Hexaplex trunculus

Spesies moluska
(Dialihkan dari Murex trunculus)
Hexaplex trunculus
Hexaplex trunculus
Hexaplex trunculus
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
(tanpa takson):
Superfamili:
Famili:
Genus:
Subgenus:
Spesies:
H. trunculus
Nama binomial
Hexaplex trunculus
Linnaeus, 1758
Sinonim
  • Murex trunculus L. 1758
  • Phyllanotus trunculus
  • Truncullariopsis trunculus L., 1758

Hexaplex trunculus (juga dikenal sebagai Murex trunculus atau Inggris: banded dye-murex) adalah sejenis spesies siput laut berukuran sedang, suatu makhluk laut moluska gastropoda dalam familia Muricidae, yaitu kerang atau siput karang murex.

Spesies siput laut ini dalam sejarah bernilai penting karena kelenjar hypobranchial-nya mengeluarkan mukus yang digunakan sebagai zat pewarna biru atau nila pada zaman dahulu kala oleh orang Kanaan/Fenisia. Salah satu bahan kimia utama dalam zat pewarna yang dihasilkan adalah dibromo-indigotin, dan jika dibiarkan di bawah sinar matahari beberapa menit sebelum menjadi keras, maka warnanya akan menjadi biru nila seperti warna biru celana jeans.

Peta distribusi Hexaplex trunculus di sekitar Laut Tengah dan Samudra Atlantik.

Distribusi sunting

Spesies ini hidup di Laut Tengah dan pantai Samudra Atlantik di Eropa dan Afrika, terutama Spanyol, Portugis, Maroko, Kepulauan Canary, Azores.[1]

Jenis murex ini tinggal di perairan dangkal, sublittoral.

Pemerian cangkang sunting

Hexaplex trunculus mempunyai cangkang yang berbentuk kerucut melebar sekitar 4 sampai 10 cm panjangnya. Mempunyai spiral yang agak tinggi dengan tujuh angulated whorl. Cangkang ini berbeda-beda bentuk dan warnanya dengan pita gelap dalam empat varietas. Rusuk-rusuknya kadang kala mempunyai penebalan atau tulang-tulang dan memberikan penampilan kasar pada cangkang ini.

 
Sisi apertural sebuah cangkang Hexaplex trunculus
 
Sisi dorsal sebuah cangkang Hexaplex trunculus

Penggunaan oleh manusia sunting

Sekresi spesies siput ini digunakan sebagai zat pewarna pada zaman dahulu. Siput itu sendiri juga merupakan sumber makanan berharga di Portugis.[2]

Sebagai zat pewarna sunting

 
Bahan pewarna "Ungu Fenisia" (Phoenician purple)

Metode purba untuk menghasilkan pewarna (Inggris: dye) ungu-biru secara besar-besaran dari Hexaplex trunculus belum berhasil direproduksi dengan sukses, karena warna keunguan memudar dengan cepat, meninggalkan hanya warna biru saja. Namun, penggunaan spesies ini dalam menghasilkan pewarna "ungu-biru" sudah dipastikan oleh hasil penelitian arkeologis Fenisia, dimana sejumlah besar kerang ditemukan dalam kamar-kamar penyimpanan kuno yang digunakan untuk memperoleh zat pewarna ini. Diduga, 10 sampai 12 ribu murex dibutuhkan untuk memperoleh satu gram zat pewarna ini. Zat ini dihargai tinggi dalam dunia purba. Kadang dikenal sebagai "biru kerajaan" (royal blue), harganya sangat mahal dan hanya digunakan oleh kalangan bangsawan kelas paling tinggi.

Zat pewarna yang serupa, Ungu Tyre (Tyrian purple), yang coraknya "ungu-merah", dibuat dari spesies yang masih berhubungan keluarga, yaitu siput laut Bolinus brandaris (atau Murex brandaris). Zat warna yang juga dikenal dengan nama "ungu kerajaan" (imperial purple), ini juga sangat mahal harganya.

Zat pewarna dalam Yudaisme sunting

 
Kain wol yang dicelupkan dalam cairan tekelet dari Hexaplex trunculus, berubah warna menjadi biru di bawah sinar matahari, di luar P'til Tekhelet di Israel.

Alkitab Ibrani menyebutkan zat pewarna biru khusus, yang disebut "Tekelet" (Ibrani: תְּכֵלֶת), untuk dipakai pada pakaian efod bagi Imam Besar, maupun jumbai-jumbai tzitzit untuk orang awam, yang dipercayai merujuk kepada zat pewarna biru dari Hexaplex trunculus jika dibiarkan di bawah matahari.[3]

Catatan Talmud sunting

 
Pewarna biru "palsu": Indigo (nila)[4]

Talmud mengajarkan bahwa sumber pewarna tekelet adalah makhluk laut yang dikenal sebagai khillazon (Ibrani: חילזון, ḥillazon), dalam bahasa Ibrani modern diterjemahkan sebagai "siput" (Inggris: snail). Talmud juga menyebut adanya pewarna tiruan dari sumber tumbuhan yang disebut Kela-Ilan, dikenali sebagai Indigofera tinctoria, sumber pewarna biru yang populer di dunia purba. Talmud menjelaskan bahwa sama sekali dilarang untuk menggunakan pewarna palsu ini secara sengaja (misalnya, jika seseorang ditipu oleh penjual, maka jumbai-jumbai tzitzit yang dipakai masih kosher (tidak haram), tetapi tidak memenuhi persyaratan agamai untuk jumbai-jumbai tekelet).[5] Tosefta menjelaskan bahwa Kela Ilan tidak hanya satu-satunya sumber pewarna yang dilarang. Kenyataannya, sumber pewarna lain selain khillazon tidak diterima untuk membuat pewarna biru.

