Mangkunegara X

Adipati dari Mangkunegaran
(Dialihkan dari Mangkunagara X)

Sampeyan Dalem Ingkang Jumeneng Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara X (nama sebelum pelantikan: Gusti Pangeran Harya (GPH.) Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo, S.H. (lahir 29 Maret 1997, atau penanggalan Jawa Sabtu Pon, 20 Sela 1929 Wawu) adalah penguasa Kadipatèn Mangkunegaran sejak Maret 2022 dan putra dari Mangkunegara IX yang mangkat pada 13 Agustus 2021. Ia ditetapkan sebagai penerus tahta Kadipatèn Mangkunegaran ke-10 pada tanggal 1 Maret 2022 dan dinobatkan tanggal 12 Maret 2022[1], bertepatan dengan penanggalan Jawa di hari Sabtu Pahing, 8 Ruwah 1955 Alip.

Mangkunegara X
ꦩꦁꦏꦸꦤꦒꦫ꧇꧑꧐꧇
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo
Adipati Mangkunegaran ke-10
Berkuasa12 Maret 2022 – sekarang
Penobatan12 Maret 2022
PendahuluMangkunegara IX
PresidenJoko Widodo
Prabowo Subianto
KelahiranGusti Pangeran Haryo Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo
29 Maret 1997 (umur 27)
Nama lengkap
Sampeyan Dalem Ingkang Jumeneng Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara Ingkang Jumeneng Kaping Sedasa
WangsaWangsa Mataram
WangsaMangkunegaran
DinastiMataram
AyahMangkunegara IX
IbuIbu Suri / Gusti Kanjeng Putri Mangkunegara IX
AgamaIslam

Kehidupan awal

sunting

Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo dilahirkan pada 29 Maret 1997 dan merupakan putra kedua (bungsu) dari Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IX dan Gusti Kangjeng Putri Mangkunegara IX. Dari silsilah garis ibu, ia merupakan cucu dari Letnan Jenderal TNI (Purn.) Yogi Supardi yang merupakan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia Untuk Jepang Ke-10 (1987-1991), Pangdam XVI/Udayana (1972-1974), dan Sekjen Departemen Pertahanan dan keamanan (1983-1987).[2]

Dari ibundanya, Gusti Bhre (sebutan sehari-hari) memiliki kakak kandung perempuan bernama Gusti Raden Ajeng (GRA.) Ancillasura Marina Sudjiwo. Dari ibu tirinya, Sukmawati Soekarnoputri, ia memiliki dua saudara seayah: Gusti Pangeran Harya Paundrakarna Jiwo Suryonegoro (Gusti Paundra, kakak laki-laki tertua) dan Gusti Raden Ajeng Putri Agung Suniwati (Gusti Menur, kakak perempuan).

Ia menamatkan pendidikan S1 di Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada tahun 2019.[3]

Sebelum dinobatkan sebagai Pengageng Pura (penguasa istana), Gusti Bhre telah terlibat dalam beberapa aktivitas Pura Mangkunegaran, seperti sebagai Cucuk Lampah pada tradisi Kirab Pusaka malam 1 Sura dan Mangkunegaran Jazz Festival 2019.

Penobatan

sunting

Dinamika pra-penobatan

sunting

Pemilihan Gusti Bhre sebagai Adipati Pura Mangkunegaran menghadapi lika-liku. Sebagai anak laki-laki dari putri permaisuri (garwa padmi), ia merupakan kandidat utama. Namun tradisi pemilihan penguasa Mangkunegaran tidak mengikuti aturan demikian secara kaku. Muncullah nama GPH Paundrakarna sebagai anak laki-laki tertua dari KGPAA. Mangkunegara IX, meskipun ia bukanlah anak dari permaisuri karena ibunya telah bercerai dari Mangkunegara IX sebelum Mangkunegara IX naik tahta. Selain GPH Paundrakarna, muncul pula nama Kanjeng Roy (KRMH. Roy Rahajasa Yamin) yang merupakan sepupunya yang adalah putra tertua dari kakak perempuan mendiang KGPAA. Mangkunegara IX.

