Orang Yayoi
Orang Yayoi (弥生人 , Yayoi jin) adalah suku bangsa kuno yang bermigrasi ke Kepulauan Jepang dari Tiongkok dan Semenanjung Korea selama zaman Yayoi (300 SM–300 M). Penanggalan radiokarbon menunjukkan bahwa zaman Yayoi dimulai antara 1.000 dan 800 SM.[1][2][3] Mereka berinteraksi, menikah, dan berperang dengan orang Jōmon lalu membentuk bangsa Jepang modern. Secara rata-rata, orang Jepang modern mewarisi 90% garis keturunan Yayoi, sisanya adalah garis keturunan Jōmon.[4]
Asal
suntingIstilah Yayoi dan Wajin dapat digunakan secara bergantian, meskipun "Wajin" (倭人) mengacu pada orang-orang Wa dan "Wajin" (和人) adalah nama lain untuk suku Yamato, suku terbesar di Jepang modern.[5]
Ada beberapa hipotesis tentang asal usul orang Yayoi:
- Teori terpopuler adalah bahwa mereka datang dari Semenanjung Korea dan Jiangnan dekat Delta Sungai Yangtze di Tiongkok kuno sambil membawa teknik budidaya padi di sawah.[6] Hal ini didukung oleh penelitian arkeologi dan penemuan tulang belulang di Tiongkok tenggara.[7]
- Pandangan lain menyebutkan mereka berasal dari bagian utara Semenanjung Korea. Hal ini didasarkan pada temuan kerangka manusia di reruntuhan Doigahama yang menyerupai fosil manusia purba di bagian utara Korea. Selain itu, tembikar yang banyak digunakan selama periode Yayoi juga ditemukan di situs Sini-Gai di barat daya Oblast Primorskaya di timur laut Semenanjung Korea.[8]
- Teori yang menyebutkan suku Yayoi sebagai pencampuran suku-suku dari daerah asal yang berbeda-beda juga banyak diterima.[9][10]
- Sejarawan Ann Kumar[note 1] menyajikan bukti genetik dan linguistik yang menunjukkan bahwa orang Yayoi berasal dari Austronesia.[11]
- Menurut beberapa sejarawan Jepang, Yayoi dan nenek moyang mereka, Wajin, berasal dari Yunnan di Tiongkok selatan.[12] Suwa Haruo[note 2] menganggap Wa-zoku (Wajin) sebagai bagian dari Baiyue (百越).
- Menurut Alexander Vovin, suku Yayoi menghuni sebagian besar Semenanjung Korea sebelum akhirnya terusir dan bercampur dengan orang-orang proto-Korea yang tiba kemudian.[13][14] Whitman (2012) juga menunjukkan bahwa orang Yayoi tidak terkait dengan orang-orang proto-Korea melainkan mereka tinggal di Korea selama zaman Tembikar Mumun. Menurutnya, orang-orang Japonik tiba di Korea sekitar tahun 1500 SM lalu menyeberang ke Kepulauan Jepang bersama suku Yayoi sekitar tahun 950 SM. Rumpun bahasa yang terkait dengan kebudayaan Mumun dan Yayoi adalah Japonik. Leluhur bangsa Korea datang dari Manchuria ke semenanjung sekitar tahun 300 SM dan hidup berdampingan dengan keturunan suku Japonik (atau berasimilasi dengan mereka). Keduanya saling memengaruhi satu sama lain dalam hal budaya dan bahasa.[15]
Genetika
suntingDiperkirakan, orang Yayoi memiliki grup haplo O-M176 (O1b2) (sekarang ~36%), grup haplo O-M122 (O2, sebelumnya O3) (hari ini ~23%) dan grup haplo O-M119 (O1) (hari ini ~4%), yang banyak ditemukan di Asia Timur dan Tenggara.[16][17] Penelitian Mitsuru Sakitani memperlihatkan adanya grup haplo O1b2, yang banyak ditemukan di Korea, Jepang dan Manchu, serta grup haplo O1 yang berasal dari peradaban di tepi Sungai Panjang. Keturunan peradaban Yangtze bermigrasi ke barat dan utara, ke Semenanjung Shandong, Korea, dan Jepang.[18] Suatu studi menyebut grup haplo O1b1 sebagai garis keturunan Austroasia dan grup haplo O1b2 sebagai garis keturunan "para-Austroasiatik".[19]
Suku Yamato lebih banyak mewarisi garis keturunan Yayoi dan berhubungan dekat dengan orang-orang di Asia Timur lainnya, seperti orang Korea dan Han Tionghoa.[20][21][22] Diperkirakan, mayoritas orang Jepang di sekitar Tokyo memiliki sekitar 12% darah Jōmon atau kurang dari itu.[23] Sebuah penelitian genom (Takashi dkk. 2019) menegaskan bahwa orang Jepang modern (Yamato) sebagian besar mewarisi keturunan Yayoi. Analisis DNA mitokondria dari sampel Jōmon dan sampel orang Jepang modern menunjukkan adanya diskontinuitas antara mtDNA orang-orang dari periode Jōmon dengan orang-orang dari periode Kofun dan Heian. Temuan ini menyiratkan bahwa konversi genetik orang Jepang mungkin terjadi selama atau sebelum era Kofun.[5]
Studi terbaru mengungkapkan bahwa orang Jōmon secara genetika sangat berbeda dari populasi lain, termasuk orang Jepang modern.
