Maulana Yusuf dari Banten
Maulana Yusuf atau Pangeran Pasareyan merupakan putra dari Maulana Hasanuddin pendiri Kesultanan Banten. Ia melanjutkan kekuasaan bapaknya di Banten dalam rentang waktu 1570 - 1580.
Sultan Syarif Maulana Yusuf al Qodiri al-Hasani al-Bantani | |
---|---|
![]() Makam Maulana Yusuf di Banten pada tahun 1920-an | |
Sultan Banten Ke-2 | |
Masa jabatan 1570–1580 | |
Pendahulu | Maulana Hasanuddin |
Pengganti | Maulana Muhammad |
Informasi pribadi | |
Lahir | Maulana Yusuf |
Meninggal | 1580 |
Agama | Islam |
Pasangan | Ratu Hadijah |
Anak | |
Orang tua |
|
Dinasti | Qadiriyyah |
Denominasi | Sunni |
Dikenal sebagai | Wali Songo |
Pemimpin Muslim | |
Pendahulu | Fatahillah |
Penerus | Abdur Rauf al-Bantani |
Maulana Yusuf adalah raja kedua Kesultanan Banten yang berkuasa antara 1570-1580 M. Ia adalah putra mahkota yang naik takhta setelah ayahnya, Sultan Maulana Hasanuddin, wafat pada 1570 M. Selama satu dekade kekuasannya, Maulana Yusuf menitikberatkan perhatiannya pada pengembangan kota, keamanan wilayah, perdagangan dan pertanian, serta melanjutkan politik ekspansi ayahnya. Salah satu pencapaian terbesarnya adalah menaklukkan Kerajaan Pajajaran pada 1579 M. Penaklukkan ini dilandasi oleh tekadnya untuk menyebarkan agama Islam hingga ke pedalaman Banten. Sejak saat itu, agama Islam semakin tersebar luas di Jawa Barat.
Silsilah Maulana Yusuf adalah putra Sultan Maulana Hasanuddin, raja pertama Kesultanan Banten, dan Ratu Ayu Kirana. Ia menikah dengan Ratu Hadijah dan mempunyai dua anak, yaitu Ratu Winaon dan Pangeran Muhammad. Pangeran Muhammad inilah yang nantinya meneruskan takhta dan menjadi raja ketiga Kesultanan Banten.
Masa pemerintahanSunting
Sebagai upaya mengembangkan Banten menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan internasional, Sultan Maulana Yusuf memusatkan perhatiannya pada bidang ekonomi dan pertanian. Sektor perdagangan yang telah dibangun oleh Sultan Maulana Hasanuddin menjadi semakin besar dan ramai. Ketika Sultan Maulana Yusuf berkuasa, Banten menjadi tempat distribusi barang dagangan dari penjuru dunia. Para pedagang dari Cina, Arab, Persia, Gujarat, Portugis, serta pedagang dari seluruh pelosok nusantara saling bertukar barang dagangannya di Banten.
Situasi perdagangan yang ramai itu pada akhirnya mendorong para pendatang untuk menetap. Oleh karena itu, dibuatlah aturan penempatan penduduk sesuai dengan keahlian, daerah asal, serta jabatan tertentu. Berikut pembagiannya: Kampung Pekojan di sebelah barat Pasar Karangantu, untuk para pendatang dari Arab, Gujarat, Mesir, dan Turki. Kampung Pecinan di sebelah barat Masjid Agung, untuk para pedagang Cina. Kampung Panjunan, untuk tukang anjun (para pembuat gerabah, periuk, dan sebagainya). Kepandean, untuk tempat para pandai besi. Pengukiran, tempat tukang ukir. Pagongan, tempat pembuat gong dan gamelan. Sukadiri, tempat pengecoran logam dan pembuatan senjata perang. Kademangan, tempat demang.
Kesatrian, tempat para senopati, perwira, dan prajurit istana. Kefakihan, tempat ulama-ulama hukum Islam.[butuh rujukan]Sultan Maulana Yusuf memberikan dukungan kepada rakyatnya untuk mengembangkan lahan persawahan. Caranya dengan membuka daerah-daerah baru di wilayah Serang. Pemenuhan kebutuhan air untuk lahan persawahan yang telah dibuat dilakukan dengan pembuatan saluran irigasi dan bendungan.[1] Perhatiannya yang besar terhadap agama Islam dibuktikan dengan memperluas serambi Masjid Agung yang dibangun oleh Sultan Maulana Hasanuddin. Sebagai kelengkapan, dibangunlah menara dengan bantuan seorang arsitek muslim asal Mongolia bernama Cek Ban Cut.
