R. Adipati Aria Singasari Panatayuda sunting

 
Bupati Karawang 1786 - 1809Bupati Brebes 1809 - 1836

Ditinjau dari segi sejarah silsilah, R. Adipati Aria Singasari Panatayuda adalah anak laki laki dari Patih Karawang R. Singanagara. R.Singa Negara menikah dengan Nyai Raden Amsiah anak perempuan Bupati Karawang yang bernama R Adipati Aria Panatayuda Kutipan tahun 1786 R. Singanagara mengganti kedudukan mertuanya sebagai Bupati Karawang.

Dalam naskah sejarah tersebut dinyatakan karena R. Adipati Aria Sastradipura anak laki laki Bupati Karawang pada waktu itu masih kecil belum mungkin diangkat sebagai pengganti ayahnya menjadi Bupati. R.Singasari Panatayuda juga turut serta mengikuti sayembara dalam menumpas pemberontakan yang dipimpin oleh R. Wangsanangga dan sebagai imbalannya menggantikan posisi Pusponegoro II (Bupati Brebes).

Bagi dirinya kedudukan ayahnya sebagai Bupati Karawang bukan merupakan kedudukan yang bisa turun temurun kepada anaknya,karena dia bukan dari jalur langsungketurunan Bupati Karawang,dirinya hanya putra menantu. Menurut tradisi penggantinya kelak adalah dari jalur keturunan langsung yaitu R. Adipati Aria Sastradipua. Jadi salah satu latar belakang kesanggupannya mengikuti sayembara tersebut tidak terlepas dari cita cita demi anak keturunannya.

Hal ini kelak terungkap ternyata cita cita tersebut disampaikan pada Pemerintah Belanda tahun 1809-1836. Singasari Sayidina Panatagama diangkat menjadi Bupati Brebes dan berganti nama menjadi ”Kanjeng Adipati Aria Singasari Panatayuda I” atau julukan singkatnya ”Kanjeng Kyai Brebes”. Nama R.Adipati Aria Singasari Panatayuda tidak bisa dipisahkan dari dari kisah legendaris ”Ki Jaka Poleng” yang hingga sekarang masih sangat terkenal di kalangan masyarakat Brebes dibanding ”dalem dalem” Kabupaten di daerah lain dipesisir pantai utara pulau jawa.

Raden Adipati Singaperbangsa pada tahun 1811 Kabupaten Utama – Ciamis – Banagara disatukan menjadi satu Kabupaten Ciamis, sampai dengan sekarang. Karena pada tahun 1679 M daerah Karawang dijadikan Kabupaten, maka dia yang menjadi Bupati Karawang pertama (1679 – 1721 M) dengan gelar Dalem Panatayuda I. Dialah yang menurunkan para Bupati Karawang sebagai berikut:

  1. . Dalem Panatayuda II (1721 – 1732).
  2. . Dalem Panatayuda III (1732 – 1752).
  3. . Rd. Apun Balon /Dalem Panatayuda IV (1752 – 1783 ).
  4. . Rd. Singasari /Dalem Panatayuda V atau R. Adipati Aria Singasari Panatayuda (menantu 3) ( 1783 – 1809 ) Bupati Karawang

Dalem Panatayuda V pada tahun 1809 dipindahan menjadi Bupati Brebes dengan gelar Dalem Singasari Panatayuda I, menjalankan pemerintahan Kabupaten Karawang sampai kekosongan Bupati diisi oleh Dalem Surialaga II (1811 – 1813 M) putra Dalem Surialaga I (Bupati Sumedang ). Sejak tahun 1813 – 1821 M pemerintah tidak mengangkat Bupati di Karawang, dan daerah Karawang dipegang oleh RA Sastradipura. Baru ada tahun 1821 M Kabupaten Karawang didirikan kembali sampai dengan sekarang.

R. Adipati Aria Singasari Panatayuda I / Bupati Brebes sunting

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda jatuhnya Kaisar Napoleon Bonaparte telah memberikan banyak dampak didataran Eropah. Negri Belanda telah berhasil mandapatka kembali kemerdekaannya bahkan berdasarkan sebuah konvensi yang ditandatangani di London pada tahun 1804 daerah daerah jajahan Belanda di seberang lautan yang sebelumnya telah dikuasai Inggris harus di kembalikan,Pulau Jawa kembali lagi menjadi jajahan Belanda. R.Adipati Aria Singasari Panatayuda I masih menjadi Bupati Brebes. Jabatan ini dikemudian hari diteruskan oleh keturunannya yang menurut sejarah mengenai Kabupaten Karawang koleksi Pleyte sama sama menggunakan nama Aria Panatayuda. Naskah sejarah tersebut juga menerangkan bahwa semua Bupati terah (keturunan) Karawang dimakamkan di daerah Brebes.R.Adipati Aria Singasari Panatayuda I selain terkenal dengan nama Kanjeng Kyai Brebes juga mempunyai sebutan Mbah Dalem Sura sedangkan kedua orang keturunannya disebut Mbah Dalem Klampok dan Mbah Dalem Karanganyar. R.Adipati Aria Singasari Panatayuda I memerintah dari tahun 1809-1936.

