Maria dari Betania

Maria adalah seorang tokoh dalam Alkitab Perjanjian Baru.[1][2] Dia dikenal dan dibedakan dari Maria yang lain (Ibu Yesus) sebagai Maria saudara Marta dan Lazarus yang tinggal di Betania. Ketiga bersaudara ini adalah pengikut Yesus yang mempunyai kedekatan dengan Guru mereka itu. Dikisahkan dalam Injil Lukas bahwa dalam pertemuan mereka (Maria dan Marta) dengan Yesus memiliki pesan-pesan teologis kepada jemaat, yaitu orang Kristen. Maria lebih banyak mendengarkan Yesus dibanding saudaranya itu. Beberapa tafsir mengatakan bahwa Maria lebih menghargai Yesus secara eksistensi. Sedangkan Marta kurang dapat berserah, lebih sibuk dengan urusan mempersiapkan makanan dan minuman bagi Yesus. Bahkan Yesus sempat menegur Marta, Yesus memuji Maria yang duduk mendengarkan-Nya.

Maria saudara Marta

Dalam tafsir berbeda, kisah ini dijadikan acuan teologi feminis yang mengatakan bahwa Yesus bukanlah orang yang berpihak pada laki-laki saja. Yesus sangat menghargai perempuan, bahkan menjadikan mereka sebagai murid.

Kisah lain yang sering dipakai dalam pemberitaan Firman Tuhan di gereja-gereja adalah perihal pertemuan Yesus yang datang terlambat kepada Maria dan Marta.[3] Yesus dianggap terlambat memberikan pertolongan kepada Lazarus, maka Lazarus mati, dan itu terjadi sudah empat hari sebelum kedatangan Yesus.[3] Namun Yesus meyakinkan Marta dan berkata bahwa Yesus adalah kebangkitan dan hidup, barang siapa percaya kepada-Nya, maka ia akan bangkit lagi.[3] sebelumnya Marta tidak yakin, tetapi akhirnya percaya.[3]

Maria kemudian keluar dari dalam rumah dan tersungkur di kaki Yesus dan sangat sedih karena Yesus terlambat datang.[3] Namun akhirnya mereka mengajak Yesus ke tempat di mana Lazarus dikuburkan, dan akhirnya Lazarus dibangkitkan.[3]

Referensi sunting

  1. ^ (Indonesia)Stefan Leks., Tafsir Injil Lukas, Yogyakarta: Kanisius, 2003
  2. ^ (Indonesia) Maria, WRF. Browning., Kamus Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008 (Cet. 3)
  3. ^ a b c d e f (Indonesia)THomas Gordon., the Jesus Conspiracy, Yogyakarta: Kanisius, 2009

Lihat pula sunting

Pranala luar sunting