Konvensi Senjata Kimia

perjanjian internasional yang melarang senjata kimia

Konvensi Senjata Kimia (Inggris: Chemical Weapons Convention, diabreviasi CWC) adalah traktat pengendalian senjata yang melarang produksi, penimbunan, dan penggunaan senjata kimia dan prekursornya. Nama lengkap dari traktat ini adalah Konvensi tentang Pelarangan Pengembangan, Produksi, Penimbunan, dan Penggunaan Senjata Kimia serta tentang Pemusnahannya dan traktat ini dikelola oleh Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), organisasi antarpemerintah berbasis di Den Haag, Belanda. Traktat ini mulai berlaku pada tahun 1997. Konvensi Senjata Kimia melarang penggunaan, pengembangan, produksi, penimbunan, dan pemindahan senjata kimia berskala besar. Produksi sangat terbatas untuk penelitian, pengobatan, kefarmasian, atau alasan protektif tetap diizinkan. Kewajiban utama negara anggota di bawah konvensi ini adalah untuk menjalankan pelarangan ini, seperti pemusnahan semua senjata kimia saat ini. Semua aktivitas pemusnahan harus berlangsung di bawah verifikasi OPCW.

Konvensi Senjata Kimia
Nama panjang:
  • Konvensi tentang Pelarangan Pengembangan, Produksi, Penimbunan, dan Penggunaan Senjata Kimia serta tentang Pemusnahannya
Partisipasi dalam Konvensi Senjata Kimia

Dirancang3 September 1992[1]
Ditandatangani13 Januari 1993[1]
LokasiParis dan New York[1]
Efektif29 April 1997[1]
SyaratDiratifikasi oleh 65 negara[2]
Penanda tangan165[1]
Pihak193[1] (Daftar negara anggota)
Empat negara PBB bukan anggota: Mesir, Israel, Korea Utara, dan Sudan Selatan.
PenyimpanSekretaris Jenderal PBB[3]
BahasaArab, Inggris, Mandarin, Prancis, Rusia, dan Spanyol[4]

Per Mei 2018, 193 negara telah menjadi anggota CWC dan menyetujui kewajibannya. Israel telah menandatangani, tetapi tidak meratifikasi perjanjian, sedangkan tiga negara anggota PBB lainnya (Mesir, Korea Utara, dan Sudan Selatan) belum menandatangani dan menyetujui traktat ini.[1][5] Baru-baru ini, Negara Palestina menyerahkan instrumen persetujuannya ke CWC pada 17 Mei 2018. Pada September 2013, Suriah menyetujui konvensi sebagai bagian perjanjian dari pemusnahan senjata kimia Suriah.[6][7]

Per Januari 2018, lebih dari 96% penimbunan senjata kimia yang dilaporkan dunia telah dimusnahkan.[8] Konvensi ini memiliki ketentuan untuk evaluasi sistematik dari fasilitas produksi zat kimia, seperti investigasi dugaan penggunaan dan produksi senjata kimia berdasakan intelijen negara anggota lain.

Beberapa senyawa kimia yang telah digunakan ekstensif dalam peperangan tetapi memiliki kegunaan industrial skala besar seperti fosgen diregulasi dengan ketat, tetapi terdapat beberapa pengecualian penting. Gas klorin sangat beracun, tetapi karena sebagai unsur murni dan sangat digunakan secara luas dengan tujuan yang damai, gas klorin secara resmi tidak terdaftar sebagai senjata kimia. Sejumlah negara berkuasa (seperti rezim Assad Suriah) terus memproduksi secara teratur dan mengimplementasikan senyawa kimia tersebut pada amunisi tempur.[9] Walaupun senyawa kimia tersebut secara spesifik tidak terdaftar dalam pengawasan CWC, penggunaan senyawa kimia beracun apapun sebagai senjata (ketika digunakan semata-mata untuk menjatuhkan korban jiwa, terutama melalui aksi racunnya) dilarang oleh traktat ini. Senyawa kimia lain, seperti fosfor putih, sangat beracun tetapi legal di bawah CWC ketika senyawa ini digunakan oleh kekuatan militer untuk alasan selain dari toksisitasnya.

