Lacrosse lapangan adalah olahraga kontak penuh pria yang dimainkan di luar ruangan dengan sepuluh pemain di setiap tim. Olahraga ini berasal dari penduduk asli Amerika, dan aturan modern lacrosse lapangan awalnya dikodifikasikan oleh William George Beers dari Kanada pada tahun 1867. Lacrosse lapangan adalah salah satu dari tiga versi utama lacrosse yang dimainkan secara internasional. Aturan lacrosse pria berbeda secara signifikan dari lacrosse lapangan wanita (ditetapkan pada tahun 1890-an). Keduanya sering dianggap sebagai olahraga yang berbeda dengan akar yang sama.[1] Versi lain, yaitu box lacrosse (berasal dari tahun 1930-an) juga dimainkan di bawah aturan yang berbeda.

Lacrosse lapangan
Kyle Harrison maju karena dikejar oleh lawan
Induk organisasiWorld Lacrosse
Nama lainLax
Pertama dimainkanSejak abad ke-12 M, Amerika Utara
Terkodifikasi pada tahun 1867
Karakteristik
Kontak fisikKontak penuh
Anggota tim10 per tim, termasuk penjaga gawang
PeralatanBola, tongkat, helm, sarung tangan, bantalan bahu, bantalan lengan
Keberadaan
OlimpiadeOlimpiade Musim Panas di 1904 dan 1908.
Sebagai olahraga uji pada tahun 1928, 1932, dan 1948

Tujuan permainan ini adalah menggunakan tongkat lacrosse, untuk menangkap, membawa, dan mengoper bola karet padat dalam upaya mencetak gol dengan menembakkan bola ke gawang lawan. Kepala tongkat lacrosse yang berbentuk segitiga memiliki jaring longgar yang digantung di dalamnya yang memungkinkan pemain untuk membawa bola lacrosse. Selain tongkat lacrosse, pemain diharuskan memakai sejumlah peralatan pelindung. Tujuan defensif dari permainan ini adalah untuk menjaga agar tim lawan tidak mencetak gol dan merebut bola dari mereka melalui pemeriksaan tongkat dan kontak tubuh. Aturan membatasi jumlah pemain di setiap bagian lapangan. Kadang-kadang olahraga ini disebut sebagai "olahraga tercepat dengan dua kaki".

Lacrosse diatur secara internasional oleh World Lacrosse yang memiliki anggota 62 negara dan mensponsori Kejuaraan Lacrosse Dunia setiap empat tahun sekali. Olahraga ini adalah olahraga yang pernah ada dalam Olimpiade dan upaya untuk mengembalikannya ke Olimpiade sering terhambat oleh partisipasi internasional yang tidak memadai dan kurangnya aturan standar antara permainan pria dan wanita. Lacrosse lapangan dimainkan secara semi-profesional di Amerika Utara oleh Major League Lacrosse dan secara profesional oleh Premier Lacrosse League. Permainan ini juga dimainkan pada level amatir tingkat tinggi oleh National Collegiate Athletic Association di Amerika Serikat, seri Australian Senior Lacrosse Championship, dan Canadian University Field Lacrosse Association.

Sejarah sunting

 
"Pemain bola", sebuah litograf berwarna oleh George Catlin, menggambarkan berbagai penduduk asli Amerika bermain lacrosse.

Lacrosse adalah permainan tradisional penduduk asli Amerika.[2] Menurut kepercayaan penduduk asli Amerika, bermain lacrosse adalah tindakan spiritual yang digunakan untuk penyembuhan dan ucapan syukur kepada "Pencipta". Alasan lain untuk memainkan permainan ini adalah untuk menyelesaikan konflik kecil antara suku-suku yang tidak layak untuk berperang, dengan demikian ia dinamai sebagai "adik kecil perang".[3] Permainan ini dapat berlangsung selama beberapa hari dan sebanyak 100 hingga 1.000 orang dari desa atau suku yang berlawanan bermain di dataran terbuka, dengan jarak antar gawang sejauh 460 m dan terpisah hingga beberapa mil.[4][5]

Orang Eropa pertama yang mengamatinya adalah misionaris Jesuit Prancis di Lembah St. Lawrence pada tahun 1630-an.[2] Nama "lacrosse" berasal dari laporan misionaris itu, yang menggambarkan tongkat para pemain seperti tongkat uskup, yaitu la crosse dalam bahasa Prancis.[4][6] Suku asli Amerika menggunakan berbagai nama untuk olahraga ini: dalam bahasa Onondaga disebut dehuntshigwa'es ("mereka yang menabrak pinggul" atau "laki-laki yang memukul benda bulat"); dalam bahasa Cherokee Timur ini disebut da-nah-wah'uwsdi ("perang kecil"); di Mohawk ini disebut tewaarathon ("adik kecil perang"); dan baggataway dalam bahasa Ojibwe.[7][8] Variasi permainan ini tidak terbatas pada nama melainkan pada alat yang digunakan juga. Di wilayah Great Lakes, pemain menggunakan tongkat kayu seluruhnya, sedangkan tongkat Iroquois yang lebih panjang biasanya diikat dengan tali, dan suku dari Tenggara bermain menggunakan dua tongkat pendek, satu tongkat dipegang oleh satu tangan.[6][9]

Pada tahun 1867, anggota Montreal Lacrosse Club William George Beers mengkodifikasikan permainan modern. Dia mendirikan Asosiasi Lacrosse Kanada dan menciptakan aturan tertulis pertama untuk permainan tersebut dalam sebuah buku yang berjudul Lacrosse: The National Game of Canada. Buku tersebut menentukan tata letak lapangan, dimensi bola lacrosse, panjang tongkat lacrosse, jumlah pemain, dan jumlah gol yang diperlukan untuk menentukan pemenang pertandingan.[6]

