Kanbun (漢文, arti harfiah: tulisan Han) atau kambun adalah istilah bahasa Jepang untuk komposisi atau karangan dalam ragam tulis bahasa Tionghoa Klasik, atau karangan dalam bahasa Jepang yang ditulis orang Jepang untuk menuliskan ragam tulis klasik hanya dengan aksara kanji. Kanbun ditulis vertikal dari atas ke bawah. Tidak hanya di Jepang, Di Korea, cara ini disebut dengan Hanmun (한문/漢文) dan di Vietnam, juga disebut dengan Han Van (Hán Văn/漢文)

Awalnya kanbun berarti tulisan bahasa Tionghoa Klasik, naskah klasik Tiongkok, atau sastra Tiongkok klasik. Dalam perkembangannya, kanbun berubah menjadi metode membaca karangan dalam bahasa Tionghoa Klasik. Tata bahasa Tionghoa berbeda dengan tata bahasa Jepang, sehingga kanbun dibaca setelah sebelumnya mengubah susunan aksara kanji. Cara membaca kanbun menurut susunan tata bahasa Jepang disebut kanbun kundoku (漢文訓読, tulisan Tionghoa bacaan Jepang) atau yomikudasu (読み下す). Secara bertahap, metode "membaca sambil menerjemahkan" kata demi kata dibakukan menjadi bentuk penulisan bahasa Jepang menurut ragam tulis bahasa Tionghoa Klasik, tetapi dilengkapi tanda baca yang terdiri dari simbol-simbol (kaeriten, okototen), dan aksara kana (furigana dan okurigana).

Sistem penulisan bahasa Jepang berasal dari adopsi dan adaptasi bahasa Tionghoa tertulis. Buku tertua dalam bahasa Jepang (misalnya Kojiki dan Nihon Shoki), serta kamus kuno (Tenrei Banshō Meigi dan Wamyō Ruijushō) ditulis dalam aksara Tionghoa dengan metode kanbun. Penyair Jepang menulis kanshi dalam bahasa Tionghoa Klasik, dan Kaifūsō (751) adalah buku kumpulan kanshi yang tertua.

Tanda baca sunting

 
Tanda-tanda di sudut kiri bawah karakter seperti レ dan 上 disebut kaeriten. Angka Arab hanya ditambahkan pada gambar ini untuk menandai urutan sewaktu membaca karakter.

Kanbun dibaca dengan memperhatikan tanda baca (訓点, kunten) berupa kaeriten dan okototen, dan okurigana.

  • Okurigana ditambahkan untuk menunjukkan sufiks, infleksi, dan menambah partikel agar sesuai dengan tata bahasa Jepang. Okurigana ditulis sebagai aksara kanji berukuran kecil di sudut kanan bawah karakter.
  • Kaeriten (返り点) ditambahkan untuk mengubah susunan karakter agar kalimat dapat dibaca sesuai tata bahasa Jepang. Kaeriten ditandai dengan simbol-simbol dan aksara kanji berukuran kecil di sudut kiri bawah karakter. Sewaktu membaca tulisan vertikal dari atas ke bawah, karakter yang diberi kaeriten diloncati, dan baru dibaca setelah membaca karakter di bawahnya. Cara membaca dari bawah, lalu kembali ke atas seperti ini disebut kaeriyomi (返り読み, membaca balik). Simbol dan aksara kanji yang dipakai sebagai kaeriten dijelaskan sebagai berikut.
    • Simbol レ yang berbentuk seperti katakana レ (re), tetapi berukuran lebih kecil. Karakter yang diberi tanda レ dibaca setelah membaca karakter yang ada persis di bawahnya.
    • Angka kanji 1, 2, 3 (一, 二, 三). Karakter yang diberi tanda 三 diloncati, dan dibaca setelah membaca karakter ke-3 di bawahnya. Karakter yang diberi tanda 二 diloncati, dan dibaca setelah membaca karakter kedua di bawahnya. Karakter yang ada di bawahnya terus dibaca hingga menemui karakter yang diberi tanda 一.
    • Kanji untuk atas, tengah, dan bawah (上, 中, 下) menunjukkan urutan membaca karakter. Karakter yang diberi tanda 上 diloncati, dan dibaca setelah membaca karakter yang diberi tanda 下. Bila terdapat karakter bertanda 中, urutan membaca adalah 上, 中, dan 下.
    • Kanji untuk 10 batang langit: 甲 (ko, pertama), 乙 (otsu, kedua), 丙 (hei, ketiga), 丁 (tei, keempat), dan seterusnya, menunjukkan urutan membaca karakter bila ternyata tanda 上, 中, 下 tidak cukup untuk menandai kalimat.
    • Kanji untuk langit (天) bumi (地) manusia (人) yang disebut tenchijin-ten ditambahkan untuk menunjukkan urutan membaca karakter bila keempat jenis kaeriten lainnya sudah dipakai semua untuk menandai kalimat.
  • Okototen (ヲコト点 atau 乎古止点) berupa titik dan garis diakritik ditambahkan di keempat sudut karakter untuk menunjukkan infleksi.