Selain soal isu urutan suksesi, Gusti Bhre juga dihadapkan pada isu keyakinan agamanya. Sebagai penerus salah satu dinasti keturunan Mataram, penguasa haruslah beragama Islam. Meskipun tidak ada yang menyuarakan secara terbuka, Gusti Bhre merupakan seorang penganut Katolik. Meski demikian, Gusti Bhre diketahui telah berpindah dari Katolik menjadi Islam sebagai mualaf sehingga sudah sesuai dengan paugeran atau aturan naik tahta sebagai Adipati dan kemudian dilantik sebagai KGPAA. Mangkunegara X.[4]

Semua isu ini kemudian selesai setelah beredarnya pengumuman dari perwakilan kerabat inti yang ditandatangani oleh dua orang saudara ayahnya, GRAy. Retno Satuti Suryohadiningrat (Gusti Nuk) dan GRAy. Retno Rosati Notohadiningrat (Gusti Roos), yang pada intinya adalah menyetujui Gusti Bhre sebagai penerus Pengageng Pura.

Upacara penobatan

sunting

Upacara penobatan KGPAA. Mangkunegara X dilaksanakan pada hari Sabtu Pahing, tanggal 12 Maret 2022 di Pendapa Ageng Pura Mangkunegaran. Penobatan dilakukan oleh GKP. Mangkunegara IX dilanjutkan dengan pembacaan sumpah setia dan pidato sambutan oleh KGPAA. Mangkunegara X. Upacara ini dihadiri oleh Presiden RI Joko Widodo, tiga penguasa pewaris tahta Mataram lainnya (Sri Susuhunan Pakubuwono XIII, Sri Sultan Hamengkubuwono X, dan KGPAA. Paku Alam X), Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Walikota Surakarta Gibran Rakabuming Raka.

Seusai pengambilan janji setia, dilanjutkan dengan pementasan Beksan (tarian) Bedhaya Anglir Mendhung, tarian yang diciptakan untuk mengingat perjuangan KGPAA. Mangkunegara I melawan VOC sampai berdirinya Kadipaten Praja Mangkunegaran[5][6].

Referensi

sunting
  1. ^ "4 Fakta GPH Bhre Cakrahutomo: Lulusan UI yang Ditetapkan Jadi Raja Mangkunegaran di Usia 24 Tahun". Tribunsolo.com. Diakses tanggal 2022-03-07. 
  2. ^ detikJateng, Tim. "Profil Pangeran Bhre, si Bungsu yang Kini Ditetapkan sebagai Mangkunegoro X". detikjateng. Diakses tanggal 2022-03-07. 
  3. ^ Indonesia, C. N. N. "Mangkunegara X yang Baru, Masih 24 Tahun Lulusan Fakultas Hukum UI". nasional. Diakses tanggal 2022-03-07. 
  4. ^ "GPH Bhre Cakrahutomo Ditunjuk Jadi Mangkunegara X Meski Disebut Katolik, Budayawan Solo Beri Saran Penting". Suara Surakarta. Diakses tanggal 2022-03-14. 
  5. ^ Kurniawan (2022-03-11WIB16:23:41+00:00). "Sakral, Penari Bedhaya Anglir Mendung Harus Penuhi Sederet Syarat Ini". Solopos.com. Diakses tanggal 2022-03-26. 
  6. ^ detikJateng, Tim. "Mengenal Bedhaya Anglir Mendhung, Tarian Sakral Istana Mangkunegaran". detikjateng. Diakses tanggal 2022-03-26. 
Gelar kebangsawanan
Didahului oleh:
Mangkunegara IX
Adipati Mangkunegaran
2022—sekarang
Petahana