Aturan sunting

Lacrosse lapangan melibatkan dua tim, masing-masing bersaing untuk menembakkan bola lacrosse ke gawang tim lawan. Bola lacrosse terbuat dari karet padat, kelilingnya berukuran 7,75 hingga 8 inci (19,7–20 cm) dan beratnya mencapai 5 hingga 5,25 ons (140–149 g). Setiap tim bermain dengan sepuluh pemain di lapangan: seorang penjaga gawang; tiga pemain bertahan di bagian pertahanan; tiga gelandang bebas berkeliaran di seluruh lapangan; dan tiga penyerang berusaha mencetak gol di bagian penyerangan. Pemain diharuskan memakai beberapa peralatan pelindung, dan harus membawa tongkat lacrosse yang memenuhi spesifikasi. Aturan olahraga ini mengatur panjang waktu bermain, batasan, dan aktivitas yang diizinkan. Penalti dinilai oleh juri untuk setiap pelanggaran aturan.[10]

Permainan ini kemudian telah mengalami perubahan signifikan dari kodifikasi asli Beers. Pada 1930-an, jumlah pemain di lapangan per tim dikurangi dari dua belas menjadi sepuluh, aturan tentang peralatan pelindung ditetapkan, dan luas lapangan mengalami penyempitan.[11][12]

Area bermain sunting

 
Diagram lapangan lacrosse perguruan tinggi pria.

Lapangan lacrosse standar memiliki panjang sekitar 100 m dari setiap garis akhir, dan lebar 55m dari pinggir lapangan.[13][14]

Gol lapangan lacrosse dipusatkan di antara masing-masing garis samping, diposisikan 14 m dari setiap garis akhir dan juga diposisikan 73 m terpisah antara satu sama lain. Memposisikan gol dengan baik di dalam garis akhir memungkinkan permainan terjadi di belakang semua posisi. Gawang golnya memiliki lebar 6 kaki (1,8 m) dan tinggi 6 kaki (1,8 m), dengan jaring yang dipasang berbentuk piramida. Di sekeliling setiap gawang terdapat area melingkar yang dikenal sebagai "crease", berukuran 18 kaki (5,5 m) dalam diameternya.[14]

Jika seorang pemain memasuki "crease" saat menembak ke arah gawang, wasit akan menyebut hal itu sebagai pelanggaran dan bola akan diserahkan ke tim lain.[15]

Terdapat sepasang garis yang memiliki panjang 18 m dari kedua garis tengah dan setiap garis gawang, membagi lapangan menjadi tiga bagian. Dari sudut pandang masing-masing tim, area yang paling dekat dengan gawangnya sendiri adalah area pertahanannya, kemudian terdapat area lini tengah yang diikuti oleh area penyerangan. Garis-garis yang membagi tiga area ini disebut "garis penahan." Garis dengan sudut siku -siku ditandai 9,1 m dari setiap garis samping yang menghubungkan setiap garis akhir ke garis penahan yang lebih dekat, menciptakan "kotak penahan".[14][16] Jika seorang juri menganggap bahwa sebuah tim "mengulur waktu", dengan tidak bergerak berdasarkan tujuan ofensif saat mengontrol bola, tim yang membawa bola harus menjaga bola di dalam kotak penahan ofensif untuk menghindari penalti kehilangan penguasaan bola.[17]

Tanda dalam lapangan dapat mengatur posisi pemain saat melakukan face-off. Face-off merupakan posisi ketika permainan dimulai pada awal setiap periode dan setelah setiap gol. Selama pertandingan memasuki posisi face-off, harus ada enam pemain (tanpa menghitung penjaga gawang) di setiap area yang ditentukan oleh garis penahan. Tiga pemain gelandang dari masing-masing tim menempati area lini tengah, sementara tiga penyerang dan tiga pemain bertahan tim lawan menempati setiap area ofensif. Para pemain ini harus tetap berada di area ini sampai penguasaan bola diperoleh oleh seorang gelandang atau bola melewati salah satu garis penahan. Area sayap ditandai di lapangan pada garis lini tengah pada titik 10 yard (9,1 m) dari setiap garis samping. Garis ini menunjukkan di mana dua gelandang yang bukan peserta face-off per tim berbaris selama situasi face-off. Para pemain ini dapat memposisikan diri mereka di kedua sisi garis lini tengah.[14] Selama face-off, dua pemain meletakkan tongkat mereka secara horizontal di sebelah bola, kepala tongkat beberapa inci dari bola dan ujung bawah mengarah ke garis tengah lapangan. Setelah wasit meniup peluit untuk memulai permainan, para gelandang yang face-off langsung merebut bola untuk mendapatkan penguasaan dan gelandang lainnya maju untuk memainkan bola. Jika penguasaan bola dimenangkan oleh pemain yang sedang melakukan face-off, dia boleh memindahkan bola sendiri atau mengoper ke rekan satu timnya.[10]

Aturan juga mengharuskan area pergantian pemain, kotak penalti, area pelatih, dan area bangku tim ditetapkan di lapangan.[14]

Peralatan sunting

Peralatan pemain lacrosse lapangan termasuk tongkat lacrosse, dan peralatan pelindung yang meliputi helm lacrosse dengan masker wajah, sarung tangan lacrosse, dan bantalan lengan dan bahu. Pemain juga diharuskan memakai pelindung mulut dan cawat olahraga .[10] Namun, pemain lapangan di MLL dan PLL tidak diharuskan memakai bantalan bahu.

 
Seorang pemain lapangan biasanya dilengkapi dengan membawa "tongkat pendek"

Setiap pemain membawa tongkat lacrosse dengan panjang 40 hingga 42 inci (1,0–1,1 m) yang dinamai dengan "short crosse/tongkat pendek", atau dengan panjang 52 hingga 72 inci (1,3–1,8 m) yang disebut sebagai "long crosse/tongkat panjang".[18] Di sebagian besar kalangan, akhir-akhir ini kata crosse sering diganti dengan "tongkat". Istilah lain yang juga digunakan yaitu "tongkat pendek" dan "tongkat panjang" atau "pole". Pada setiap tim hingga empat pemain pada satu waktu dapat menggunakan tongkat panjang: tiga pemain bertahan dan satu gelandang. Bagian-bagian tongkat terdiri dari kepala dan poros (atau pegangan). Bentuk kepalanya kira-kira seperti segitiga dan memiliki jaring atau kulit serta tali nilon untuk membentuk "kantong" yang longgar sehingga dapat memungkinkan bola untuk ditangkap, dibawa, dan dilempar. Di lacrosse lapangan, saku pada tongkat merupakan hal ilegal jika bagian atas bola dan harus ditempatkan di kepala tongkat, berada di bawah bagian bawah dinding samping tongkat.

