Nusantara Infrastructure

perusahaan asal Indonesia

PT Nusantara Infrastructure Tbk adalah sebuah perusahaan publik di Indonesia (IDX: META) yang bergerak sebagai perusahaan investasi dan perdagangan, terutama di anak usahanya yang bergerak dalam bisnis infrastruktur seperti jalan tol dan air bersih. Berkantor pusat di Equity Tower, Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan,[1] perusahaan ini telah beberapa kali mengganti nama dan bidang usaha yang digelutinya.

PT Nusantara Infrastructure Tbk
Perseroan terbatas
IndustriInvestasi infrastruktur
Didirikan1995
Kantor
pusat
Jakarta, Indonesia
Karyawan
273 (2021)[1]
IndukMetro Pacific Tollways Indonesia
(First Pacific/Salim Group)
Situs webSitus web resmi

Manajemen sunting

  • Komisaris Utama: Manuel Pangilinan
  • Komisaris: Rodrigo Emmanuel Franco
  • Komisaris: Farid Harianto
  • Komisaris Independen: Johny J. Lumintang
  • Direktur Utama: Muhammad Ramdani Basri
  • Direktur: Omar Danni Hasan
  • Direktur: Benny Setiawan Santoso
  • Direktur: Ridwan Abdul Chalif Irawan
  • Direktur: Denn Charly Gonzales Espanola
  • Direktur: Amadeo Navalta Bejec
  • Direktur: Christopher Daniel Cabrera Lizo
  • Direktur: Francis Emmanuel Dalupas Rojas[1]

Kepemilikan sunting

  • PT Metro Pacific Tollways Indonesia: 74,65%
  • PT Indonesia Infrastructure Finance: 10%
  • Saham treasury: 2,18%
  • Publik: 13,17%[2]

Metro Pacific Tollways Indonesia merupakan anak usaha Metro Pacific Tollwaays Corporation, yang juga anak usaha Metro Pacific, sebuah perusahaan infrastruktur Filipina. Metro Pacific juga anak usaha First Pacific, Hong Kong yang merupakan lengan bisnis Grup Salim.[3] Tanda lain keberadaan Salim adalah direktur yang dijabat Benny Santoso, orang kepercayaan Salim Group.[4]

Anak usaha sunting

Sampai akhir tahun 2020, PT Nusantara Infrastructure Tbk telah memiliki 4 entitas anak, terdiri dari 8 entitas anak tidak langsung, dan 3 entitas asosiasi yang bergerak di 4 sektor infrastruktur, yaitu jalan tol, pengelolaan air bersih, energi terbarukan, dan pelabuhan.[1]

  • PT Telekom Infranusantara
  • PT Margautama Nusantara
    • PT Makassar Metro Network
      • PT Jalan Tol Seksi Empat
        • PT Metro Jakarta Ekspresway (belum beroperasi)
    • PT Bintaro Serpong Damai
  • PT Potum Mundi Infranusantara
    • PT Sarana Catur Tirta Kelola
    • PT Dain Celicani Cemerlang
    • PT Tirta Bangun Nusantara
    • PT Sarana Tirta Rezeki
    • PT Jasa Sarana Nusa Makmur
  • PT Energi Infranusantara
    • PT Inpola Meka Energi
    • PT Rezeki Perkasa Sejahtera Lestari
    • PT Auriga Energi (belum beroperasi)
    • PT Energi Parindu Nusantara (belum beroperasi)
    • PT Centara Energi (belum beroperasi)
    • PT Eris Serra Energi (belum beroperasi)
    • PT Eridanusa Energi Nusantara (belum beroperasi)
  • PT Portco Infranusantara
    • PT Intisentosa Alam Bahtera
  • PT Marga Metro Nusantara (belum beroperasi)[1]

PT Margautama Nusantara bergerak di bidang jalan tol. PT Potum bergerak di bidang jasa air bersih, sedangkan PT Energi Infranusantara bergerak di bidang energi terbarukan. PT Portco dan PT Intisentosa bergerak di bidang jasa pelabuhan.[1]