Penaklukan Pakwan Pajajaran dan akhir hidupSunting
Dalam rangka ekspansi wilayah dan penyebaran agama Islam, Sultan Maulana Yusuf memperluas pengaruhnya hingga ke pedalaman.[butuh rujukan] Pada tahun 1579, Kesultanan Banten di bawah pemerintahannya berhasil menaklukkan Pakwan Pajajaran. Penaklukan ini mengakibatkan berakhirnya pemerintahan Kerajaan Sunda di wilayah Jawa Barat.[2] Penaklukan ini membuat Islam semakin tersebar luas di Jawa Barat. Dalam penaklukkan ini, banyak penguasa dan alim-ulama yang ikut bersama Sultan Maulana Yusuf. Oleh karena itu, ponggawa-ponggawa yang ditaklukkan lalu diislamkan tetapi dibiarkan untuk memegang jabatannya semula. Berakhirnya kekuasaan Pajajaran ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (singgasana raja), dari Pakuan ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Batu berukuran 200 x 160 x 20 cm itu diboyong karena tradisi politik agar di Pakuan tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru. Setelah Pajajaran runtuh, diperkirakan terdapat sejumlah punggawa istana yang meninggalkan keraton lalu menetap di daerah Lebak. Mereka menetapkan tata cara kehidupan lama yang ketat dan sekarang dikenal sebagai orang Baduy. Sultan Maulana Yusuf kemudian wafat pada 1580 M karena sakit dan dimakamkan di Pekalangan Gede, dekat kampung Kasunyatan sekarang. Karena itu, setelah meninggal ia diberi gelar Pangeran Panembahan Pekalangan Gede atau Pangeran Pasarean.[butuh rujukan]
BiografiSunting
Berdasarkan Sejarah Banten, setelah Maulana Hasanuddin meninggal pada tahun 1570, Maulana Yusuf naik tahta, kemudian melanjutkan ekspansi Banten ke kawasan pedalaman Sunda, dengan menaklukan Pakuan Pajajaran dan Pulasari pada tahun 1579.[3]
SilsilahSunting
Sultan Maulana Yusuf adalah putra dari Maualana Hasanuddin yang putra dari Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) silsilahnya ada berbagai versi diantaranya
Naskah NegarakertabumiSunting
- Syarif Hidayatullah / Sayyid Al-Kamil / Susuhunan Jati / Susuhunan Cirebon, bin
- Syarif Abdullah + Nyi Hajjah Syarifah Mudaim binti Raja Pajajaran Sunda (Nyi Mas Rara Santang)
- Ali Nurul Alam + Puteri Mesir
- Jamaluddin Al-Husein
- Al-Amir Akhmad Syekh Jalaludin
- Amir Abdullah Khan
- Abdul Malik (India)
- Alwi 'Ammul faqih Hadhramaut
- Muhammad Shohib Mirbath
- Ali Khali' Qasam
- Alwi Shohib Bait Jubair
- Muhammad Maula As-Shauma'ah
- Alwi Al-Mubtakir
- Ubaidillah
- Ahmad Al-Muhajir
- Isa Al-Rumi
- Muhammad An-Naqib
- Ali Al-Uraidhi
- Ja'far Ash-Shadiq (Madinah)
- Muhammad Al-Baqir
- Ali Zainal Abiddin
- Husein As-Syahid
- Sayyidah Fatimah Al-Zahra' RA
- Nabi Muhammad Rasulullah SAW
- Abdullah
- Abdul Muthalib
- Hasyim
- Abdul Manaf
- Qusay
- Kilab
- Murroh
- Ka'ab
- Luay
- Ghalib
- Dst.