 
Kepala tongkat lacrosse pria

Lebar maksimum kepala pada titik terlebarnya harus antara 6 dan 10 inci (15–25 cm).[13][14] Dari 1,25 inci ke atas dari bagian bawah kepala, jarak antara dinding samping tongkat harus minimal 3 inci. Kebanyakan tongkat modern memiliki poros logam berbentuk tabung, biasanya terbuat dari aluminium, titanium, atau logam campuran, sedangkan kepala terbuat dari plastik keras. Poros logam harus memiliki tutup plastik atau karet di ujungnya.

Perkembangan olahraga ini sering terhambat oleh biaya peralatan pemain: seragam, helm, bantalan bahu, pelindung tangan, dan tongkat lacrosse. Banyak pemain memiliki setidaknya dua tongkat lacrosse yang disiapkan untuk digunakan dalam kontes apa pun.[19] Secara tradisional pemain menggunakan tongkat yang dibuat oleh pengrajin pribumi Amerika. Tongkat ini mahal dan kadang-kadang sulit ditemukan.[20][21] Pengenalan kepala plastik pada tongkat ini di tahun 1970-an memberi pemain untuk menggunakan tongkat alternatif berupa tongkat plastik,[4] dan produksi massal mereka telah menyebabkan aksesibilitas dan perluasan lingku[ olahraga menjadi lebih besar.[22]

Pemain sunting

Penjaga gawang sunting

 
Seorang penjaga gawang melakukan penyelamatan

Tanggung jawab penjaga gawang adalah untuk mencegah lawan mencetak gol dengan langsung mempertahankan gawang yang memiliki tinggi dan lebar sekitar 1,8 m.[14] Penjaga gawang perlu menghentikan tembakan yang mampu mencapai kecepatan lebih dari 100 mil per jam (160 km/h), dan bertanggung jawab untuk mengarahkan pertahanan tim.[23][24]

Penjaga gawang memiliki hak istimewa ketika mereka berada di dalam crease, area melingkar yang mengelilingi setiap gawang dengan radius 9 kaki (2,7 m). Pemain penyerang tidak boleh memainkan bola atau melakukan kontak dengan penjaga gawang saat dia berada di dalam crease. Begitu penjaga gawang meninggalkan crease, dia kehilangan hak istimewa ini.[25]

Perlengkapan penjaga gawang berbeda dengan perlengkapan pemain lainnya. Alih-alih bantalan bahu dan bantalan siku, penjaga gawang memakai pelindung dada. Penjaga gawang juga memakai "sarung tangan kiper" khusus yang memiliki bantalan ekstra pada ibu jari untuk melindungi dari tembakan. Kepala tongkat lacrosse penjaga gawang dapat memiliki lebar hingga 15 inci (38 cm) sehingga ukuran tersebut lebih besar secara signifikan daripada ukuran kepala tongkat pemain lain.[14]

Pertahanan sunting

Pemain pertahanan merupakan posisi pemain yang bertanggung jawab untuk membantu penjaga gawang dalam mencegah tim lawan mencetak gol. Setiap tim diharuskan memiliki tiga pemain bertahan. Para pemain ini umumnya tetap berada di separuh area pertahanan.[26] Akan tetapi, hal ini dapat tidak berlaku jika seorang pemain bertahan mendapatkan bola dan memilih untuk berlari ke tengah lapangan dan mencoba untuk mencetak gol atau mengoper. Apabila pemain pertahanan ingin melakukan semua itu, maka mereka harus melewati garis bagian tengah dan memberi isyarat kepada satu gelandang untuk tetap berada di belakang. Seorang pemain bertahan dapat membawa tongkat panjang yang memberikan keuntungan dalam jangkauan yang luas untuk mencegat umpan dan melakukan checking.[27]

Taktik yang digunakan oleh pemain bertahan termasuk body positioning dan checking. Checking adalah upaya untuk merebut bola dari lawan melalui kontak badan atau tongkat. Sebuah checking dapat mencakup "poke check", di mana seorang pemain pertahanan menyodorkan tongkatnya ke tangan melalui atas atau melalui tongkat lawan yang menguasai bola (mirip dengan tembakan bola sodok). Checking juga dapat mencakup "slap check", di mana seorang pemain melakukan pukulan pendek menggunakan dua tangan ke tangan atau tongkat lawan yang menguasai bola.[28] Sebuah "body check" diperbolehkan selama bola berada dalam penguasaan tim sendiri atau bola dalam keadaan lepas dan berada dalam jarak lima yard dari pemain lawan serta kontak dilakukan ke depan atau samping badan pemain lawan.[29] Pemain bertahan lebih disukai tetap dalam posisi relatif terhadap rekan ofensif mereka yang dikenal sebagai "topside". Topside umumnya berarti tongkat dan posisi tubuh pemain bertahan yang memaksa pembawa bola untuk pergi ke arah lain, biasanya berada jauh dari gawang.[30]

Gelandang sunting

 
Seorang pemain lacrosse menembak selama pertandingan.

Gelandang berkontribusi secara ofensif dan defensif dan juga dapat berkeliaran di seluruh area bermain. Setiap tim memiliki tiga pemain gelandang sekaligus. Satu gelandang per tim dapat menggunakan tongkat crosse panjang,[26] dan dalam hal ini tongkat itu disebut sebagai "tongkat panjang gelandang".[31] Tongkat panjang gelandang biasanya digunakan untuk penguasaan bola dan ketika saat face-off, tetapi pemain gelandang juga dapat berpartisipasi ketika mereka melakukan pelanggaran selama mereka tidak diganti.