Sejarah sunting

Bisnis internet sunting

PT Nusantara Infrastructure Tbk awalnya didirikan dengan nama PT Sawitia Bersama Darma pada tanggal 1 September 1995, kemudian berganti nama menjadi PT Wahana Tradindo Jaya di tanggal 10 Juni 1998. Mulai beroperasi pada 2 Januari 2000,[5] usaha awalnya adalah bisnis perdagangan dan produksi beberapa barang elektronik.[6] Beberapa waktu kemudian, namanya berganti menjadi PT Metamedia Technologies di tanggal 6 Februari 2001[5] dengan bisnis yang baru juga, yaitu perangkat lunak, perangkat keras dan internet (komputer) dengan fokus utama bidang komputer, consulting, dan online marketplace.[7] Salah satu bisnisnya adalah dalam penyediaan situs web, seperti dagang2000.com yang merupakan situs e-commerce[8] dan gadogado.net, sebuah situs lelang online[9] yang ditangani perusahaan afiliasi, PT Metamedia Interaktif[10] dan sudah mulai diluncurkan sejak akhir 1999-2000. Tidak hanya itu, juga ada wetmarket.com yang bergerak dalam perdagangan alat-alat kantor.[11] Sebenarnya, sebelumnya ada situs web diatas yang dikelola oleh perusahaan lain yang terkait, seperti PT Gadogado Nusantara untuk gadogado.net. Saat itu, gadogado.net mengklaim sudah untung, namun butuh dana Rp 50 miliar untuk pengembangan situsnya sehingga merencanakan menjadi perusahaan publik.[12]

Belakangan, rencana IPO tersebut baru terealisasi dalam wadah PT Metamedia Technologies, yang melepas 60 juta sahamnya seharga Rp 200/lembar bersama waran dan resmi melantai di Bursa Efek Jakarta sejak 18 Juli 2001 (kode emiten META).[13] Sekitar 45% dana IPO tersebut akan digunakan sebagai dana ekspansi perusahaan (ekspansi kantor, pengembangan perangkat keras dan lunak, dll), sisanya untuk modal kerja, promosi, dll. Setelah proses itu juga, kepemilikan sahamnya mayoritas dikuasai oleh PT Galang Nusantara, sedangkan Presiden Direkturnya dijabat oleh Howard Chu.[7] Belakangan, Metamedia juga memiliki tiga anak usaha: PT Media Interaktif, PT Wetmarket Nusantara, dan IOAsia Pte. Ltd.[11] Akan tetapi, dalam perkembangannya, seiring dengan menurunnya tren gelembung dot-com yang melanda banyak negara di awal 2000-an, bisnis perusahaan ini pun mulai terganggu. Sejak 2003, tercatat kinerja perusahaan ini terus menurun, tidak mampu menunjukkan pendapatan dan laba yang baik dan tidak dapat melunasi surat hutang dari Town Hall Ltd.[14] Di tahun 2005, perusahaan merugi Rp 4,9 miliar.[11]

Usaha infrastruktur dan pergantian kepemilikan sunting

Menurunnya bisnis Metamedia Technologies Tbk kemudian dijadikan alat bagi konglomerasi Bosowa Corp untuk melakukan backdoor listing akan usahanya. Dalam rangka memenuhi hal ini, pada 21 Juni 2006, nama PT Metamedia Technologies Tbk diganti menjadi PT Nusantara Infrastructure Tbk.[5] Hadirlah kemudian PT Nusantara Konstruksi Indonesia, sebuah perusahaan berlaba Rp 13 miliar yang bergerak di bidang jalan tol lewat anak usahanya, PT Bosowa Marga Nusantara dan PT Bintaro Serpong Damai. Direncanakan, PT Nusantara Konstruksi akan merger dengan PT Nusantara Infrastructure, dimana pemegang saham lama Nusantara Infrastructure (PT Galang Nusantara dkk) akan terdilusi, digantikan saham Bosowa.[14][15] Merger ini kemudian selesai dilakukan pada 14 September 2006, dan bisnis utamanya berubah menjadi di bidang infrastruktur, pertambangan, minyak dan gas bumi.[5]