Sejarah sunting

Pertimbangan pelarangan senjata kimia dan biologi antarpemerintah diinisiasi pada tahun 1968 dalam Komite Pelucutan Senjata 18 negara, yang setelah banyak perubahan nama dan komposisi, menjadi Konferensi Pelucutan Senjata (CD) pada tahun 1984.[10] Pada 3 September 1992, Konferensi Pelucutan Senjata mengajukan laporan tahunannya ke Majelis Umum PBB yang memuat teks Konvensi Senjata Kimia. Majelis Umum menyetujui konvensi tersebut pada 30 November 1992 dan Sekretaris Jenderal PBB kemudian membuka konvensi untuk ditandatangani di Paris pada 13 Januari 1993. CWC tetap terbuka untuk ditandatangani hingga mulai diberlakukan pada 29 April 1997, 180 hari setelah menyimpan instrumen ratifikasi ke-65 (oleh Hungaria). Konvensi ini memperbesar Protokol Jenewa 1925 untuk senjata kimia dan termasuk pengukuran verifikasi ekstensif seperti pemeriksaan di tempat. Namun, konvensi ini tidak mencakup senjata biologi.

Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) sunting

 
Kantor pusat di Den Haag

Konvensi ini dikelola oleh Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), yang bertindak sebagai landasan legal untuk spesifikasi ketentuan CWC.[11] Konferensi Negara Anggota dimandatkan untuk mengubah CWC dan meluluskan regulasi pada implementasi ketentuan CWC. Sekretariat Teknik organisasi memimpin inspeksi untuk memastikan pemenuhan dari negara anggota. Inspeksi ini menargetkan pemusnahan fasilitas (dengan pemantauan permanen selama pemusnahan), fasilitas produksi senjata kimia yang telah dibongkar atau diubah untuk penggunaan sipil, serta inspeksi industri kimia. Sekretariat mungkin lebih lanjut memimpin "investigasi dugaan penggunaan" senjata kimia dan memberikan asistensi setelah penggunaan senjata kimia.

Penghargaan Nobel Perdamaian 2013 dianugrahkan kepada organisasi ini karena dengan Konvensi Senjata Kimia, telah "mendefinisikan penggunaan senjata kimia sebagai hal yang tabu di bawah hukum internasional" menurut Thorbjørn Jagland, Ketua Komite Nobel Norwegia.[12][13]

Inti konvensi sunting

  • Pelarangan produksi dan penggunaan senjata kimia.
  • Pemusnahan (atau pemantauan pengubahan ke fungsi lain) fasilitas produksi senjata kimia.
  • Pemusnahan semua senjata kimia (termasuk senjata kimia yang ditinggalkan di luar teritorial negara anggota).
  • Asistensi antara negara anggota dengan OPCW dalam kasus penggunaan senjata kimia.
  • Pemerintahan inspeksi OPCW atas produksi senyawa kimia yang mungkin diubah menjadi senjata kimia.
  • Kerja sama internasional dalam penggunaan senyawa kimia secara damai dalam wilayah relevan.

Substansi terkontrol sunting

Konvensi ini membedakan tiga kelas substansi terkontrol,[14][15] senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai senjata atau digunakan dalam pembuatan senjata. Klasifikasi ini didasarkan pada kuantitas substansi yang diproduksi secara komersial untuk tujuan yang sah. Setiap kelas terpecah menjadi Bagian A, senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai senjata secara langsung, dan Bagian B, senyawa kimia yang berguna dalam pembuatan senjata kimia. Terpisah dari prekursor, konvensi ini mendefinisikan senyawa kimia beracun sebagai "setiap senyawa kimia yang melalui aksi kimianya pada proses kehidupan dapat menyebabkab kematian, kelumpuhan sementara atau permanen, dan berbahaya bagi manusia atau hewan. Definisi ini memuat semua senyawa kimia, terlepas asalnya atau metode produksinya, dan terlepas apakah senyawa tersebut diproduksi di dalam fasilitas, amunisi, atau di mana pun."[16]