Seiring waktu, posisi area tengah dapat berubah menjadi posisi spesialisasi. Selama bermain, tim dapat mengganti pemain masuk dan keluar dengan bebas. Praktik tersebut dikenal sebagai substitusi "on the fly". Aturan menyatakan bahwa pergantian pemain harus terjadi di dalam area pertukaran yang ditentukan di depan meja juri.[10] Tim sering memutar spesialis gelandang di luar dan di dalam lapangan tergantung pada penguasaan bola. Beberapa tim memiliki gelandang yang ditunjuk untuk posisi face-off dan pemain tersebut disebut sebagai gelandang "fogo" (singkatan untuk "face-off and get-off"), yang bermain di sebagian besar pertandingan dan dengan cepat diganti setelah pertandingan.[32] Beberapa tim juga dapat menunjuk beberapa gelandang sebagai "gelandang penyerang" atau "gelandang bertahan" tergantung pada kekuatan dan kelemahan mereka.

Penyerang sunting

Setiap tim memiliki tiga penyerang sekaligus, dan para pemain ini umumnya tetap berada di setengah area menyerang (attack area).[26] Seorang penyerang menggunakan tongkat pendek.[10]

Durasi dan metode pemutusan seri sunting

Durasi permainan tergantung pada tingkat permainan. Baik dalam kompetisi internasional, lacrosse yang dimainkan di perguruan tinggi, dan juga di Major League Lacrosse, total waktu bermain adalah 60 menit, terdiri dari kuartal 15 menit, ditambah istirahat 15 menit di babak pertama.[13][33] Permainan yang ada di sekolah menengah biasanya terdiri dari kuartal 12 menit tetapi dapat dimainkan dalam waktu 30 menit, sementara liga pemuda mungkin memiliki permainan yang lebih pendek.[10] Waktu permainan biasanya berhenti selama semua situasi bola mati seperti di antara gol atau jika bola keluar dari batas. Metode pemutusan seri umumnya terdiri dari beberapa periode perpanjangan waktu selama 5 menit (4 menit dalam permainan NCAA, 10 menit dalam [MLL/PLL]), di mana siapa pun yang mencetak gol akan diberikan kemenangan mendadak. Varian yang lebih cepat dari kemenangan mendadak berasal dari metode Braveheart di mana setiap tim mengirimkan satu pemain dan satu kiper; jika pemain tersebut mampu mencetak gol, maka itu disebut sebagai kemenangan mendadak.[33][34] Lacrosse internasional biasanya memiliki dua periode perpanjangan waktu sekitar 5 menit berturut-turut, dan kemudian menerapkan aturan kemenangan mendadak jika skor masih imbang.[13]

Pergerakan bola dan keluar dari permainan sunting

 
Sebuah adegan face-off

Tim harus menggiring bola atau jika tidak maka tim dapat mengalami kehilangan penguasaan bola. Setelah tim menguasai bola di daerah pertahanan mereka, mereka harus memindahkan bola melewati garis tengah dalam waktu 20 detik. Jika penjaga gawang menguasai bola di dalam crease, maka dia harus mengoper bola atau meninggalkan area tersebut dalam waktu empat detik. Kegagalan penjaga gawang untuk meninggalkan crease akan mengakibatkan tim lawan diberi penguasaan bola tepat di luar kotak penahan.[10] Setelah bola melewati garis tengah lapangan, tim memiliki waktu 10 detik untuk memindahkan bola ke area ofensif yang ditentukan oleh kotak penahan atau kehilangan penguasaan bola kepada lawan mereka.[25] Istilah yang digunakan untuk mendefinisikan pergerakan bola dari area bertahan ke area ofensif adalah "mengosongkan" bola. Pemain ofensif bertanggung jawab untuk "menunggangi" lawan, dengan kata lain mencoba untuk menolak lawan yang akan "mengosongkan" bola dengan melewati garis lini tengah.[10]

Jika bola bergerak keluar dari area permainan, permainan dimulai kembali dengan penguasaan bola yang diberikan kepada lawan dari tim yang terakhir menyentuh bola, kecuali jika bola keluar lapangan karena tembakan atau tendangan yang dibelokkan. Dalam hal ini, penguasaan bola diberikan kepada pemain yang paling dekat dengan bola ketika bola itu keluar dari area permainan.[10][13]

Penalti sunting

Untuk sebagian besar pelanggaran, pemain yang melanggar akan dikirim ke kotak penalti sehingga tim tersebut kehilangan satu pemain dalam waktu yang singkat. Penalti diklasifikasikan menjadi dua, yaitu pelanggaran pribadi atau pelanggaran teknis.[17][29] Pelanggaran pribadi bersifat lebih serius dan umumnya dihukum dengan skorsing 1 menit. Pelanggaran teknis merupakan pelanggaran aturan yang tidak seserius pelanggaran pribadi. Durasi hukuman untuk pelanggaran teknis biasanya selama 30 detik atau mendapatkan varian hukuman lain seperti kehilangan penguasaan atas bola. Kadang-kadang durasi hukuman yang lebih lama dapat digunakan dalam kasus pelanggaran yang lebih berat. Pemain yang dihukum karena enam pelanggaran pribadi harus keluar dari permainan.[10] Tim yang terkena penalti akan memainkan pertahanan man down sedangkan tim lainnya memainkan strategi man up, atau memainkan strategi "extra man offence". Selama permainan khusus, setiap tim akan memiliki tiga hingga lima peluang untuk mendapatkan waktu menyerang tambahan.[35]