— Takahashi dkk. 2019, (Adachi dkk., 2011; Adachi dan Nara, 2018)
Studi genetika lain (2019) memperkirakan bahwa orang Jepang modern (Yamato) berbagi genom mereka dengan orang Yayoi sekitar 90% dan sekitar 10% dengan Jomon.[24] Sebuah studi yang lebih baru oleh Gakuhari pada tahun 2019 memperkirakan bahwa orang Jepang modern memiliki antara 90,2% - 92% keturunan Yayoi (dan 8% - 9,8% keturunan Jōmon), sehingga mereka lebih berhubungan dengan orang-orang Asia Timur lainnya tetapi sangat berbeda jauh dengan suku Ainu.[25] Sebuah studi oleh Kanazawa-Kiriyama (2019) menunjukkan 9-13% darah Jomon mengalir di tubuh orang Jepang modern, dan 27% di tubuh orang Ryukyu, sementara sisanya adalah darah Yayoi.[26]
Lihat juga
suntingCatatan
sunting- ^ Director (Research Services Division) (2019-07-20). "Professor Ann Kumar". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-07-20. Diakses tanggal 2019-07-20.
Professor Ann Kumar, BA Hons (ANU), PhD (ANU). Visiting Fellow. School of Culture, History & Language. ANU College of Asia and the Pacific.
- ^ "SUWA Haruo (諏訪春雄)". 2018-01-18.
Referensi
sunting- ^ Silberman et al., 154–155.
- ^ Schirokauer et al., 133–143.
- ^ Shōda, Shinya (2007). "A Comment on the Yayoi Period Dating Controversy". Bulletin of the Society for East Asian Archaeology. 1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-08-01. Diakses tanggal 2020-02-16.
- ^ "'Jomon woman' helps solve Japan's genetic mystery | NHK WORLD-JAPAN News". NHK WORLD (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-04-26. Diakses tanggal 2020-05-06.
- ^ a b David Blake Willis and Stephen Murphy-Shigematsu: Transcultural Japan: At the Borderlands of Race, Gender and Identity, Diarsipkan 2017-01-06 di Wayback Machine., p. 272: "“Wajin,” which is written with Chinese characters that can also be read “Yamato no hito” (Yamato person)".
- ^ 崎谷満『DNA・考古・言語の学際研究が示す新・日本列島史』(勉誠出版 2009年)(in Japanese)
- ^ "Yayoi linked to Yangtze area". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-02-22. Diakses tanggal 2018-02-14.
- ^ ロシア極東新石器時代研究の新展開 Diarsipkan 2017-08-26 di Wayback Machine. (in Japanese)
- ^ 徳永勝士 (2003)「HLA と人類の移動」『Science of humanity Bensei 』(42), 4-9, 東京:勉誠出版 (in Japanese)
- ^ 岡正雄『異人その他 日本民族=文化の源流と日本国家の形成』 言叢社 1979 (in Japanese)
- ^ "Javanese influence on Japanese - Languages Of The World". Languages Of The World. 2011-05-09. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-25. Diakses tanggal 2018-07-25.
- ^ 鳥越憲三郎『原弥生人の渡来 』(角川書店,1982)、『倭族から日本人へ』(弘文堂 ,1985)、『古代朝鮮と倭族』(中公新書,1992)、『倭族トラジャ』(若林弘子との共著、大修館書店,1995)、『弥生文化の源流考』(若林弘子との共著、大修館書店,1998)、『古代中国と倭族』(中公新書,2000)、『中国正史倭人・倭国伝全釈』(中央公論新社,2004)
- ^ Janhunen, Juha (2010). "Reconstructing the Language Map of Prehistorical Northeast Asia". Studia Orientalia (108): 281–304.