Merger ini memang menghasilkan perbaikan kinerja bagi perusahaan ini, dari sebelumnya merugi, di tahun 2006 untung Rp 903 miliar,[11] yang masih berlanjut di tahun 2007.[16] Belakangan, Bosowa meningkatkan sahamnya di perusahaan ini dengan memegang saham lebih dari 80% dan menghilangkan seluruh saham pemilik lama di tahun 2007.[5] Pada Oktober 2008, tercatat perusahaan ini sudah mengoperasikan 24,7 km, ditambah usaha di bidang logistik, dan masih berencana untuk berekspansi di bidang air bersih dan energi.[17] Salah satu jalan tolnya, yaitu Jalan Tol Seksi IV, dibangun di Makassar dari tahun 2007-2008 sebagai proyek pertama perusahaan ini pasca pergantian usaha.[1] Sempat juga ditargetkan akan menguasai perusahaan produsen semen milik Bosowa, Semen Bosowa, namun gagal karena dirasa tidak sesuai dengan bisnisnya.[18]

Namun, belakangan Bosowa nampak tidak ingin meneruskan kepemilikannya di perusahaan ini. Seperti ketika muncul rencana rights issue di tahun 2009, Bosowa menyatakan mereka akan mengalihkan haknya ke perusahaan infrastruktur lain, PT Leyand International Tbk.[19] Dengan skema rights issue pada Juli 2010 senilai Rp 748 miliar, saham Bosowa pun terdilusi dari 56,47% menjadi hanya setengahnya, yang dibeli oleh Infrastructure Growth Fund (IGF), Singapura. Rencananya, dana dari transaksi itu akan digunakan untuk mengakuisisi sejumlah perusahaan jalan tol, seperti PT Margautama Nusantara dan 27% saham PT Jakarta Lingkar Barat Satu.[20][21]

Akan tetapi, kepemilikan IGF tidak bertahan lama yang kemudian digantikan pemegang saham baru, Rajawali Corpora. Rajawali mengakuisisi 23,6% (3,2 miliar) saham perusahaan ini dari IGF[22] seharga Rp 448 miliar,[23] menjadikannya pemegang saham terbesar sebelum Bosowa (22%). Orang kepercayaan Rajawali, Darjoto Setyawan, kemudian menjadi salah satu komisaris di PT Nusantara Infrastructure Tbk. Pihak Rajawali sendiri bertekad untuk menambah kembali kepemilikan sahamnya, melakukan merger dan akuisisi, memperluas bisnisnya dengan membangun jalur kereta api bekerjasama dengan Bukit Asam Tbk, serta terjun ke transportasi kelapa sawit dan pelabuhan.[24][25] Pada tahun 2011, perusahaan ini juga menjajaki penyediaan air minum Umbulan di Jawa Timur.[26] Masuknya modal Rajawali ini juga diharapkan mampu meningkatkan aset perusahaan menjadi Rp 40 triliun dalam 5 tahun kedepan.[27]

Pada tahun 2014, perusahaan yang tercatat memiliki 4 konsesi jalan tol di berbagai wilayah ini[28] bergerak di 4 bidang, yaitu jalan tol, pengelolaan air, menara telekomunikasi, dan konstruksi dengan 62% pendapatannya didominasi jalan tol. Manajemen menargetkan investasi sebanyak Rp 2 triliun untuk bisa masuk ke sektor-sektor tersebut.[29] Sebelumnya, perusahaan juga telah mengakuisisi PT Tara Cell Interbuana (kemudian menjadi PT Komet Infra Nusantara) di awal 2014 yang bergerak di bisnis menara infrastruktur senilai Rp 598 miliar,[30] berencana masuk ke usaha pembangkit listrik tenaga air mini.[31] masuk ke jasa air bersih di Sumatera Utara untuk Kawasan Industri Medan,[1] dan mengalihkan beberapa anak usahanya di bidang jalan tol ke PT Margatama Nusantara yang juga merupakan anak usahanya.[32] Anak usahanya, PT Margatama, juga dikabarkan melengkapi jalan tolnya dengan sistem traffic information system.[33] Pada kuartal III 2015, perusahaan mencatatkan keuntungan Rp 164,19 miliar;[34] tren positif berupa kenaikan laba masih berlanjut di akhir 2015 dan tahun 2016.[35] Di tahun 2016 juga, perusahaan ini juga mencatatkan pertumbuhan aset yang cukup baik, walaupun keuntungannya masih didominasi jalan tol.[36]