Pelanggaran pribadi sunting

Pelanggaran pribadi (Personal Fouls, PF) meliputi pemotongan, sandungan, checking body yang dilakukan secara tidak sah, cross checking, perilaku tidak sportif, kekerasan yang tidak perlu, dan pelanggaran peralatan. Sementara dalam kasus stick-check (di mana seorang pemain melakukan kontak dengan tongkat pemain lawan untuk menjatuhkan bola) hal itu masih dianggap sah. Stick-check dapat menimbulkan pelanggaran penebasan ketika seorang pemain dengan tidak benar melakukan kontak dengan pemain lawan atau tongkatnya. Penalti checking body yang tidak sah dilakukan untuk setiap kontak di mana bola lebih jauh dari 5 yard (4,6 m) untuk anak SMA dan 3 yard (2,7 m)[36] untuk pemain muda yang meliputi seperti kontak, cek dilakukan dari belakang, di atas bahu atau di bawah lutut, atau dapat dihindari setelah pemain melepaskan bola. Cross checking, di mana seorang pemain menggunakan batang tongkatnya untuk mendorong pemain lawan kehilangan keseimbangan adalah hal yang ilegal di lapangan lacrosse. Baik perilaku yang tidak sportif maupun kekerasan yang tidak perlu akan diatur berdasarkan kebijakan kru yang memimpin. Sedangkan pelanggaran peralatan akan diatur secara ketat oleh peraturan.[29] Setiap niat yang disengaja untuk melukai lawan berisiko didiskualifikasi langsung. Pemain pengganti harus melakukan servis selama 1 menit.

Pelanggaran teknis sunting

Pelanggaran teknis termasuk menahan, mengganggu, mendorong lawan, penyaringan ofensif ilegal (biasanya disebut sebagai "moving pick"), "menangkal", mengulur-ulur, dan off-side.[37] Gerakan screen seperti yang ada pada strategi bola basket merupakan gerakan memblokir oleh pemain ofensif, dengan berdiri di samping atau di belakang pemain bertahan, untuk membebaskan rekan setimnya untuk menembak, atau menerima operan; seperti pada pemain bola basket harus tetap diam saat melakukan screening. Penangkalan terjadi ketika pemain ofensif menggunakan tangannya yang bebas untuk mengontrol tongkat pemain lawan.

Off-side memiliki implementasi yang unik di lapangan lacrosse.[38] Pelanggaran off-side dapat membatasi jumlah pemain yang diizinkan di kedua sisi garis lini tengah ketika aturan permainan ini ditetapkan pada perubahan aturan di tahun 1921.[12] Off-side terjadi ketika ada kurang dari tiga pemain di sisi ofensif dari garis lini tengah atau ketika ada kurang dari empat pemain di bagian pertahanan lini tengah (catatan: jika pemain keluar melalui area substitusi khusus, itu tidak ditetapkan sebagai pelanggaran off-side).[25]

Pelanggaran teknis mengharuskan pemain bertahan yang melakukan pelanggaran terhadap pemain tim lawan ditempatkan di kotak penalti selama 30 detik.[37] Seperti halnya pelanggaran pribadi, sampai waktu penalti berakhir, tidak ada penggantian pemain yang diperbolehkan dan tim harus bermain dengan kekurangan satu orang. Pemain (atau penggantinya) diperbolehkan untuk masuk kembali ke lapangan ketika waktu yang ada kotak penalti telah berakhir dan tim kembali dengan jumlah pemain seperti semula.

Kompetisi domestik sunting

College lacrosse yang merupakan olahraga musim semi di Amerika Serikat, dianggap sebagai permainan lacrosse paling awal yang didirikan oleh Universitas New York pada tahun 1877.[39] Turnamen antar perguruan tinggi pertama diadakan pada tahun 1881 yang menampilkan empat tim: Universitas New York, Universitas Princeton, Universitas Columbia, dan Universitas Harvard. Turnamen ini dimenangkan oleh Harvard.[6][40] United States Intercollegiate Lacrosse Association (USILA) dibentuk pada tahun 1885, dan memberikan penghargaan Wingate Memorial Trophy kepada University of Maryland sebagai juara nasional pada tahun 1936. Penghargaan tersebut diberikan kepada tim dengan rekor terbaik dalam permainan sampai National Collegiate Athletic Association (NCAA) menerapkan sistem pertandingan ulang pada tahun 1971.[41][42] NCAA mensponsori Kejuaraan Lacrosse Pria utama dengan turnamen 1971 di mana Universitas Cornell mengalahkan Universitas Maryland di final.[43] Selain tiga divisi di NCAA, lacrosse pada perguruan tinggi di Amerika Serikat dimainkan oleh Asosiasi Lacrosse Perguruan Tinggi Pria non-universitas dan tim klub Liga Lacrosse Perguruan Tinggi Nasional.[44][45][46]

 
Lacrosse di Australia, sekitar tahun 1930

Lacrosse pertama kali dibawa di Inggris, Skotlandia, Irlandia dan Prancis pada tahun 1867 ketika tim yang berasal dari penduduk asli Amerika dan Kanada melakukan perjalanan ke Eropa untuk menunjukkan olahraga tersebut. Setahun kemudian, Asosiasi Lacrosse Inggris didirikan.[6] Pada tahun 1876, Ratu Victoria menghadiri permainan percobaan lacrosse. Ia pun terkesan dan mengatakan: "Permainan ini sangat keren untuk ditonton."[47] Di seluruh Eropa, lacrosse dimainkan oleh banyak klub dan diawasi oleh Federasi Lacrosse Eropa.[48] Lacrosse kemudian dibawa ke Australia pada tahun 1876.[49] Negara ini kemudian mensponsori berbagai pertandingan antar negara bagian dan teritori yang berujung dengan diadakannya turnamen tahunan Kejuaraan Senior Lacrosse.[49]

Pada tahun 1985, Canadian University Field Lacrosse Association (CUFLA) didirikan dengan dua belas universitas di provinsi Ontario dan Quebec sebagai anggota dan ikut berkompetisi di liga antar perguruan tinggi. Liga tersebut mengadakan pertandingan musiman selama musim gugur. Berbeda dengan NCAA, CUPLA memberi kesempatan kepada pemain dari olahraga box lacrosse profesional di National Lacrosse Lague untuk berpartisipasi. Perihal pemberian kesempatan tersebut, CUPLA menyatakan bahwa "meskipun keterampilan penggunaan tongkat sangat identik, permainan dan aturannya berbeda".[50]

