Kusumawardhani

putri mahkota sekaligus Bhre Kebalan kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Maharaja ke-4, Hayam Wuruk

Kusumawardhani adalah putri mahkota sekaligus Bhre Kebalan kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Maharaja ke-4, Hayam Wuruk. Setelah Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389, Kusumawardhani menjadi Maharani Majapahit. Kusumawardhani memerintah berdampingan dengan suami sekaligus sepupunya, yaitu Wikramawardhana yang memerintah pada tahun 1389-1429.

Kusumawardhani
Bhre Kabalan
Bhre Lasem Sang Ahayu
Ilustrasi Kusumawardhani
Maharani Kerajaan Majapahit
Berkuasa1389 – 1400
PendahuluHayam Wuruk
PenerusWikramawardhana
Bhre Kabalan
Berkuasa? – 1389
PenerusMahāmahisī Dyah Sawitri
Bhre Lasem
Berkuasa1389 – 1400
PendahuluNagarawardhani
Informasi pribadi
KematianKawidyadaren, Kerajaan Majapahit
Pemakaman
Laksmipura, Pabangan, Kerajaan Majapahit
WangsaRajasa
AyahSri Rajanasanagara Dyah Hayam Wuruk
IbuSri Sudewi
PasanganWikramawardhana
AnakRajasakusuma

Dalam Nagarakretagama (ditulis 1365), Kusumawardhani dan Wikramawardhana diberitakan sudah menikah. Padahal waktu itu Hayam Wuruk baru berusia 31 tahun. Maka, dapat dipastikan kalau kedua sepupu tersebut telah dijodohkan sejak kecil.

Wikramawardhana bertindak konfrontatif terhadap Majapahit Timur (kadaton wetan) dengan memberikan gelar Bhre Lasem kepada permaisurinya, Kusumawardhani (padahal gelar Bhre Lasem sedang disandang adiknya, Nagarawardhani, istri Bhre Wirabhumi). Dalam Pararaton, Kusumawardhani disebut Bhre Lasem Yang Cantik (Sang Ahayu) dan Nagarawardhani disebut Bhre Lasem Yang Gemuk (Sang Alemu).

Asal-usul dan Silsilah sunting

 
Diagram silsilah Wangsa Rajasa, keluarga kerajaan Singhasari dan Majapahit

Kusumawardhani merupakan putri dari pasangan Hayam Wuruk dengan permaisurinya yang bernama Sri Sudewi. Memiliki adik tiri yaitu Bhre Wirabhumi (Wirabhumi) dari Selir Hayam Wuruk. Bhre Wirabhumi sebagai penguasa yang menikah dengan Nagarawardhani putri Indudewi Bhre Lasem.

Masa pemerintahan sunting

Setelah kematian Hayam Wuruk, maharaja kelima Majapahit adalah Wikramawardhana dengan gelar Hyang Wasesa. Pergantian kekuasaan sepeninggal Hayam Wuruk tidak berjalan lancar seperti pada pergantian kekuasaan sebelumnya, karena Bhre Wirabumi keberatan dengan pengangkatan Wikramawardhana sebagai maharaja Majapahit. Bhre Wirabumi merasa lebih berhak dibandingkan Wikramawardhana karena Bhre Wirabumi merupakan anak dari raja Hayam Wuruk, walaupun hanya dari seorang selir. Selain itu, Bhre Wirabumi merupakan anak angkat Bhre Daha, yang merupakan adik raja Hayam Wuruk.

Wikramawardhana juga merasa berhak atas tahta kerajaan Majapahit, walaupun hanya seorang suami dari Kusumawardhani, putri mahkota raja Hayam Wuruk, Wikramawardhana merupakan anak Singawardhana dan Bhre Lasem dari Paguhan. Bhre Lasem merupakan adik perempuan raja Hayam Wuruk.

Pada tahun 1389, terjadi ketegangan antara Bhre Wirabumi dan Wikramawardhana, karena Wikramawardhana memberikan gelar Bhre Lasem kepada permaisurinya, Kusumawardhani, padahal gelar Bhre Lasem sedang disandang adiknya, Nagarawardhani, istri Bhre Wirabumi. Sengketa jabatan Bhre Lasem ini menciptakan perang dingin antara istana barat dan timur.

Untuk menghindari pertikaian yang lebih luas, Wikramawardhana mundur dari tahta Raja majapahit dan diteruskan oleh Kusumawardani yang merupakan putri Mahkota dari Hayam Wuruk. Kusumawardhani meneruskan tahta Kerajaan Majapahit menjadi Prabhu Putri atau Raja Putri atau maharani.

Pada tahun 1400, setelah Nagarawardhani dan Kusumawardhani meninggal. Wikramawardhana segera mengangkat menantunya sebagai Bhre Lasem yang baru, yaitu istri Bhre Tumapel. Ketegangan tersebut semakin membesar hingga pada tahun 1404 terjadilah peperangan besar antara kerajaan Majapahit Barat dengan Majapahit Timur (Blambangan) yang dikenal dengan sebutan perang dua tahun atau Perang Paregreg yang berakhir tahun 1406. Dalam perang Paregreg tersebut, Bhre Wirabumi mengalami kekalahan dan melarikan diri. Dalam pelariannya, Bhre Wirabumi ditangkap oleh Ratu Anggaphaya Bhre Narapati dan dipenggal kepalanya dan kepalanya tersebut dibawa ke Majapahit.

Dalam peperangan tersebut, terdapat sekitar 170 orang utusan kaisar Cina yang berada di Blambangan ikut terbunuh. Akibat kematian utusan kaisar Cina tersebut, kerajaan Majapahit mengirim utusannya ke kerajaan Cina dan meminta maaf. Kaisar Cina meminta ganti rugi sebesar 60.000 tail emas, tetapi hanya dibayar 10.000 tail emas.

Akibat perang tersebut, perekonomian kerajaan Majapahit mengalami krisis dan kekuatan militernya pun juga menjadi lemah, sehingga banyak kerajaan-kerajaan yang melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.

Akhir Hayat Kusumawardhani sunting

Pada tahun 1400, Kusumawardhani meninggal dan dicandikan di Laksmipura, Pabangan. Setelah Kusumawardhani meninggal, Wikramawardhana kembali menggantikan Kusumawardhani sebagai raja Majapahit hingga tahun 1429.

Referensi sunting

Siwi Sang, GIRINDRA: Pararaja Tumapel-Majapahit, Pena Ananda Indie Publishing, Desember 2013.