Laskarin (bahasa Sinhala: ලස්කිරිඤ්ඤ, translit. laskiriñña', Tamil: லசுக்காரின், translit. Lacukkāriṉ atau Laskareen, Laskoreen dan Laskarine) adalah sebuah istilah yang digunakan di Sri Lanka untuk mengidentifikasi para prajurit penduduk asli yang bertempur untuk Portugal selama zaman Portugal (1505-1688) dan terus mengabdi sebagai prajurit kolonial sampai tahun 1930-an. Laskarin memainkan peran penting tidak hanya dalam tentara kolonial, tetapi juga dalam keberhasilan kampanye militer kerajaan-kerajaan lokal.[1][2][3]

Laskarin
Pengawal Laskarin Guard dari Padikara Muhandiram Arthur Silva Wijeyasinghe Siriwardena
Aktif1500-an hingga 1930-an
Negara Ceylon Portugal
 Ceylon Belanda
 Ceylon Britania
Aliansi Imperium Portugal
 Imperium Belanda
 Imperium Britania
CabangTentara
Tipe unitInfanteri
PertempuranPerang Sinhala–Portugal
Perang Belanda–Portugal
Peragaan kembali Pengawal Laskarin di Mount Lavinia Hotel in 1997

Asal-usul sunting

Istilah ini berasal dari kata "Lascar" dalam Persia, diucapkan Lashkar (Persia: لشکر), yang berarti kamp militer atau tentara - yang terkait dengan kata 'Askar (bahasa Arab: عسكر) dalam bahasa Arab, yang berarti "pengawal" atau "prajurit" (dari Askari). Orang Portugis menyelaraskan istilah ini menjadi lasquarin atau lascarim, yang berarti seorang anggota milisi atau kelasi Asia. Makna yang terakhir dipertahankan dalam Inggris sebagai Lascar. Di Sri Lanka istilah ini digunakan dalam pengertian militer, yang juga dipertahankan di India sebagai "Laskar Senjata". Belanda menyelaraskannya menjadi lascorijn dan orang Inggris menyelaraskannya menjadi lascariin, lascarine, lascoreen, dan lain-lain.[4]

Sejarah sunting

Portugal pertama kali mendarat di Sri Lanka pada tahun 1505 dan pada tahun 1517 mereka mampu mendirikan sebuah benteng di Kolombo dan menguasai sebagian besar urusan perdagangan masuk dan keluar. Setelah peristiwa bersejarah yang dikenal sebagai "Wijayaba Kollaya" pada tahun 1521 mereka terlibat dalam urusan internal dan konflik antara kerajaan-kerajaan lokal. Karena tenaga manusia yang terbatas dari Portugal, Portugal menyewa tentara lokal untuk membela kepentingan-kepentingan Portugal dan Kerajaan Kotte dan untuk membantu dalam tujuan ofensif. Hampir semua Laskarin ini merupakan orang-orang dari kasta Karava, Karaiyar, dan Nair yang masuk agama Katolik.[3][5] Ini adalah masa ketika banyak anggota kerajaan lokal menerima agama Katolik. Setelah Portugal memberlakukan kontrol langsung terhadap kerajaan-kerajaan lokal (terutama Kerajaan Kotte), banyak pasukan yang setia kepada raja Kotte menjadi Laskarin dan masih terus memiliki pangkat seperti Mudali, Muhandiram, Arachchi, atau Kankani.

Laskarin sangat penting untuk pasukan Portugal pendudukan, selama pertempuran mereka melawan kerajaan-kerajaan lokal karena mereka menguasai geografi lokal. Pada hampir setiap pertempuran awal Portugal di Sri Lanka, mayoritas pasukan mereka terdiri dari para Laskarin. Dalam banyak kesempatan Laskarin mengalihkan keberpihakan dan mendukung kerajaan-kerajaan lokal. Pada Kampanye Danture tahun 1594 pasukan Vimaladharmasuriya berlipat ganda sebagai akibat dari pembelotan ini dan dalam Pertempuran Randeniwela, ekspedisi Portugal tahun 1630, hampir seluruh rombongan Laskarin membelot.[1][2]

Lihat juga sunting

Referensi sunting

  1. ^ a b The Portuguese in Ceylon: Before the war with the Dutch - Colonial Voyage Web. Accessed 2015-11-25
  2. ^ a b The Historic Tragedy of the Island of Ceilāo - J. Ribeiro (AES) ISBN 81-206-1334-1 p 20, 91–92
  3. ^ a b Nayaks of Tanjore - V. Vriddhagirisan (AES) ISBN 978-81-206-0996-9 p. 80 & 91
  4. ^ Oxford English Dictionary, 'Lascorine'
  5. ^ Wickramasinghe, Nira. Sri Lanka in the Modern Age: A History of Contested Indentities. C Hurst & Co Publishers. hlm. 13. ISBN 978-1-85065-807-8.