Lacrosse lapangan yang dilakukan secara profesional dilaksanakan pertama kalinya pada tahun 1988 dengan pembentukan American Lacrosse League, yang gulung tikar setelah lima minggu bermain.[51] Pada tahun 2001, lacrosse lapangan secara profesional muncul kembali dengan adanya Major League Lacrosse (MLL).[52] MLL memiliki tim yang berbasis di Amerika Serikat dan Kanada serta bermain selama musim panas.[53] MLL memodifikasi aturannya dari aturan lacrosse lapangan yang mapan dari program internasional, perguruan tinggi, dan sekolah menengah. Untuk meningkatkan skor, liga menggunakan waktu tembakan enam puluh detik, gol dua poin untuk tembakan yang dilakukan di luar batas yang ditentukan, dan mengurangi jumlah tongkat panjang menjadi tiga daripada empat tradisional. Sebelum musim MLL 2009, setelah delapan musim, liga mengikuti aturan lapangan lacrosse tradisional dan mengizinkan tongkat keempat.[31][54] Pada tahun 2018, Liga Premier Lacrosse diluncurkan dengan 140 pemain meninggalkan MLL untuk membentuk liga dengan eksposur media yang lebih tinggi, gaji, perawatan kesehatan, akses lisensi, dan manfaat lainnya. Para pemain yang berjumlah 140 orang ini terdiri dari 86 All-Americans, 25 anggota tim nasional AS, dan 10 mantan pemenang Tewaaraton Award.[55]

Kompetisi internasional sunting

World Lacrosse merupakan organisasi internasional yang mengatur permainan lacrosse dan mengawasi baik kompetisi lacrosse lapangan, wanita, dan "box lacrosse". Pada tahun 2008, International Lacrosse Federation dan International Federation of Women's Lacrosse Associations bergabung untuk membentuk Federation of International Lacrosse.[56] International Lacrosse Federation sebelumnya didirikan pada tahun 1974 untuk mempromosikan dan mengembangkan permainan lacrosse pria di seluruh dunia. Pada Mei 2019, FIL berganti nama menjadi World Lacrosse.[57] World Lacrosse mensponsori Kejuaraan Dunia Lacrosse dan Kejuaraan Dunia Lacrosse U-19 yang dimainkan di bawah peraturan lapangan lacrosse. Organisasi tersebut juga mengawasi World Indoor Lacrosse Championship yang dimainkan di bawah aturan box lacrosse, serta Piala Dunia Lacrosse Wanita dan kejuaraan U-19 di bawah aturan lacrosse wanita.[56]

Permainan Olimpiade sunting

Lacrosse di Olimpiade merupakan olahraga yang menghasilkan medali di Olimpiade Musim Panas 1904 dan Olimpiade Musim Panas 1908.[58] Pada tahun 1904, tiga tim berkompetisi dalam permainan yang diadakan di Saint Louis, Missouri. Dua tim yang berasal dari Kanada, yaitu Winnipeg Shamrocks dan tim orang Mohawk dari Konfederasi Iroquois. Di sisi lain, tim Amerika diwakili oleh partisipasi klub lacrosse St. Louis AAA lokal. Tim Winnipeg Shamrocks kemudian memenangkan medali emas.[59] Pertandingan 1908 yang diadakan di London, Inggris, hanya diikuti oleh dua tim, yaitu tim yang mewakili Kanada dan Inggris Raya. Kanada kembali memenangkan medali emas dalam pertandingan kejuaraan tunggal dengan skor 14-10.[60]

 
Olimpiade Musim Panas 1948 di London

Dalam Olimpiade Musim Panas 1928, Olimpiade Musim Panas 1932, dan Olimpiade Musim Panas 1948, lacrosse dikategorikan ke dalam olahraga uji.[61] Olahraga lacrosse pada Olimpiade 1928 hanya diikuti oleh tiga tim, yaitu Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris Raya.[62] Olimpiade di tahun 1932 mengadakan tiga pertandingan uji coba antara tim All-star Kanada dan Amerika Serikat.[63] Amerika Serikat diwakili oleh Johns Hopkins Blue Jays lacrosse di Olimpiade 1928 dan 1932. Untuk memenuhi syarat, Blue Jays memenangkan turnamen pada tahun-tahun Olimpiade untuk mewakili Amerika Serikat.[64][65] Olimpiade 1948 mengadakan sebuah permainan dari tim "All-England" yang diatur oleh English Lacrosse Union dan tim lacrosse perguruan tinggi dari Rensselaer Polytechnic Institute yang mewakili Amerika Serikat. Pertandingan ini berakhir dengan skor 5–5.[66]

Ada hambatan untuk mengembalikan lacrosse sebagai olahraga Olimpiade. Satu rintangan diselesaikan pada tahun 2008, ketika badan pengatur internasional untuk lacrosse pria dan wanita bergabung untuk membentuk Federation of International Lacrosse, yang kemudian berganti nama menjadi World Lacrosse.[67] Rintangan lain untuk mengembalikan lacrosse ke Olimpiade adalah kurangnya partisipasi internasional terhadap olahraga ini. Agar dapat dianggap sebagai olahraga Olimpiade, olahraga tersebut harus dimainkan di empat benua, serta setidaknya diikuti 75 negara. Menurut salah satu perwakilan Lacrosse AS pada tahun 2004, "akan memakan waktu 15-20 tahun bagi kami untuk sampai ke sana".[68] Masih terdapat upaya untuk memasukkan lacrosse sebagai olahraga percobaan, terutama pada Olimpiade Musim Panas 1996 di Atlanta, Georgia dan Olimpiade Musim Panas 2000 di Sydney, Australia, tetapi usaha ini gagal.[65][68]