  • Senyawa kimia Daftar 1 memiliki beberapa, atau tanpa penggunaan di luar senjata kimia. Senyawa ini mungkin diproduksi atau digunakan untuk tujuan penelitian, pengobatan, kefarmasian, atau percobaan pertahanan senjata kimia, tetapi produksi pada tempat pemroduksi lebih dari 100 gram per tahun harus dilaporkan ke OPCW. Negara terbatas untuk memiliki material ini maksimum 1 ton. Contohnya adalah moster sulfur dan agen saraf, serta substansi yang hanya digunakan sebagai prekursor senyawa kimia dalam manufaktur senyawa tersebut. Beberapa senyawa kimia ini memiliki penggunaan nonmiliter yang sangat kecil, misalnya sejumlah milligram moster nitrogen digunakan untuk menyembuhkan berbagai kanker.
  • Senyawa kimia Daftar 2 memiliki penggunaan skala kecil yang sah. Pembuatannya harus dilaporkan dan terdapat pembatasan ekspor bagi negara bukan penanda tangan CWC. Contohnya tiodiglikol yang dapat digunakan dalam pembuatan agen moster, tetapi dapat digunakan pula sebagai pelarut pada tinta.
  • Senyawa kimia Daftar 3 memiliki penggunaan skala besar terpisah dari senjata kimia. Industri yang membuat lebih dari 30 ton per tahun harus melaporkan dan dapat diinspeksi, serta terdapat pembatasan ekspor bagi negara bukan penanda tangan CWC. Contoh substansi ini adalah fosgen (senjata kimia paling letal yang digunakan pada PD I),[17] yang telah digunakan sebagai senjata kimia, tetapi juga sebagai prekursor dalam pembuatan banyak senyawa organik yang sah (seperti agen farmaseutikal dan banyak dari pestisida), dan trietanolamina, digunakan dalam pembuatan moster, tetapi juga umumnya digunakan dalam perlengkapan mandi dan detergen.

Anggota traktat harus melaporkan "fasilitas skala kecil tunggal" yang memproduksi hingga 1 ton senyawa kimia Daftar 1 untuk tujuan penelitian, pengobatan, kefarmasian, dan protektif setiap tahun, serta fasilitas lainnya yang memproduksi 10 kg per tahun dengan tujuan percobaan perlindungan. Fasilitas lainnya, tak terbatas jumlahnya, yang memproduksi senyawa Daftar 1 dengan total batas tahunan 10 kg dan untuk tujuan penelitian, pengobatan, atau kefarmasian, tetapi fasilitas yang memproduksi lebih dari 100 gram harus dilaporkan.[14][18]

Traktat ini juga berurusan dengan senyawa karbon yang disebut dalam traktat sebagai "senyawa kimia organik diskret", kebanyakan darinya menunjukkan toksisitas langsung sedang-tinggi atau dapat dengan mudah diubah menjadi senyawa dengan toksisitas yang cukup untuk penggunaan praktis sebagai senjata kimia.[19] Senyawa yang dimaksud adalah setiap senyawa karbon selain polimer rantai panjang, oksida, sulfida, dan logam karbonat, seperti organofosfat. OPCW harus menginformasikan, dan dapat menginspeksi, setiap industri yang memproduksi (atau memiliki target produksi) lebih dari 200 ton per tahun, atau 30 ton jika senyawa kimia mengandung fosofor, sulfur, atau fluorin, kecuali jika industri tersebut hanya memproduksi bahan peledak atau hidrokarbon.