Sementara itu, Bosowa kemudian tercatat terus menjual sahamnya di perusahaan ini seiring kenaikan harganya, sehingga pada tahun 2015, sahamnya tersisa kurang dari 5%. Namun, belakangan bukan hanya Bosowa yang melepas kepemilikannya di perusahaan ini, melainkan juga Rajawali Corpora. Hal ini disebabkan, menurut manajemen Rajawali, bisnis infrastruktur tidak cocok dengan mereka. Saat itu, Rajawali sudah memiliki 43% saham PT Nusantara Infrastructure Tbk lewat Eagle Infrastructure Fund Ltd. dan PT Hijau Makmur Sejahtera.[37] Rencana ini mulai terwujud di tahun 2015, dengan berdatangan sejumlah peminat asing dan lokal, yang direncanakan akan ditetapkan di Juni-Juli 2015. Salah satu peminatnya dikabarkan adalah PT Surya Semesta Internusa Tbk,[38][39] dan PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk.[40] Ada rumor juga yang menyebut saham itu akan dijual ke konglomerasi Grup Salim, Grup Djarum atau Grup Lippo.[41]

Namun, baru pada akhir 2017 Rajawali mampu melepas sahamnya tersebut. Awalnya, saham-saham Eagle Infrastructure Fund dan PT Hijau dilepas ke PT Matahari Kapital Indonesia dengan harga Rp 270/saham,[42] menjadikan PT Matahari Kapital memiliki 43%, sisanya publik. Dikabarkan dalam titik ini, Rajawali sesungguhnya masih mengendalikan Nusantara Infrastructure.[41] Barulah Rajawali melepas kepemilikannya ketika perusahaan asal Filipina yang terafiliasi dengan Grup Salim, Metro Pacific Tollways (anak usaha Metro Pacific Investments), membeli saham PT Matahari Kapital dengan harga US$ 132 juta pada November 2017.[43][44] Dengan ditambah 4,83% saham yang sudah dimiliki Metro Pacific dari pasar modal, maka kepemilikan perusahaan tersebut mencapai 48,27% di PT Nusantara Infrastructure Tbk.[45][46]

Perkembangan di bawah Metro Pacific sunting

Dalam pernyataan pasca-akuisisi, disampaikan bahwa perusahaan akan berfokus ke bisnis air, jalan tol dan energi, dan mengurangi usahanya di bidang menara telekomunikasi dan pelabuhan. Perusahaan juga akan membangun 3-4 proyek baru, termasuk proyek jalan layang di Makassar dengan total proyek Rp 9-10 triliun.[47] Sebagai realisasi dari perubahan fokus ini, pada 22 Maret 2018, anak usaha META di bidang infrastruktur, PT Komet Infra Nusantara dijual kepada PT Protelindo, anak usaha PT Sarana Menara Nusantara Tbk dengan harga Rp 1,05 triliun.[48] Perusahaan ini juga pada tahun yang sama mendapatkan kredit sindikasi dari sejumlah bank, seperti BCA dan Bank Sulselbar dengan total Rp 1,54 triliun.[49] Meskipun demikian, tercatat penjualan bisnis telekomunikasi itu membuat penurunan pendapatan Nusantara Infrastructure yang mencapai 5,4% di akhir 2019, walaupun masih menunjukkan tren positif seperti di bidang laba.[50] Sektor tol masih menjadi penopang utama bisnis perusahaan ini.[51] Selain itu, PT Nusantara Infrastructure Tbk juga berniat membantu pemerintah dalam mensukseskan proyek infrastruktur.[52] Sementara itu, di bidang kepemilikan, tercatat Metro Pacific (Salim Grup) menaikkan kepemilikannya di perusahaan ini, mencapai 53,26% pada Juli 2018 dan 77% di Oktober 2018[53] dikarenakan adanya tender offer.[1]