Kejuaraan Lacrosse Dunia sunting

 
Final Kejuaraan Lacrosse Dunia U-19 Putra 2008 menampilkan AS versus Kanada

Kejuaraan Lacrosse Dunia dimulai sebagai turnamen undangan untuk empat tim pada tahun 1967 dan disetujui oleh Federasi Lacrosse Internasional.[68] Kejuaraan Dunia Lacrosse 2006 diikuti oleh dua puluh satu negara untuk bermain. Kejuaraan Lacrosse Dunia 2010 berlangsung di Manchester, Inggris. Hanya Amerika Serikat, Kanada, dan Australia yang masuk ke dalam finis di dua tempat teratas pada turnamen ini.[49] Sejak tahun 1990, Iroquois Nationals, sebuah tim yang terdiri dari Enam Bangsa anggota Konfederasi Iroquois, telah berkompetisi dalam kompetisi internasional. Tim ini adalah satu-satunya tim penduduk asli Amerika yang disetujui untuk bersaing dalam olahraga lacrosse pria di mana pun secara internasional.[69] Federasi Lacrosse Internasional juga memberikan persetujuan untuk diadakannya Kejuaraan Dunia Lacrosse U-19. Kejuaraan Lacrosse Dunia U-19 2008 diikutsertai oleh dua belas negara, dengan tiga peserta baru yaitu Bermuda, Finlandia, dan Skotlandia.[70][71]

Kompetisi internasional regional lainnya dimainkan termasuk Kejuaraan Lacrosse Eropa yang diikuti oleh dua puluh satu anggota Federasi Lacrosse Eropa, dan Turnamen Lacrosse Asia Pasifik dengan anggota delapan tim.[49][72]

Catatan keberadaan sunting

Keberadaan Lacrosse berkembang seiring dengan popularitas olahraga tersebut.[73] Kejuaraan Lacrosse Pria Divisi I NCAA 2008 dimenangkan oleh Universitas Sirakusa, mengalahkan Universitas Johns Hopkins 13-10, yang tercatat dihadiri oleh 48.970 penggemar di Stadion Gillette.[74] Kejuaraan Lacrosse Pria Divisi I NCAA 2007 akhir pekan yang diadakan di Stadion M&T Bank di Baltimore, Maryland dimainkan di depan 123.225 penggemar untuk acara tiga hari tersebut.[75] Catatan keberadaan saat ini untuk acara khusus lacrosse musim reguler adalah acara yang diadakan oleh Big City Classic pada tahun 2009. Big City Classic merupakan sebuah pertandingan tiap tiga pekan di Stadion Giants yang menarik 22.308 penonton.[76] Denver Outlaws memegang rekor kehadiran pertandingan tunggal lacrosse lapangan profesional ketika bermain pada 4 Juli 2015 di depan 31.644 penggemar.[77]

Pada Olimpiade 1932 di Los Angeles, California, lebih dari 145.000 penonton menyaksikan seri tiga pertandingan antara Amerika Serikat dan Kanada, termasuk 75.000 orang yang menyaksikan pertandingan pertama seri tersebut saat hadir untuk menonton final maraton.[63][64][65]

