi. [6] Diarsipkan 2006-02-18 di Wayback Machine. Sekelompok pengunjuk rasa lainnya yang berdemonstrasi damai menentang Orhan Pamuk tanpa kekerasan dipimpin oleh seorang seniman dan penulis Turki yang terkenal secara internasional, Bedri Baykam [7].

Dukungan internasional sunting

Tuduhan-tuduhan terhadap Pamuk mengundang reaksi internasional dan berbagai pertanyaan di sejumlah kalanagan mengenai rencana masuknya Turki ke dalam Uni Eropa. Pada 30 November, Parlemen Eropa mengumumkan akan mengirimkan delegasi yang terdiri dari lima anggota, dipimpin oleh Camiel Eurlings, sebagai pengamat di peradilan itu. [8] Diarsipkan 2007-09-27 di Wayback Machine. Komisioner Perluasan UE Olli Rehn lalu mengatakan bahwa kasus Pamuk akan menjadi ujian atas komitmen Turki terhadap kriteria keanggotaan UE. [9]

Pada 1 Desember, Amnesti Internasional mengeluarkan pernyataan yang menyerukan agar Ayat 301 dihapus dan agar Pamuk dan enam orang lainnya yang akan diadili dengan Undang-undang itu dibebaskan. [10] Diarsipkan 2006-08-22 di Wayback Machine. PEN American Center juga mengecam tuduhan-tuduhan terhadap Pamuk, dan mengatakan: 'PEN menganggap sesuatu yang luar biasa bahwa suatu negara yang telah mengesahkan Perjanjian Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik PBB, dan Konvensi Hak-hak Asasi Eropa, yang keduanya menganggap kebebasan mengungkapkan pendapat sebagai sesuatu yang sentral harus terancam Undang-undang Pidana yang mencakup klausa yang begitu bertentangan dengan prinsip-prinsip yang sama.' [11] Diarsipkan 2012-10-01 di Wayback Machine.

Pada 13 Desember, delapan pengarang terkenal dunia -- Jose Saramago, Gabriel Garcia Marquez, Günter Grass, Umberto Eco, Carlos Fuentes, Juan Goytisolo, John Updike dan Mario Vargas Llosa—menerbitkan pernyataan bersama dan mengecam tuduhan-tuduhan atas dirinya sebagai pelanggaran hak-hak asasi manusia. [12]

Kritik terhadap Pamuk sunting

Sebagian rekan-rekan Turkinya menyerang dia karena terlalu memusatkan kritiknya terhadap "Turki dan orang Turki", dan karena tidak sama kritisnya terhadap pemerintah-pemerintah lain. Selain itu, sebagian pengamat curiga terhadap maksud Pamuk sesungguhnya di balik pernyataan ini dan mengklaim bahwa ia hanya sok pamer agar memenangkan penghargaan Nobel untuk sastra yang kemudian dianugerahkan kepada pengarang Inggris, Harold Pinter. Mereka mengatakan bahwa Pamuk tak pernah sebelumnya memperlihatkan perhatiannya kepada masalah Kurdi atau Armenia. Sebagian komentator Turki mencatat bahwa memuji Pamuk bukan karena tulisannya melainkan karena pernyataannya tentang orang Kurdi dan Armenia tidak saja keliru, tetapi juga tidak adil kepada orang-orang seperti Yaşar Kemal, sastrawan Turki lainnya yang telah menghadapi berbagait uduhan sepanjang kariernya sebagai penulis karena membela hak-hak suku Kurdi maupun bangsa-bangsa lain, yang telah membaktikan seluruh hidupnya untuk meneliti kelompok-kelompok minoritas atau yang pernah dipenjarakan karena membela hak-hak minoritas. Waktu yang bersamaan ketika media mulai menerbitkan pernyataan-pernyataan Pamuk dengan waktu perundingan-perundingan penting dengan UE juga telah menimbulkan sejumlah kontroversi di Turki. Lainnya mengatakan bahwa kasus Pamuk lebih mirip dengan pencemaran seperti di negara-negara demokrasi Barat [13] daripada kebebasan berpendapat.


Daftar buku sunting

Cevdet Bey ve Oğulları (1982, Tn. Cevdet dan Anak-anaknya)
Sessiz Ev (1983, Rumah yang Sunyi)
Beyaz Kale (1985, Kastil Putih)
Kara Kitap (1990, Buku Hitam)
Yeni Hayat (1995, Kehidupan Baru)
Öteki Renkler (1999, Warna-warna Lain)
Benim Adım Kırmızı (2000, Namaku Merah)
Kar (2002, Salju)
İstanbul: Hatıralar ve Şehir (2003, Istanbul: Kenangan dan Kota)

Penghargaan sunting

  • 1979 Penghargaan Pertandingan Novel Milliyet Press (Turki) untuk novelnya Karanlık ve Işık (pemenang bersama)
  • 1984 Hadiah Novel Madarali (Turki) untuk novelnya Sessiz Ev
  • 1990 Penghargaan Fiksi Asing Independen (Britania Raya) untuk novelnya Beyaz Kale
  • 1991 Prix de la Découverte Européenne (Hadiah Penemuan Eropa) (Prancis) untuk terjemahan bahasa Prancis novelnya Sessiz Ev
  • 2002 Prix du Meilleur Livre Etranger (Hadiah untuk Buku Asing Terbaik) (Prancis) untuk novelnya Namaku Merah
  • 2002 Premio Grinzane Cavour (Italia) untuk novelnya Namaku Merah
  • 2003 Penghargaan Sastra Internasional IMPAC Dublin (Irlandia) untuk novelnya Namaku Merah
  • 2005 Hadiah Perdamaian Pameran Dagang Buku Jerman (Jerman)
  • 2005 Prix Medicis Etranger (Prancis) untuk novelnya Salju
  • 2006 Penghargaan Nobel dalam Sastra

Pranala luar sunting