Klan Soga (蘇我氏, Soga uji) adalah salah satu klan yang paling kuat dari zaman Asuka - masa pemerintahan Yamato - dan berperan penting dalam penyebaran agama Buddha. Pada abad ke-5 dan ke-7, Soga memonopoli kabane atau peringkat turun-temurun dari Omi dan ini merupakan kali pertama banyak keluarga memiliki kesempatan untuk mendominasi Istana Kekaisaran Jepang dengan mempengaruhi susunan suksesi dan kebijakan pemerintah.

Klan Soga
蘇我氏
GelarBeragam
Pemimpin terakhirSoga no Emishi
Pembubaran645
Berkuasa hingga645, Peristiwa Isshi

Soga no Iname sunting

Soga no Iname menjabat sebagai Menteri Besar dari tahun 536 sampai kematiannya pada tahun 570, dan merupakan kali pertama dari klan Soga untuk menjalankan dominasi oleh kaum bangsawan. Salah satu cara utama ia memberikan pengaruh adalah melalui hubungan perkawinan dengan keluarga kekaisaran; Iname menikahkan dua putrinya dengan Kaisar Kimmei, dan memberikan satu keturunan, yaitu Kaisar Yomei. Lima kaisar berikutnya, semua memiliki istri atau ibu yang merupakan keturunan dari Iname.[1] Dengan cara ini Klan Saga dapat membangun dan memperkuat negara dengan memperluas kekuasaan Kaisar, sebagai simbol pemimpin keagamaan.[butuh rujukan]

Hubungan dengan Buddhisme dan Korea sunting

Klan Soga memiliki banyak hubungan dengan orang asing, termasuk Korea dan Tiongkok. Mereka menerapkan Buddhisme dan model pemerintahan budaya berdasarkan Konfusianisme Tiongkok.[2] Nama-nama dari klan Soga merupakan leluhur dari Iname, yaitu Soga no Koma dan Soga no Karako yang mengadaptasi bentuk tulisan Tiongkok dari negara bagian Goguryeo dan Konfederasi Gaya (Kara), masing-masing, dari Semenanjung Korea.[butuh rujukan]

Keluarga Soga sangat yakin bahwa orang yang menekuni dan percaya pada agama Buddha dan terus aktif menyebarkannya, akan mendapatkan gambaran suci Buddha dalam Kuil Shinto. Soga no Iname menyatakan bahwa agama Budha membawakan suatu bentuk pemerintahan baru yang akan menumbangkan kemerdekaan klan, dan menyatukan bangsa di bawah perintah Kaisar. Setelah lima puluh tahun perang ideologi, agama Buddha akhirnya dibela dan dilindungi oleh Soga, dan mulai menetap di Jepang.[butuh rujukan]

Ketegasan politik dan tanggapan sunting

Pada tahun 644, para kepala Soga tidak lagi puas untuk bertindak di balik layar. Soga no Emishi dan putranya Soga no Iruka mulai membangun istana yang rumit dan makam untuk diri mereka sendiri.[butuh rujukan]

Warisan sunting

Pada tahun 2005, sisa-sisa bangunan yang diyakini merupakan peninggalan dari Soga no Iruka ditemukan di Nara. Penemuan ini tampaknya sesuai dengan beberapa keterangan yang ditemukan di Nihon Shoki.[3]

Referensi sunting

  1. ^ Soga family tree, Japanese Wikipedia.
  2. ^ http://countrystudies.us/japan/6.htm
  3. ^ "Soga no Iruka house believed found," Japan Times Weekly, 14 November 2005; retrieved 2013-2-29.
  • Sansom, George (1958). A History of Japan to 1334' Stanford, California: Stanford University Press.
  • Hall, John Whitney, et al. (1993). The Cambridge History of Japan: Volume 1 Ancient Japan. Cambridge University Press. ISBN 0-521-22352-0.