... there are strong indications that the neighbouring Baekje state (in the southwest) was predominantly Japonic-speaking until it was linguistically Koreanized.
- ^ Vovin, Alexander (2013). "From Koguryo to Tamna: Slowly riding to the South with speakers of Proto-Korean". Korean Linguistics. 15 (2): 222–240.
- ^ Whitman, John (2011-12-01). "Northeast Asian Linguistic Ecology and the Advent of Rice Agriculture in Korea and Japan". Rice. 4 (3): 149–158. doi:10.1007/s12284-011-9080-0 . ISSN 1939-8433.
- ^ Nonaka, I.; Minaguchi, K.; Takezaki, N. (2007). "Y-chromosomal Binary Haplogroups in the Japanese Population and their Relationship to 16 Y-STR Polymorphisms". Annals of Human Genetics. 71 (4): 480–495. doi:10.1111/j.1469-1809.2006.00343.x. hdl:10130/491 . ISSN 1469-1809. PMID 17274803.
- ^ Kutanan, Wibhu; Chakraborty, Ranajit; Eisenberg, Arthur; Sun, Jie; Chantawannakul, Panuwan; Ghirotto, Silvia; Pittayaporn, Pittayawat; Srikummool, Metawee; Srithawong, Suparat (Juli 2015). "Genetic and linguistic correlation of the Kra–Dai-speaking groups in Thailand". Journal of Human Genetics. 60 (7): 371–380. doi:10.1038/jhg.2015.32. ISSN 1435-232X. PMID 25833471.
- ^ 崎谷満『DNA・考古・言語の学際研究が示す新・日本列島史』(勉誠出版 2009年
- ^ Robbeets, Martine; Savelyev, Alexander (2017-12-21). Language Dispersal Beyond Farming. John Benjamins Publishing Company. ISBN 9789027264640.
- ^ Siska, Veronika; Jones, Eppie Ruth; Jeon, Sungwon; Bhak, Youngjune; Kim, Hak-Min; Cho, Yun Sung; Kim, Hyunho; Lee, Kyusang; Veselovskaya, Elizaveta; Balueva, Tatiana; Gallego-Llorente, Marcos; Hofreiter, Michael; Bradley, Daniel G.; Eriksson, Anders; Pinhasi, Ron; Bhak, Jong; Manica, Andrea (2017). "Genome-wide data from two early Neolithic East Asian individuals dating to 7700 years ago" (PDF). Science Advances (dipublikasikan tanggal 1 Februari 2017). 3 (2): e1601877. Bibcode:2017SciA....3E1877S. doi:10.1126/sciadv.1601877. PMC 5287702 . PMID 28164156. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 Desember 2019.
- ^ Wang, Yuchen; Lu Dongsheng; Chung Yeun-Jun; Xu Shuhua (2018). "Genetic structure, divergence and admixture of Han Chinese, Japanese and Korean populations" (PDF). Hereditas. 155: 19. doi:10.1186/s41065-018-0057-5. PMC 5889524 . PMID 29636655. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-03.
- ^ Wang, Yuchen; Lu, Dongsheng; Chung, Yeun-Jun; Xu, Shuhua (2018). "Genetic structure, divergence and admixture of Han Chinese, Japanese and Korean populations". Hereditas (dipublikasikan tanggal 6 April 2018). 155: 19. doi:10.1186/s41065-018-0057-5. PMC 5889524 . PMID 29636655.
- ^ "「縄文人」は独自進化したアジアの特異集団だった!: 深読み". 読売新聞オンライン (dalam bahasa Jepang). 2017-12-15. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-17. Diakses tanggal 2019-04-17.
- ^ "'Jomon woman' helps solve Japan's genetic mystery | NHK WORLD-JAPAN News". NHK WORLD. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-06-11.
- ^ Gakuhari, Takashi; Nakagome, Shigeki; Rasmussen, Simon; Allentoft, Morten; Sato, Takehiro; Korneliussen, Thorfinn; Chuinneagáin, Blánaid; Matsumae, Hiromi; Koganebuchi, Kae; Schmidt, Ryan; Mizushima, Souichiro (March 15, 2019) [2019]. "Jomon genome sheds light on East Asian population history" (PDF). bioRxiv: 3–5.
- ^ Late Jomon male and female genome sequences from the Funadomari site in Hokkaido, Japan - Hideaki Kanzawa-Kiriyama, Department of Anthropology, National Museum of Nature and Science 2018/2019en