Referensi sunting

Catatan kaki sunting

  1. ^ Wiser, Melissa C. (2013). Where's the Line? An Analysis of the Shifts in Governance of Women's Lacrosse, 1992-1998 (Tesis). The Ohio State University. https://etd.ohiolink.edu/apexprod/rws_etd/send_file/send?accession=osu1372718369&disposition=inline. Diakses pada 06 Februari 2022. 
  2. ^ a b Vennum, p. 9
  3. ^ Rock, Tom (November–December 2002). "More Than a Game". Lacrosse Magazine. US Lacrosse. Archived from the original on 2008-05-25. Diakses tanggal 06 Februari 2022. 
  4. ^ a b c "Lacrosse History". STX Lacrosse. Archived from the original on 2008-04-06. Diakses tanggal 06 Februari 2022. 
  5. ^ Vennum, p. 183
  6. ^ a b c d e Pietramala, pp. 8-10
  7. ^ Hochswender, Woody (20 April 2008). "Growing Fast, Lacrosse Brings Out the Gladiator". New York Times. Diakses tanggal 06 Februari 2022. 
  8. ^ Byers, Jim (Jul 22, 2006). "Iroquois keeping the faith". Toronto Star. Archived from the original on 2012-04-16. Diakses tanggal 06 Februari 2022. 
  9. ^ Vennum Jr., Thomas. "The History of Lacrosse". US Lacrosse. Diakses tanggal 06 Februari 2022. 
  10. ^ a b c d e f g h i j "Men's Lacrosse 2017 and 2018 Rules" (PDF). National Collegiate Athletic Association. Diakses tanggal 06 Februari 2022. 
  11. ^ Fisher, pp. 131-132
  12. ^ a b Pietramala, p. 14
  13. ^ a b c d e "2017-2018 Rules of Men's Field Lacrosse" (PDF). Federation of International Lacrosse. Diakses tanggal 06 Februari 2022. 
  14. ^ a b c d e f g h NCAA Rulebook, Rule 1
  15. ^ "Girls Lacrosse Rules". www.westportpal.org. Diakses tanggal 2022-02-06. 
  16. ^ Morris, p. 29
  17. ^ a b NCAA Rulebook, Rule 6
  18. ^ Lacrosse (dalam bahasa Inggris). PediaPress. hlm. 7. 
  19. ^ Fisher, p. 163
  20. ^ Fisher, p. 258
  21. ^ Vennum, p. 286
  22. ^ Fisher, p. 262
  23. ^ Donovan, Mark (25 April 1977). "Joy Is Having No Red Bruises". Sports Illustrated. Archived from the original on 2012-12-03. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  24. ^ Pietramala, p. 130
  25. ^ a b c NCAA Rulebook, Rule 4
  26. ^ a b c NCAA Rulebook, Rule 2
  27. ^ Pietramala, p. 154
  28. ^ Pietramala, p. 113
  29. ^ a b c NCAA Rulebook, Rule 5
  30. ^ LAXICON - the Lacrosse Dictionary
  31. ^ a b "League announces expansion of rosters to 19 and addition of fourth long crosse for 2009". Inside Lacrosse. 22 Oktober 2008. Archived from the original on 2008-10-25. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  32. ^ Taylor, Bill (2018). Go-to ‘FOGO’ Guy On Lacrosse Field (PDF). THE MAGAZINE OF OHIO WESLEYAN UNIVERSITY. hlm. 17. Diakses tanggal 2009-03-27. 
  33. ^ a b NCAA Rulebook, Rule 3
  34. ^ "Archived copy". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-27. Diakses tanggal 2013-11-20. 
  35. ^ Pietramala, p. 151
  36. ^ IBLA Rules and Regulations Handbook. 
  37. ^ a b "What Is A Technical Foul In A Lacrosse Game?". www.rookieroad.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-12. 
  38. ^ Pietramala, p. 35
  39. ^ Pietramala, p. 4
  40. ^ Lydecker, Irving B. (23 Mei 1925). "Lydecker tells history of lacrosse from time of Indian to present day". The Harvard Crimson. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  41. ^ Pietramala, pp. 15-16
  42. ^ John, Forbes (7 Desember 1969). "Playoff to Determine Champion Of U.S. College Lacrosse in '71". New York Times. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  43. ^ Carry, Peter (14 Juni 1971). "Big Red Votes Itself No. 1". Sports Illustrated. Archived from the original on 2012-07-29. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  44. ^ Pietramala, p. 19
  45. ^ "About". Men’s Collegiate Lacrosse Association. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  46. ^ "Eligibility". National College Lacrosse League. Archived from the original on 2007-11-09. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  47. ^ Thompson, Jonathan (14 Oktober 2001). "Your sport Lacrosse; Think it sounds a bit soft? Think again". The Independent Sunday. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-10-25. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  48. ^ "Map of European Clubs". European Lacrosse Federation. Archived from the original on 2009-03-05. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  49. ^ a b c d "This is Lacrosse Australia" (PDF). Lacrosse Australia. Juli 2007. Archived from the original on 2009-03-04. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  50. ^ "FAQ's". Canadian University Field Lacrosse Association. Archived from the original on 2008-05-19. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  51. ^ Fisher, pp. 289-290
  52. ^ "History". Major League Lacrosse. Archived from the original on 2006-12-16. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  53. ^ Kelly, Morgan (03 Maret 2009). "Canadian players thrilled to join Nationals". Major League Lacrosse. Archived from the original on 2009-03-22. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  54. ^ "Rules". Major League Lacrosse. Archived from the original on 2009-02-23. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  55. ^ "PAUL RABIL'S PREMIER LACROSSE LEAGUE LAUNCHES". U.S. Lacrosse Magazine. Diakses tanggal 2022-02-12. 
  56. ^ a b Logue, Brian (13 Agustus 2008). "ILF, IFWLA Merge to Form FIL". Lacrosse Magazine. US Lacrosse. Archived from the original on 2009-02-23. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  57. ^ Mackay, Duncan (5 Mei 2019). "Lacrosse launches new name and logo at SportAccord Summit as continues Olympic push". Inside the Games. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  58. ^ "Lacrosse results from the 1904 & 1908 Summer Olympics". DatabaseOlympics.com. Archived from the original on 2007-02-05. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  59. ^ "1904 Winnipeg Shamrocks". The Manitoba Sports Hall of Fame & Museum. Archived from the original on 2008-11-09. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  60. ^ Owen, David (April 25, 2008). "David Owen on the 1908 Olympic celebration". Inside the Games. Archived from the original on 2008-05-02. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  61. ^ "Lacrosse Demonstration at the Olympics". www.topendsports.com. Diakses tanggal 2022-02-22. 
  62. ^ "Official Report Of The Olympic Games Of 1928 Celebrated At Amsterdam" (PDF). The Netherlands Olympic Committee. 1928. hlm. 899–903. Archived from the original on 2008-04-08. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  63. ^ a b "Official Report Of The Xth Olympiade Committee in Los Angeles 1932" (PDF). Xth Olympiade Committee. 1932. hlm. 763–766. Archived from the original on 2010-07-07. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  64. ^ a b Pietramala, pp. 201-202
  65. ^ a b c "Lacrosse on the Olympic Stage". Lacrosse Magazine. US Lacrosse. September–October 2004. Archived from the original on 2007-10-23. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  66. ^ "1948 Official Olympic ReportThe Official Report of the Organising Committee for the XIV Olympiad" (PDF). Organising Committee for the XIV Olympiad. 1948. hlm. 716–717. Archived from the original on 2011-07-16. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  67. ^ "Historic Meeting Moves IFWLA and ILF Closer Together". US Lacrosse. Archived from the original on 2008-09-07. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  68. ^ a b c "International Lacrosse History". US Lacrosse. Archived from the original on 2008-09-20. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  69. ^ Fryling, Kevin (27 Juli 2006). "Nike deal promotes Native American wellness, lacrosse". University of Buffalo Reporter. Archived from the original on 2006-09-06. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  70. ^ "2008 Under-19 World Lacrosse Championships". International Lacrosse Federation. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  71. ^ McLaughlin, Kiel (01 Juli 2008). "U-19 World Games Breakdown: Red Division". Inside Lacrosse. Archived from the original on 2008-09-15. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  72. ^ "Welcome". European Lacrosse Federation. Archived from the original on 2009-01-13. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  73. ^ Wolff, Alexander (25 April 2005). "Get On The Stick". Sports Illustrated. Archived from the original on 2009-06-21. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  74. ^ "Syracuse takes 13-10 win over Johns Hopkins for 10th NCAA title". Inside Lacrosse. 26 Mei 2008. Archived from the original on 2008-05-28. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  75. ^ Lacrosse (dalam bahasa Inggris). PediaPress. hlm. 32. 
  76. ^ Inside Lacrosse Big City Classic sets attendance record for regular-season lacrosse event, Inside Lacrosse, 6 April, 2009.
  77. ^ "MLL News & Notes Week 9, 2008". Major League Lacrosse. Archived from the original on 2010-01-03. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 

Daftar pustaka sunting

Pranala luar sunting