Negara anggota sunting

Sebanyak 165 negara menandatangani CWC sebelum berlaku pada tahun 1997, memungkinkan mereka untuk meratifikasi perjanjian setelah memperoleh persetujuan domestik.[1] Setelah berlakunya traktat, konvensi ini ditutup dari penandatanganan dan satu-satunya metode untuk negara bukan penanda tangan menjadi anggota adalah melalui persetujuan. Per Mei 2018, 193 negara, merepresentasikan lebih dari 98 persen populasi dunia, merupakan anggota CWC.[1] Empat negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa bukan anggota traktat, Israel telah menandatangani, tetapi tidak meratifikasi traktat, sementara Mesir, Korea Utara, dan Sudan Selatan tidak menandatangani maupun menyetujui konvensi. Taiwan, walaupun bukan negara anggota, telah menyatakan mereka tunduk terhadap traktat.[20]

Organisasi kunci negara anggota sunting

Di dalam OPCW, negara anggota diwakilkan oleh Wakil Tetap. Fungsi ini pada umumnya digabungkan dengan fungsi kedutaan. Untuk persiapan inspeksi OPCW dan persiapan pelaporan, negara anggota harus membentuk Otoritas Nasional.

Timbunan senjata kimia dunia sunting

Total 72.524 ton metrik agen kimia, 8,67 juta amunisi dan kontainer kimia, serta 97 fasilitas produksi telah dilaporkan ke OPCW.[8]

Lini masa pemusnahan sunting

Traktat ini menetapkan beberapa langkah dengan batas waktu menuju pemusnahan penuh senjata kimia, dengan prosedur untuk meminta perpanjangan batas waktu. Tidak ada negara yang mencapai pemusnahan total sesuai batas waktu pada traktat walaupun beberapa telah menyelesaikan di bawah perpanjangan batas waktu yang diizinkan.[21]

Fase Reduksi
Fase % Reduksi Batas waktu Catatan
I 1% April 2000
II 20% April 2002 Pemusnahan penuh amunisi kosong, senyawa kimia prekursor,
peralatan pengisian, dan sistem senjata.
III 45% April 2004
IV 100% April 2007 Tidak ada perpanjangan batas waktu yang diizinkan melewati April 2012

Perkembangan pemusnahan sunting

Per Oktober 2017, 69.610 dari 72.304 (96,27%) ton metrik agen kimia telah terverifikasi dimusnahkan. Lebih dari 57% (4,97 juta) amunisi dan kontainer senyawa kimia telah dimusnahkan.[8]

Tujuh negara anggota, yaitu Albania, negara anggota yang tidak disebutkan dengan jelas (dipercaya secara luas sebagai Korea Selatan), India, Irak, Libya, Rusia, dan Suriah telah memusnahkan secara penuh timbunan yang mereka laporkan. Amerika Serikat sedang dalam proses pemusnahan dan dijadwalkan selesai pada 2023.[22] Pemusnahan senjata kimia Kategori 1 Libya telah selesai pada 2014; pemusnahan prekursor senjata kimia selesai pada November 2017.[23][24]

Jepang and Republik Rakyat Tiongkok memulai pemusnahan senjata kimia era Perang Dunia II yang ditinggalkan oleh Jepang di RRT pada Oktober 2010 dengan satuan pemusnahan bergerak dan dilaporkan telah memusnahkan 35.204 senjata kimia (75% timbunan di Nanjing).[22][25]

