Kayu putih
Kayu putih (Melaleuca leucadendra syn. M. leucadendron) merupakan pohon anggota suku jambu-jambuan (Myrtaceae) yang dimanfaatkan sebagai sumber minyak kayu putih (cajuput oil). Minyak diekstrak (biasanya disuling dengan uap) terutama dari daun dan rantingnya. Namanya diambil dari warna batangnya yang memang putih. Kayu putih dikenal dalam bahasa Melayu sebagai gălam, di Ternate sebagai bajule, di Seram sebagai sakelan, dan di Ambon dengan berbagai nama yaitu kilam, elan dan ilan.[2]
Kayu putih | |
---|---|
![]() | |
Kayu putih dari Koehler | |
Klasifikasi ilmiah ![]() | |
Kerajaan: | Plantae |
Klad: | Tracheophyta |
Klad: | Angiospermae |
Klad: | Eudikotil |
Klad: | Rosid |
Ordo: | Myrtales |
Famili: | Myrtaceae |
Genus: | Melaleuca |
Spesies: | M. leucadendra
|
Nama binomial | |
Melaleuca leucadendra |
Tanaman kayu putih biasanya banyak dijumpai di daerah Maluku, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Bali, dan Papua. Kayu putih termasuk jenis flora yang bisa tumbuh di tanah tandus maupun panas, bahkan bisa tumbuh di daerah basah. Biasanya tanaman ini mulai tumbuh dari daerah pantai dekat hutan bakau, di tanah berpasir, tanah berawa-rawa, hingga ketinggian 400 meter diatas permukaan air laut. Terdapat banyak manfaat dari tumbuhan kayu putih ini salah satunya digunakan untuk mencegah berbagai masalah kesehatan seperti masuk angin, pusing, kedinginan, hingga meredakan efek gigitan serangga. Selain bagian-bagian tumbuhan kayu putih yang memiliki banyak manfaat, tanaman kayu putih juga dapat digunakan sebagai reboisasi, peneduh jalan, bahkan tanaman hias.[3]
Tumbuhan ini terutama tumbuh baik di Indonesia bagian timur dan Australia bagian utara,[4] namun demikian dapat pula diusahakan di daerah-daerah lain yang memiliki musim kemarau yang jelas. Minyak kayu putih mudah menguap.[5] Pada hari yang panas orang yang berdekatan dengan pohon ini akan dapat membauinya dari jarak yang cukup jauh. Sebagai tumbuhan industri, kayu putih dapat diusahakan dalam bentuk hutan usaha (agroforestri). Perhutani memiliki beberapa hutan kayu putih untuk memproduksinya. Minyak kayu putih yang diambil dari penyulingan biasa dipakai sebagai minyak balur atau campuran minyak pengobatan lain (seperti minyak telon) atau campuran parfum serta produk rumah tangga lain.
Pohon Kayu Putih
suntingPohon kayu putih memiliki ciri yang unik baik pada bagian daun, batang, maupun bunga. Batang kayu putih terbungkus kulit tebal yang berlapis-lapis dan berwarna kekuningan serta dapat dilepas dengan mudah. Kulit berlapis-lapis ini bersifat kering dan lunak seperti gabus. Batang kayu putih tidak dapat digunakan sebagai bahan kontruksi karena kayunya relatif kecil dan mudah lapuk. Batang kayu putih mudah dibelah dan mudah retak, banyak digunakan untuk kayu bakar. Bunga kayu putih terdapat di pucuk ranting-ranting pohon dan hampir di setiap pucuk ranting terdapat bunga. Bunga kayu putih berwarna putih dan bentuk buahnya bulat berlubang. Bunga tua berwarna merah tua keabu-abuan. Dalam buah terdapat beberapa biji yang sangat halus dan ringan. Waktu yang dibutuhkan untuk proses perkembangan organ generatif pada M. cajuputi subsp. cajuputi dari tahap inisiasi bunga hingga buah masak adalah 277 hari. Daun kayu putih sempit, tipis, permukaan rata, tangkai pendek, kuat, mempunyai lebar antara 0,5-1,5 inchi, dan panjang daun antara 2-4 inchi. Bentuk daun berbeda-beda walaupun dalam satu jenis. Ada tiga macam bentuk daun yaitu lonjong, lanset, dan oval. Dilihat dari warna kuncup daunnya, kayu putih mempunyai variasi warna merah, putih, dan kuning. Daun kayu putih yang biasa digunakan untuk produksi minyak atsiri mengandung 1,8 cineole, sehingga jika diremas mempunyai aroma yang khas karena mengandung minyak atsiri.[6]
Galeri
sunting-
Pohon kayu putih di Ambon (1926)
-
Buah kayu putih
-
Bunga kayu putih
Referensi
sunting- ^ IUCN Detail 61917032
- ^ Crawfurd, John (2017). Sejarah Kepulauan Nusantara: Kajian Budaya, Agama, Politik, Hukum dan Ekonomi. Vol. 1. Diterjemahkan oleh Zara, Muhammad Yuanda. Yogyakarta: Penerbit Ombak. hlm. 365. ISBN 9786022584698. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
- ^ Ceunfin, Syprianus (2019-04-30). "Pengaruh Bagian Organ dan Persentase Ekstrak Tanaman Kayu Putih (Melaleuca leucadendra L.) terhadap Perkecambahan Benih Jagung (Zea mays) dengan Metode Bioassay". Savana Cendana. 4 (02): 28–30. doi:10.32938/sc.v4i02.275. ISSN 2477-7927.
- ^ Winara, Aji (2017). "Keanekaragaman Jenis Tumbuhan pada Hutan Kayu Putih dan Pemanfaatannya Oleh Masyarakat Setempat di Taman Nasional Wasur, Papua". Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 14 (1): 6–7.
- ^ Supardi, Ahmad (30 September 2021). "Tumbuh Subur di Indonesia, Inilah Pohon Penghasil Minyak Kayu Putih". Mongabay.co.id (dalam bahasa American English). Diakses tanggal 2022-02-10.
- ^ "Pohon Kayu Putih (Melaleuca cajuputi) – HIMABA FKT UGM". 2020-06-06. Diakses tanggal 2025-03-02.
Bacaan lanjut
sunting- Dalimartha, Setiawan. Atlas tumbuhan obat Indonesia: menguak kekayaan tumbuhan obat Indonesia, Volume 5 Hal 71. Niaga Swadaya. ISBN 979-1480-18-4.