Pada tahun 2020, perusahaan mencatatkan kenaikan pendapatan 26%, dengan adanya kenaikan sektor energi walaupun laba berkurang dengan cukup banyak (51,74%) akibat harus mendanai proyek PLTA dan jalan tol baru,[54][55] belum lagi adanya pandemi COVID-19 yang menurunkan minat masyarakat berpergian di jalan tol.[56] Kedua proyek ini telah selesai di akhir 2020, berlokasi masing-masing di Makassar dan Medan.[57] Pendapatan perusahaan di tahun ini mencapai Rp 1,57 triliun.[58] Nusantara Infrastructure juga menargetkan proyek air bersih di Bitung, Sulawesi Utara,[59] 3 proyek fasilitas jalan tol bekerjasama dengan beberapa kontraktor,[60] menjajaki peluang terjun ke bisnis air bersih di Nusa Tenggara Timur dan tol di Sulawesi Selatan (Mamminasata),[61][62] dan lainnya yang akan ditangani anak usaha. Untuk itu, pada tahun 2022, belanja modal Nusantara Infrastructure mencapai Rp 1,5 triliun.[63] Selain itu, perusahaan juga berminat bekerjasama pendanaan dengan Lembaga Pengelola Investasi untuk pembangunan infrastrukturnya.[64]

Pada tahun 2021, perusahaan ini mencatatkan pendapatan Rp 844,7 miliar, laba bersih Rp 25,76 miliar, dan aset Rp 1,2 triliun. Perusahaan mencatatkan 273 karyawan di tahun ini, turun dari 2020 sebanyak 270.[1]

Upaya delisting sunting

Pada November 2023 perusahaan mengumumkan rencananya untuk go private, yang didasari beberapa alasan seperti kondisi keuangan perseroan, adanya proyek berbiaya besar, dan sudah merasa cukup menghimpun modal dari pasar modal. Rencananya pemegang saham utamanya PT Metro Pacific Tollways Indonesia akan melakukan tender offer 25,35% saham perusahaan seharga Rp 250/lembar agar bisa menguasai sepenuhnya.[65] Proses ini ditargetkan selesai pada April 2024.[66]