Negara Tanggal persetujuan/
mulai berlaku
Timbunan yang dilaporkan
(Daftar 1) (ton)
% OPCW (pemusnahan terverifikasi)
(Tanggal pemusnahan penuh)
Batas waktu
pemusnahan
  Albania 29 April 1997 17[26] 100% (Juli 2007)[26] n.a.
  Korea Selatan 29 April 1997 3.000–3.500[27] 100% (Juli 2008)[27] n.a.
  India 29 April 1997 1.044[28] 100% (Maret 2009)[29] n.a.
  Libya 5 Februari 2004 25[30] 100% (Januari 2014)[30] n.a.
  Suriah (dimiliki pemerintah) 14 Oktober 2013[31] 1.040[32] 100% (Agustus 2014)[32] n.a.
  Rusia 5 Desember 1997 40.000[33] 100% (September 2017)[34] n.a.
  Amerika Serikat 29 April 1997 33.600[35] 91%[35] 29 April 2012 (direncanakan selesai 2023)[36]
  Irak 12 Februari 2009 sisa amunisi[37] 100% (Maret 2018)[38] -
  Jepang (di Republik Rakyat Tiongkok) 29 April 1997 - sedang berlangsung 2022 (komitmen)[39]

Penimbunan Irak sunting

Dewan Keamanan PBB memerintahkan untuk membongkar penimbunan senjata kimia Irak pada tahun 1991. Hingga tahun 1998, inspektor UNSCOM telah mencatat pemusnahan 88.000 amunisi kimia berisi dan takberisi, lebih dari 690 ton metrik agen kimia pukal dan yang menjadi senjata, sekitar 4.000 ton senyawa kimia prekursor, dan 980 potongan peralatan produksi kunci.[40] Inspektor UNSCOM keluar dari Irak pada tahun 1998.

Pada tahun 2009, sebelum Irak bergabung dengan CWC, OPCW melaporkan bahwa militer Amerika Serikat telah memusnahkan hampir 5.000 senjata kimia tua dengan peledakan di ruangan terbuka sejak 2004.[41] Senjata ini, diproduksi sebelum Perang Teluk 1991, mengandung sarin dan agen moster, tetapi dengan keadaan sangat rusak sehingga tidak dapat digunakan sebagai tujuan awal mereka.[42]

Ketika Irak bergabung dengan CWC pada tahun 2009, mereka melaporkan "dua bungker dengan amunisi senjata kimia terisi dan takberisi, sejumlah prekursor, dan lima bekas fasilitas produksi senjata kimia" menurut Direktur Jenderal OPCW Rogelio Pfirter.[29] Pintu masuk bungker disegel dengan 1,5 meter beton bertulang pada tahun 1994 di bawah pengawasan UNSCOM.[43] Per 2012, rencana memusnahkan senjata kimia masih dikembangkan yang berhadapan dengan kesulitan signifikan.[37][43] Pada tahun 2014, ISIS mengambil alih tempat tersebut.[44]

Pada 13 Maret 2018, Direktur Jenderal Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), Duta Besar Ahmet Üzümcü, memberikan selamat kepada Pemerintah Irak atas pemusnahan penuh sisa senjata kimia negara tersebut.[38]

Pemusnahan Suriah sunting

Setelah serangan kimia Ghouta Agustus 2013,[45] Suriah yang telah lama dicurigai memiliki senjata kimia, mengakuinya pada September 2013 dan menyetujui untuk menempatkan dirinya di bawah pengawasan internasional.[46] Pada 14 September, Suriah menyerahkan instrumen persetujuannya ke CWC dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai depositori dan menyetujui pemberlakuan tertunda penerapan ketentuan efektif 14 Oktober.[47][48] Jadwal pemusnahan dipercepat direncanakan oleh Rusia dan Amerika Serikat pada 14 September,[49] dan didukung oleh Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2118[50] serta Keputusan Dewan Eksekutif OPCW EC-M-33/DEC.1.[51] Batas waktu pemusnahan adalah pertengahan awal 2014.[51] Suriah memberikan inventaris penyimpanan senjata kimianya ke OPCW[52] dan memulai pemusnahan pada Oktober 2013, dua minggu sebelum waktu berlaku formal saat menerapkan konvensi untuk sementara waktu.[53][54] Semua material kategori 1 yang dilaporkan telah dimusnahkan pada Agustus 2014.[32] Namun, serangan kimia Khan Shaykhun pada April 2017 mengungkapkan bahwa penimbunan yang tak dilaporkan mungkin masih tersisa di Suriah. Dugaan serangan kimia di Douma terjadi pada 7 April 2018 yang menewaskan sedikitnya 49 penduduk sipil dengan dua puluh orang terluka dan pemerintahan Assad yang disalahkan atas kejadian ini.[55][56]