Naskah KaprabonanSunting
- Kanjeng Nabi Muhamad SAW
- Sarifah Siti Fatimah
- Husen
- Jaenal Abidin
- Muhammad Mubarakin
- Imam Ja’far Sidiq
- Musa
- Kalijam
- Habi Jamali
- Amad Nakiddi
- Ali Nakiddi
- Hasan Sukri,
- Muhammad Dadi
- Raja Banissrail
- Ratu Mesir
- Raja Duta
- Kanjeng Sinuhun Carbon / Syarif Hidayatullah Sunan Gunungjati
Kitab Purwaka Caruban Nagari[4]Sunting
- Nabi Muhammad SAW
- Siti Fatimah
- Sayid Husen
- Sayid Abidin
- Muhammad Baqir
- Ja’far Sidik
- Kasim al-Malik
- Idris
- Al-Baqir
- Ahmad
- Baidillah
- Muhammad
- Alwi al-Mishri
- Abdul Malik
- Amir
- Ali Nurul Alim
- Syarif Abdullah (Sultan Hut / Sultan Mahmud)
- Sunan Gunung Jati
Kitab Syamsu Azh Zhahirah fi Nasabi Ahli al-BaitSunting
Sebagaimana yang tercatat dalam silsilah Syarif Hidayatullah di sebuah organisasi peneliti nasab Naqobatul Asyrof al-Kubro dan Rabithah Alawiyah, yang juga tercantum dalam kitab Syamsu Azh Zhahirah fi Nasabi Ahli al-Bait karya ulama Yaman, Sayyid Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur, silsilah lengkap Syarif Hidayatullah adalah sebagai berikut:[5][6]
- Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati putera dari
- Syarif Abdullah Umdatuddin bin
- Sayyid Ali Nurul Alam bin
- Sayyid Jamaluddin Al-Husaini bin
- Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin bin
- Sayyid Abdullah Azmatkhan bin
- Sayyid Abdul Malik bin
- Sayyid Alwi Ammil Faqih (Hadramaut) bin
- Sayyid Muhammad Shahib Mirbath (Hadramaut) bin
- Sayyid Ali Kholi’ Qasam bin
- Sayyid Alwi Ats-Tsani bin
- Sayyid Muhammad Sahibus Saumah bin
- Sayyid Alwi Al-Awwal bin
- Sayyid Al-Imam ‘Ubaidillah bin
- Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin
- Sayyid ‘Isa Ar-Rumi bin
- Sayyid Muhammad An-Naqib bin
- Sayyid Al-Imam Ali Uraidhi bin
- Sayyidina Ja'far Ash-Shadiq bin
- Sayyidina Muhammad Al-Baqir bin
- Sayyidina Ali Zainal Abidin bin
- Sayyidina Husain bin
- Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Fatimah Az-Zahra binti
- Rasulullah Muhammad S.A.W.
Silsilah dari HasaniSunting
Maulana Hasanuddin Bin Syarif Ibnu Ishaq atau Syarif Abdurrahman Hidayatullah Al Qodiri berlaqob Zen Abdul Qadir Gunung Jati Cirebon Bin Maulana Ishaq Tamsyi Bin Maulana Muhammad Abu Ishaq Bin Junaid al-Maghribi Bin Abdul Qadir al-Maghribi Bin Syuaib al-Maghribi Bin Abdul Jabbar Bin Abdurrazzaq Bin Abdul Aziz Bin Shalih Bin Abdul Qadir al-Jilani (leluhur al-Qadiri al-Jilani) Bin Abu ash-Shalih Musa Jangi Dausat Bin Abdullah III Bin Yahya az-Zahid Bin Muhammad I Bin Daud al-Amir Bin Musa II Bin Abdullah II Bin Musa al-Jun Bin Sulaiman Bin Idris Bin Yahya Bin Ibrahim Bin Muhammad Bin Abdullah al-Kamil al-Mahdi Bin Hasan al-Mutsanna Bin Hasan al-Mujtaba (leluhur al-Hasani) Bin Ali (Beristrikan putri dari Nabi Besar Muhammad Saw;Fathimah az-Zahra) Bin Abi Thalib Al Quraisy (ayah)
RujukanSunting
- ^ Argadia, Yosep Riva (November 2019). Permanawiyat, Widhi, ed. Profil Budaya dan Bahasa Kota Serang Provinsi Banten (PDF). Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 2. ISBN 978-602-8449-19-9.
- ^ BPS Provinsi Banten (2019). Pariwisata Banten dalam Angka Tahun 2019 (PDF). Dinas Pariwisata Provinsi Banten. hlm. 48.
- ^ Hasan Muarif Ambary, Jacques Dumarçay, (1990), The Sultanate of Banten, Gramedia Book Pub. Division, ISBN 979-403-922-5
- ^ Pangeran Raja (PR) Aria Cirebon. 1720. Purwaka Caruban Nagari. Cirebon: Kesultanan Kacirebonan
- ^ "Syamsu Azh Zhahirah Fi Nasabi Ahli Al-Bait oleh Sayyid Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur" (PDF). https://archive.org/. 2016-05-23. Diakses tanggal 2017-04-21. Hapus pranala luar di parameter
|publisher=
(bantuan) - ^ "Silsilah Sunan Gunung Jati Cirebon / Syarif Hidayatullah dan Keturunannya di Cirebon & Banten | Ranji Sarkub". Ranji Sarkub. 2015-06-18. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-29. Diakses tanggal 2017-04-29.
Gelar kebangsawanan | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Maulana Hasanuddin |
Penguasa Banten 1570 - 1585 |
Diteruskan oleh: Maulana Muhammad |