Kanbun tanpa tanda-tanda baca disebut hakubun (白文, tulisan polos).

Kanbun terdiri dari dua jenis:[1]

  • Kanbun murni (純漢文, jun-kanbun) atau kanbun asli (nama lain: junsui kanbun atau seisoku kanbun) adalah kanbun dengan tata bahasa dan ragam tulis bahasa Tionghoa Klasik. Di Tiongkok, ragam tulis ini sekarang disebut bahasa Tionghoa Klasik.
  • Kanbun abnormal (変体漢文, hentai kanbun) adalah bentuk menyimpang dari kanbun yang ditulis oleh orang Jepang. Tata bahasa dan ragam tulis bahasa Tionghoa Klasik tidak lagi dipakai. Kalimat ditulis dalam susunan tata bahasa Jepang dengan tambahan tanda-tanda baca (kunten). Sejak zaman Heian, hentai kanbun dipakai untuk menulis dokumen resmi seperti buku sejarah, undang-undang, buku harian, dan surat menyurat. Oleh karena itu, sebagian besar leksikon bahasa Jepang modern adalah kosakata Sino-Jepang.

Tata bahasa sunting

Susunan kata dalam kanbun:

Kanbun: 子曰,學而時習之,不亦說乎。
Dibaca (yomikudasu): 子曰く、學びて時に之を習う,亦た說ばしからずや。
Romaji: Shi iwaku, manabite toki ni kore o narau, mata yorokobashikarazuya.
Bahasa Indonesia: Konghucu berkata, "Dalam belajar, bila diulangi secara berkala, maka sungguh menyenangkan." (Analek Konfusius)
Kanbun: 其劍自舟中墜於水。
Dibaca: 其の劍、舟中より水に墜つ。
Romaji: Sono tsurugi, shūchū yori mizu ni otsu.
Bahasa Indonesia: Pedang itu dari atas kapal jatuh ke air. (Lüshi Chunqiu)
  • Subjek, kata keterangan, kata kerja, objek, kata pelengkap
Kanbun: 王之臣有託其妻子於其友而之楚遊者。
Dibaca: 王の臣に其の妻子を其の友に託し楚に之きて遊ぶ者有り。
Romaji: Ō no shin ni sono saishi o sono tomo ni takushi so ni omomukite asobu mono ari.
Bahasa Indonesia: Di antara menteri-menteri raja, ada seorang yang setelah menitipkan istri dan anaknya ke temannya, pergi bepergian ke negeri Chu. (Mengzi)
  • Subjek, kata keterangan, kata kerja, kata pelengkap, objek
  • Subjek, kata keterangan, kata kerja, kata pelengkap, kata pelengkap
Kanbun: 然不自意、能先入關破秦、得復見將軍於此。
Dibaca: 然れども自から意はざりき、能く先ず関に入りて秦を破り、復た將軍に此に見ゆることを得んとは。
Romaji: Saredomo mizukara iwazariki, yoku mazu kan ni irite shin o yaburi, mata shōgun ni kore ni miyuru koto o ento wa.
Bahasa Indonesia: Namun tidak seperti dugaanku sendiri, aku lebih dulu mampu tiba di Kan dan mengalahkan Qin, serta di sini bisa bertemu kembali dengan jenderal. (Catatan Sejarah Agung)

Referensi sunting

  1. ^ Minegishi, Akira (1986). Hentai Kanbun( 変体漢文). Tokyo: Tokyodo Shuppan. ISBN 4-4902-0104-4. 

Pranala luar sunting