Bantuan finansial untuk pemusnahan sunting

Bantuan finansial untuk program pemusnahan penimbunan Albania dan Libya diberikan oleh Amerika Serikat. Rusia menerima bantuan dari sejumlah negara, seperti: Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Belanda, Italia, dan Kanada; dengan sekitar $2 miliar diberikan pada 2004. Biaya program Albania diperkirakan 48 juta dolar AS. Amerika Serikat telah menghabiskan $20 miliar dan diperkirakan lebih lanjut akan menghabiskan $40 miliar.[57]

Fasilitas Produksi Senjata Kimia Diketahui (CWPF) sunting

Empat belas negara anggota telah melaporkan fasilitas produksi senjata kimia:[8]

  • Satu negara anggota takterungkap (disebut sebagai "Satu Negara Anggota" oleh komunikasi-OPCW; disebut-sebut Korea Selatan)[58]

Per Oktober 2017, semua dari 97 fasilitas produksi yang dilaporkan telah dinonaktifkan dan 91 telah disahkan sebagai dimusnahkan (68) atau diubah untuk penggunaan sipil (23).[8]

Referensi sunting

  1. ^ a b c d e f g h i "Convention on the Prohibition of the Development, Production, Stockpiling and Use of Chemical Weapons and on their Destruction". United Nations Treaty Collection. Diakses tanggal 15 Mei 2015. [pranala nonaktif permanen]
  2. ^ Chemical Weapons Convention, Article 21.
  3. ^ Chemical Weapons Convention, Article 23.
  4. ^ Chemical Weapons Convention, Article 24.
  5. ^ "Angola Joins the Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons". OPCW. Diakses tanggal 1 Mei 2016. 
  6. ^ "Resolution 2118 (2013)" (doc). United Nations documents (dalam bahasa Inggris). United nations. 27 September 2013. hlm. 1. Diakses tanggal 28 April 2017. Noting that on 14 September 2013, the Syrian Arab Republic deposited with the Secretary-General its instrument of accession to the Convention on the Prohibition of the Development, Production, Stockpiling and Use of Chemical Weapons and on their Destruction (Convention) and declared that it shall comply with its stipulations and observe them faithfully and sincerely, applying the Convention provisionally pending its entry into force for the Syrian Arab Republic 
  7. ^ "U.S. sanctions Syrian officials for chemical weapons attacks" (dalam bahasa Inggris). Reuters. 12 Januari 2017. Diakses tanggal 28 April 2017. 
  8. ^ a b c d e "OPCW chief announces destruction of over 96% of chemical weapons in the world". Tass. Tass. 
  9. ^ "Third report of the Organization for the Prohibition of Chemical Weapons United Nations Joint Investigative Mechanism". 24 Agustus 2016. 
  10. ^ The 1993 Chemical Weapons Convention, THE HARVARD SUSSEX PROGRAM ON CBW ARMAMENT AND ARMS LIMITATION
  11. ^ The Intersection of Science and Chemical Disarmament, Beatrice Maneshi and Jonathan E. Forman, Science & Diplomacy, 21 September 2015.
  12. ^ "Syria chemical weapons monitors win Nobel Peace Prize". BBC News. 11 Oktober 2013. Diakses tanggal 12 Oktober 2013. 
  13. ^ "Official press release from Nobel prize Committee". Nobel Prize Organization. 11 Oktober 2013. Diakses tanggal 11 Oktober 2013. 
  14. ^ a b "Monitoring Chemicals with Possible Chemical Weapons Applications" (PDF). Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons. 7 Desember 2014. Fact sheet 7. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-07-14. Diakses tanggal 18 Maret 2018. 