Rujukan sunting

  1. ^ a b c d e f g h i j LapTahunan META 2021
  2. ^ Detail Profile Perusahaan Tercatat
  3. ^ METRO PACIFIC TAMBAH KEPEMILIKAN SAHAM DI...
  4. ^ Pernikahan Konglomerat: Besanan Terjadi di Grup Djarum-Salim
  5. ^ a b c d e Lapkeu META 2007
  6. ^ Kompas seratus
  7. ^ a b Metamedia Akan Tawarkan 300 juta Saham Perdana[pranala nonaktif permanen]
  8. ^ Eksekutif, Masalah 246-250
  9. ^ Indonesia News Service, Masalah 1872-1991
  10. ^ Copyright © 2000, Metamedia Interaktif. All rights reserved.
  11. ^ a b c d Indonesian Capital Market Directory
  12. ^ Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 12,Masalah 1-8
  13. ^ Sejarah dan Profil Singkat META (Nusantara Infrastructure Tbk)
  14. ^ a b Bapepam Setujui Merger Nusantara Infrastructure
  15. ^ Bosowa Backdoor Listing di BEJ
  16. ^ Nusantara Infrastructure Terpangkas 45,6%
  17. ^ Nusantara Infrastruktur: An Emerging Infrastructure Company
  18. ^ Nusantara Infrastructure Batal Akuisisi Semen Bosowa
  19. ^ Bosowa Does Not Execute Right Issue of Nusantara Infrastructure
  20. ^ META Akan Right Issue 8,5 Miliar Lembar Saham
  21. ^ Nusantara Rights Issue Rp 748 Miliar
  22. ^ Rajawali Group Resmi Miliki 23,6% Saham META
  23. ^ META dan Grup Rajawali komitmen garap serius sektor infrastruktur
  24. ^ Rajawali Siap Keluarkan Berapapun untuk Kuasai Nusantara Infastructure
  25. ^ RUPS Nusantara Infrastructure sahkan direktur & komisaris baru
  26. ^ Nusantara Infrastructure Incar Pelabuhan
  27. ^ 2011, META Anggarkan Belanja Modal Rp4 Triliun
  28. ^ Indonesia's Changing Political Economy
  29. ^ Anak Usaha Rajawali Group Kebanjiran Proyek Infrastruktur
  30. ^ Nusantara Infrastructure Akuisisi Perusahaan Menara Rp 598 Miliar
  31. ^ 2014, Ekspansi Usaha Nusantara Infrastructure Fokus Pada Bis
  32. ^ Pengalihan Saham Nusantara Infrastructure di Bintaro-Bosowa Disetujui
  33. ^ Melalui PT Margautama Nusantara, PT Nusantara Infrastructure Bangun Traffic Information System di Makassar
  34. ^ Laba Bersih Nusantara Infrastructure Capai 164,19 Miliar
  35. ^ PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) mencatatkan laba bersih 2016 tumbuh 13,10%
  36. ^ Total Aset Nusantara Infrastructure Tumbuh Hingga 14 Persen
  37. ^ META, Ada Apa Denganmu? | BIA #48
  38. ^ Rajawali Corpora Proceeds With Plans to Sell Infrastructure, Plantation Units
  39. ^ Indonesia’s Surya Semesta eyeing Nusantara Infrastructure stake
  40. ^ Grup Rajawali Lepas 21% Saham Nusantara Infrastruktur Rp 864 Miliar
  41. ^ a b Tetap Kuasai META, 43% Saham Dialihkan buat Restrukturisasi
  42. ^ Grup Rajawali Lepas Saham Nusantara Infrastructure
  43. ^ Perusahaan Filipina Akuisisi Saham Nusantara Infrastructure
  44. ^ Pemilik baru Nusantara Infrastructure simpang siur
  45. ^ Perusahaan Filipina Metro Pacific Tollways Corporation Akuisisi 43.32% Saham META
  46. ^ Investment Partnership Nusantara Infrastructure & Metro Pacific Tollways Corp
  47. ^ Ini Fokus Bisnis META Pasca Grup Salim Masuk
  48. ^ Nusantara Infrastructure Jual Bisnis Menara ke Protelindo
  49. ^ Nusantara Infrastructure Group obtains syndicated loans of Rp1.54 T
  50. ^ Laba META Tahun 2019 Turun 5%
  51. ^ Sektor Tol Topang Kinerja Keuangan Nusantara Infrastructure (META)
  52. ^ Nusantara Infrastructure Siap Dukung Pemerintah Bangun Infrastruktur
  53. ^ Grup Salim Tambah Investasi di Nusantara Infrastructure
  54. ^ Laba Nusantara Infrastructure Menyusut 51,74%
  55. ^ Pendapatan Nusantara Infrastructure Naik 26%
  56. ^ Imbas Covid-19, Kinerja META di Q1-2020 Turun 18%
  57. ^ Perkuat Kinerja, Nusantara Infrastructure Kebut Pengembangan Bisnis di Masa Pandemi
  58. ^ Nusantara Infrastructure Raup Pendapatan Rp 1,57 Triliun Sepanjang 2020
  59. ^ Nusantara Infrastructure Investasi pada Proyek SPAM di Sulawesi Utara
  60. ^ Nusantara Infrastructure (META) Meneken Kontrak Kerjasama Konstruksi 3 Proyek
  61. ^ Punya Tol di Makassar, Nusantara Infrastructure Incar Proyek Tol Mamminasata
  62. ^ Simak proyek-proyek yang akan digarap Nusantara Infrastructure (META) tahun depan
  63. ^ Nusantara Infrastructure Siapkan Capex Rp 1,5 Triliun Tahun ini
  64. ^ Nusantara Infrastructure (META) tertarik kerjasama dengan INA-SWF dalam pendanaan
  65. ^ Delisting, Emiten Grup Salim (META) Tender Offer Rp 250/Saham
  66. ^ Jadwal Delisting Grup Salim META dari Bursa, Realisasi April 2024

Pranala luar sunting