Pada naskah sejarah yang ada di Kabupaten Karawang tidak menerangkan kedudukan Bupati Brebes dipegang sampai keturunan ketiga dari R. Adipati Aria Singasari Panatayuda. Dari arsip koleksi Nasional di Jakarta kita jumpai keterangan bahwa pada tahun 1840 an jabatan Bupati Brebes masih dipegang oleh keturunan R.Adipati Aria Singosari Panatayuda. Arsip arsip tersebut lebih lanjut menerangkan bahwa Bupati Brebes telah mengajukan permohonan kepada Pemerintahan Belanda agar anaknya ya tertua dikemudian hari diperbolehkan menjadi penggantinya. Mengenai permohonan ini pemerintah Belanda berpendapat bahwa meskipun pada dasarnya pemerintahan Belanda tidak berkeberatan akan tetapi permohonan tersebut akan dapat dipenuhi dengan syarat kalau penggantinya itu memenuhi ketentuan ketentuan yang diperlukan dan berkelakuan baik.

Persaratan tersebut ternyata telah berhasil dipenuhi oleh anak sulung Bupati Brebes tersebut maka ia menggantikan kedudukan ayahnya menjadi Bupati Brebes dengan Gelar R.Tumenggung Aria Singasari Panatayuda II (1836-1850). Selanjutnya kedudukan Bupati Brebes dilanjutkan oleh Putranya dan Bergelar R.Tumenggung Aria Singasari Panatayuda III (1850-1878). Dengan demikian kita mencatat adanya anak keturunan Karawang yang menjadi Bupati Brebes. R.Adipati Aria Singasari Panatayuda I dimakamkan di Suro daerah Jatibarang atau Pagerbarang. R.Tumenggung Aria Singasari Panatayuda II dimakamkan di Klampok (Dalem Klampok). R.Tumenggung Aria Singasari Panatayuda III dimakamkan di Karanganyar (Dalem Karanganyar).

Perang Margalunyu sunting

R. Adipati Aria Singasari Panatayuda III berontak terhadap pemerintahan Belanda. Pada tahun 1878 pemerintah Belanda memerintahkan kepada Bupati Brebes yaitu R. Adipati Aria Singasari Panatayuda III untuk membuka perkebunan Tarum (bahan untuk pewarna pakaian). Kanjeng Bupati siap melaksanakan perintah Belanda dan di belinya biji biji tarum tersebut dari daerah Pemalang,Petarukan dan Pekalongan. Tempat perkebunan dipilihnya di daerah Ketanggungan tepatnya antara Cikeusal dan Cisema. Tanah perkebunan telah disiapkan dengan baik. Pabrik Tarum sudah dipersiapkan di sebelah barat desa Cikeusal.Penanaman tarum diawali dengan adanya orang yang khianat di Pendopo Kabupaten dengan jalan menyirami biji biji tarum dengan air panas maka setelah ditanam di perkebunan biji tarum tersebut tidak ada yang tumbuh,maka perkebunan tersebut sampai sekarang dinamakan Tarum Burung (Burung dalam bahasa sunda=Gila/gagal).

Dengan kegagalan membuka perkebunan tarum maka R.Tumenggung Aria Singasari Panatayuda III diberi hukuman oleh pemerintahan Belanda. Mendengar yang menjadi cucu dihukum oleh Belanda maka R. Adipati Aria Singasari Panatayuda I menyusun kekuatan untuk melawan Pemerintahan Belanda. Dikumpulkanlah orang orang dari daerah Ketanggungan, Tanjung, Banjarharja, Larangan dan Songgom dan dilatih untuk menjadi prajurit untuk melawan Belanda.Prajurit prajurit tersebut di beri nama ”Pasukan Sapujagat”. Pasukan Sapujagat akan menyerang Brebes dengan rute dari Cikeusal bergerak menuju Larangan, Songgom dan Rajegwesi. Didaerah Rajegwesi terjadi pertempuran habis habisan, dijalan penuh dengan tumpahan darah hingga jalam menjadi licin,maka perang tersebut diberi nama ”Perang Marga Lunyu”. Dalam pertempuran tersebut R. Adipati Aria Singasari Panatayuda I gugur dan dimakamkan di Suro Jatibarang. Pasukan kembali ke Cikeusal dipimpin oleh R.Wangsanangga dan R.Singawinata.

Keluarga sunting

RAA. Singasari Panatayuda I putra dari Rd Aria Hasan Singanagara, istri NR Amsiah .

Ayah dari

  1. Rd Adipati Singasari Panatayuda II .;
  2. KRM Tedjokusumo.

Saudara dari

  1. Rd Satjadipura .;
  2. Rd Wiramanggala .;
  3. Rd Badramanggala .;
  4. NRA Wirasuta .;
  5. Rd Nayadipura .;
  6. Rd Subadipura .;
  7. Rd Raksadipura .;
  8. Rd Patradipura .
  9. RA Siti Radjanagara

Referensi sunting

  1. http://www.karawangkab.go.id
  2. http://disbudpar-karawang.com Diarsipkan 2020-01-09 di Wayback Machine.
  3. Sejarah Kabupaten Brebes Wargatarunajaya
  4. Sejarah Kabupaten Karawang Dudu Tasikmalaya