  15. ^ "Annex on Chemicals". 
  16. ^ "CWC Article II. Definitions and Criteria". Chemical Weapons Convention. Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons. Diakses tanggal 7 September 2013. 
  17. ^ "CDC Facts about Phosgene". Diakses tanggal 13 April 2017. 
  18. ^ Jean Pascal Zanders, John Hart, Richard Guthrie (Oktober 2003). Non-Compliance with the Chemical Weapons Convention - Lessons from and for Iraq (PDF) (Laporan). Stockholm International Peace Research Institute. hlm. 45. Policy Paper No. 5. Diakses tanggal 14 Maret 2018. 
  19. ^ "Chemical Weapons Convention". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-16. Diakses tanggal 2018-05-24. 
  20. ^ "Taiwan fully supports Chemical Weapons Convention". BBC. 27 Agustus 2002. Diakses tanggal 6 Oktober 2013. 
  21. ^ "Russian President Vladimir Putin has announced that Russia is destroying its last supplies of chemical weapons": SOPHIE WILLAIMS, Russia destroys ALL chemical weapons and calls on AMERICA to do the same, Express, 27-9-2017.
  22. ^ a b "Opening Statement by the Director-General to the Conference of the States Parties at its Sixteenth Session" (PDF). OPCW. 28 November 2011. Diakses tanggal 1 Mei 2012. 
  23. ^ Text by FRANCE 24. "Libya destroys last of Gaddafi's chemical weapons – France". France 24. Diakses tanggal 5 Februari 2014. 
  24. ^ "OPCW Director-General Praises Complete Destruction of Libya's Chemical Weapon Stockpile". www.opcw.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 10 Februari 2018. 
  25. ^ Executive Council 61, Decision 1. OPCW. 2010
  26. ^ a b "Albania the First Country to Destroy All Its Chemical Weapons". OPCW. 12 Juli 2007. Diakses tanggal 15 Mei 2015. 
  27. ^ a b Schneidmiller, Chris (17 Oktober 2008). "South Korea Completes Chemical Weapons Disposal". Nuclear Threat Initiative. Diakses tanggal 15 Mei 2015. 
  28. ^ "India Country Profile – Chemical". Nuclear Threat Initiative. Februari 2015. Diakses tanggal 15 Mei 2015. 
  29. ^ a b Schneidmiller, Chris (27 April 2009). "India Completes Chemical Weapons Disposal; Iraq Declares Stockpile". Nuclear Threat Initiative. Diakses tanggal 15 Mei 2015. 
  30. ^ a b "Libya Completes Destruction of Its Category 1 Chemical Weapons". OPCW. 4 Februari 2014. 
  31. ^ Suriah melaksanakan konvensi untuk sementara waktu mulai dari 14 September 2013
  32. ^ a b c "OPCW: All Category 1 Chemicals Declared by Syria Now Destroyed". OPCW. 28 Agustus 2014. Diakses tanggal 14 Mei 2015. 
  33. ^ "Chemical Weapons Destruction". Government of Canada – Foreign Affairs, Trade and Development Canada. 16 Oktober 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-05-18. Diakses tanggal 15 Mei 2015. 
  34. ^ "OPCW Director-General Commends Major Milestone as Russia Completes Destruction of Chemical Weapons Stockpile under OPCW Verification". OPCW. 27 September 2017. Diakses tanggal 28 September 2017. 
  35. ^ a b Contreras, Evelio (17 Maret 2015). "U.S. to begin destroying its stockpile of chemical weapons in Pueblo, Colorado". CNN. Diakses tanggal 15 Mei 2015. 
  36. ^ Hughes, Trevor (25 April 2015). "780,000 chemical weapons being destroyed in Colo". USA TODAY. Diakses tanggal 15 Mei 2015. 
