Jemuju
Jemuju[1], lemuju, mungsi[2], (Trachyspermum ammi) juga dikenal sebagai ajwain, omam (dalam bahasa Tamil), atau musi—adalah herba semusim dalam keluarga Apiaceae. Baik daun maupun buahnya yang mirip biji (sering keliru disebut biji) tanaman ini dikonsumsi oleh manusia.
Jemuju | |
---|---|
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | Plantae |
Klad: | Tracheophyta |
Klad: | Angiospermae |
Klad: | Eudikotil |
Klad: | Asterid |
Ordo: | Apiales |
Famili: | Apiaceae |
Genus: | Trachyspermum |
Spesies: | T. ammi
|
Nama binomial | |
Trachyspermum ammi |
Deskripsi
suntingBuah jemuju yang kecil, berbentuk lonjong, seperti biji berbentuk skizokarps berwarna coklat pucat, yang menyerupai biji tumbuhan lain dalam famili Apiaceae seperti jintan putih, jintan hitam, dan adas. Rasanya pahit dan pedas, dengan rasa yang mirip dengan kembang lawang dan oregano. Baunya hampir persis seperti timi karena juga mengandung timol, tetapi lebih aromatik dan rasanya kurang halus, serta agak pahit dan pedas. Bahkan sejumlah kecil buah cenderung mendominasi rasa hidangan.[3]
Budidaya dan produksi
suntingJemuju cenderung tumbuh di daerah yang kering dan tandus. Rempah ini berasal dari Mesir tetapi juga tumbuh di banyak bagian Asia Selatan & Barat, termasuk Iran, India, Pakistan, dan negara lain. Gujarat dan Rajasthan adalah wilayah di India yang terkenal dengan budidaya jemuju.[4]
Kegunaan masakan
suntingBuah jemuju jarang dimakan mentah; biasanya disangrai atau digoreng dengan minyak samin (mentega yang dijernihkan). Hal ini memungkinkan bumbu mengembangkan aroma yang lebih halus dan kompleks. Ini banyak digunakan dalam masakan anak benua India, sering sebagai bagian dari chaunk (juga disebut tarka), campuran rempah-rempah - kadang-kadang dengan sedikit bawang putih atau bawang cincang - digoreng dengan minyak atau mentega, yang digunakan untuk membumbui hidangan di akhir masakan. Ini juga merupakan bahan penting untuk jamu yang dipraktikkan di sana. Di Afghanistan, buah-buahan ditaburkan di atas roti dan biskuit.[5]
Kegunaan lain dari jemuju termasuk sebagai taburan dalam jenis roti tertentu, seperti naan dan paratha. Bijinya juga bisa digunakan sebagai penyegar mulut bila dicampur dengan perasan lemon dan lada hitam lalu dikeringkan. Atau, bijinya bisa langsung dijadikan bahan teh panas.[6]
Kegunaan obat-obatan
suntingAda sedikit bukti dari penelitian klinis berkualitas tinggi bahwa jemuju memiliki sifat anti penyakit pada manusia. Jemuju dijual sebagai suplemen makanan dalam bentuk kapsul, cairan, atau bubuk.
Jemuju digunakan dalam praktik pengobatan tradisional, seperti Ayurveda, dalam ramuan herbal dengan keyakinan dapat mengobati berbagai gangguan.Tidak ada bukti atau persetujuan peraturan bahwa penggunaan oral jemuju dalam campuran herbal efektif atau aman.
Dampak merugikan
suntingWanita yang sedang hamil sebaiknya tidak mengonsumsi jemuju karena potensi efek buruk pada perkembangan janin, dan penggunaannya tidak disarankan saat menyusui. Dalam jumlah tinggi yang diminum, jemuju dianggap beracun dan dapat mengakibatkan keracunan yang fatal.
Minyak esensial
suntingHidrodistilasi buah jemuju menghasilkan minyak esensial yang terutama terdiri dari timol, gamma-terpinene, p-cymene, dan lebih dari 20 senyawa jejak yang sebagian besar merupakan terpenoid.[7]
Referensi
sunting- ^ "Arti kata jemuju - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online". kbbi.web.id. Diakses tanggal 2023-04-08.
- ^ "Arti kata mungsi - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online". kbbi.web.id. Diakses tanggal 2023-04-08.
- ^ Green, Aliza (2006). Field guide to herbs & spices : how to identify, select, and use virtually every seasoning at the market. Internet Archive. Philadelphia : Quirk Books. ISBN 978-1-59474-082-4.
- ^ "Home - PMC - NCBI". www.ncbi.nlm.nih.gov. Diakses tanggal 2023-04-08.
- ^ Davidson, Alan (2014). The Oxford Companion to Food (dalam bahasa Inggris). Oxford University Press. ISBN 978-0-19-967733-7.
- ^ "Carom seeds: Their health benefits and culinary uses". The Times of India. ISSN 0971-8257. Diakses tanggal 2023-04-08.
- ^ Singh, Gurdip; Maurya, Sumitra; Catalan, C.; de Lampasona, M. P. (2004-06-01). "Chemical Constituents, Antifungal and Antioxidative Effects of Ajwain Essential Oil and Its Acetone Extract". Journal of Agricultural and Food Chemistry (dalam bahasa Inggris). 52 (11): 3292–3296. doi:10.1021/jf035211c. ISSN 0021-8561.