Dalam Talmud, Traktat Kodashim Menachot 44a, khillazon diberi pemerian sebagai berikut:[6]

  1. Tubuhnya mirip dengan laut
  2. Bentuknya seperti ikan
  3. Muncul satu kali setiap 70 tahun
  4. Dari "darah"-nya orang mendapatkan warna tekelet
  5. Karenanya: mahal nilainya.

Ciri-ciri lain (dengan referensi Talmud):

  • Penangkap-penangkap khillazon berasal dari Haifa sampai tangga kota Tirus (Shabbat 26a)
  • Corak warna pewarna khillazon identik dengan pewarna yang dihasilkan dari tumbuhan kela ilan (Indigofera tinctoria, sumber pewarna indigo (nila), yang dipakai sebagai sumber tiruan palsu pewarna tekelet (Baba Metzia 61b)
  • Membuka cangkang (katup) kerang khillazon pada hari Sabat melanggar peraturan Sabat (Shabbat 75a)
  • Cangkang kerang khillazon tumbuh bersama-sama dengannya (Midrash Song of Songs Rabbah 4:11)
  • Merupakan jenis binatang invertebrata (Talmud Yerusalem Sabbath 1:38a)

Penentuan sumber pewarna sunting

Penelitian oleh Otto Elsner (Shenker College dari Fibers, Ramat Gan, Israel) dan Ehud Spaneir (University of Haifa, Haifa, Israel) menunjukkan bahwa dengan metode "vat dyeing" berdasarkan zat pewarna dari H. trunculus, mereka dapat memperoleh berbagai corak warna dari biru sampai ke ungu tergantung dari cara penjemuran di bawah sinar matahari ketika zat pewarna ini masih dalam keadaan leuco (reduced, keadaan "reduksi"). Gejala ini disebabkan zat pewarna ini tersusun dari zat-zat indigo, mono-bromo-indigo and di-bromo-indigo. Dibromo-Indigo berwarna "ungu" sedangkan Indigo berwarna "biru". Ditunjukkan bahwa jika cairan reduksi zat pewarna trunculus dikenakan sinar matahari, sinar ultraviolet dari matahari akan memecah ikatan bromine sedemikian sehingga terjadi oksidasi di mana pada saat kain yang diwarnai diangkat dari cairan, zat indigo murni melekat pada kain wol, sedangkan atom bromine ditinggalkan dalam pot cairan.

Pengaruh sinar matahari terhadap corak warna yang dihasilkan oleh pewarna jenis ini telah diketahui sejak zaman dahulu, seperti yang ditulis oleh Vitruvius (abad pertama SM), “Ungu melebihi semua warna dalam hal nilai dan keunggulan efek yang mengagumkan. Diperoleh dari sebuah kerang laut. ... Tidak mempunyai corak yang sama di semua tempat di mana ia ditemukan, tetapi dikualifikasi secara alamiah berdasarkan pengaruh matahari”.[7]

Pewarna sejenis sunting

Alkitab Ibrani juga menyebut zat pewarna ungu tertentu, yang disebut "argaman" (Ibrani: אַרְגָּמָן) yang dianggap merujuk kepada zat pewarna yang sama, yang disimpan di tempat gelap tidak kena sinar matahari, sehingga tidak berubah menjadi biru, melainkan tetap ungu kemerahan.

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ a b Houart, R.; Gofas, S. (2009). "Hexaplex trunculus (Linnaeus, 1758)". Dalam Bouchet, P.; Gofas, S.; Rosenberg, G. World Marine Mollusca Database. World Register of Marine Species. Diakses tanggal 2010-05-05. 
  2. ^ Vasconcelos, P.; Carvalho, S.; Castro, M.; Gaspar, M. B. (2008). "The artisanal fishery for muricid gastropods (banded murex and purple dye murex) in the Ria Formosa lagoon (Algarve coast, southern Portugal)" (pdf). Scientia Marina. 72 (2): 287–298. doi:10.3989/scimar.2008.72n2287. 
  3. ^ Ptil Tekhelet Organization
  4. ^ Historical dye collection of the Technical University of Dresden, Germany
  5. ^ False Tekhelet http://www.tekhelet.com/pdf/false.pdf
  6. ^ The Hillazon Braita http://www.tekhelet.com/pdf/braita.pdf
  7. ^ Vitruvius, M. (1960). The Ten Books on Architecture. New York: Dover Publications. hlm. 1–331. ISBN 978-0486206455. 

Pustaka tambahan sunting