  37. ^ a b "Progress report on the preparation of the destruction plan for the al Muthanna bunkers" (PDF). OPCW. 1 Mei 2012. Diakses tanggal 16 Mei 2015. 
  38. ^ a b "OPCW Director-General Congratulates Iraq on Complete Destruction of Chemical Weapons Remnants". OPCW. 13 Maret 2018. Diakses tanggal 30 Mei 2018. 
  39. ^ "Japan's Effort and the Progress on the Destruction of Abandoned Chemical Weapons in China" (PDF). OPCW. 4 April 2013. Diakses tanggal 30 Mei 2018. 
  40. ^ "Iraq Country Profile – Chemical". Nuclear Threat Initiative. April 2015. Diakses tanggal 16 Mei 2015. 
  41. ^ Chivers, C.J. (22 November 2014). "Thousands of Iraq Chemical Weapons Destroyed in Open Air, Watchdog Says". New York Times. Diakses tanggal 16 Mei 2015. 
  42. ^ Shrader, Katherine (22 Juni 2006). "New Intel Report Reignites Iraq Arms Fight". Washington Post. Associated Press. Diakses tanggal 16 Mei 2015. 
  43. ^ a b Tucker, Jonathan B. (17 Maret 2010). "Iraq Faces Major Challenges in Destroying Its Legacy Chemical Weapons". James Martin Center for Nonproliferation Studies. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-03-29. Diakses tanggal 16 Mei 2015. 
  44. ^ "Isis seizes former chemical weapons plant in Iraq". Guardian. Associated Press. 9 Juli 2014. Diakses tanggal 16 Mei 2015. 
  45. ^ Borger, Julian; Wintour, Patrick (9 September 2013). "Russia calls on Syria to hand over chemical weapons". Guardian. Diakses tanggal 9 Mei 2015. 
  46. ^ Barnard, Anne (10 September 2013). "In Shift, Syrian Official Admits Government Has Chemical Arms". New York Times. Diakses tanggal 13 September 2013. 
  47. ^ "Depositary Norification" (PDF). United Nations. Diakses tanggal 15 September 2013. 
  48. ^ "Secretary-General Receives Letter from Syrian Government Informing Him President Has Signed Legislative Decree for Accession to Chemical Weapons Convention". United Nations. 12 September 2013. 
  49. ^ Gordon, Michael R. (14 September 2013). "U.S. and Russia Reach Deal to Destroy Syria's Chemical Arms". The New York Times. Diakses tanggal 15 September 2013. 
  50. ^ Michael Corder (27 September 2013). "Syrian Chemical Arms Inspections Could Begin Soon". AP. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 October 2013. Diakses tanggal 9 Oktober 2013. 
  51. ^ a b "Decision: Destruction of Syrian Chemical Weapons" (PDF). OPCW. 27 September 2013. Diakses tanggal 28 September 2013. 
  52. ^ BBC News, 6 Oktober 2013. Syria chemical arms removal begins.
  53. ^ "Kerry 'very pleased' at Syria compliance over chemical weapons". NBC News. 7 Oktober 2013. Diakses tanggal 9 Oktober 2013. 
  54. ^ Mariam Karouny (6 Oktober 2013). "Destruction of Syrian chemical weapons begins: mission". Reuters. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-10-07. Diakses tanggal 8 Oktober 2013. 
  55. ^ Haley says Russia's hands are 'covered in the blood of Syrian children'
  56. ^ "Suspected Syria chemical attack kills 70". BBC News. 8 April 2018. Diakses tanggal 8 April 2018. 
  57. ^ "Russia, U.S. face challenge on chemical weapons", Stephanie Nebehay, Reuters, 7 Agustus 2007, diakses pada 7 Agustus 2007
  58. ^ "Confidentiality and verification: the IAEA and OPCW" (PDF). VERTIC. Mei–Juni 2004. Diakses tanggal 3 Desember 2012. 

Pranala luar sunting