Musik Tionghoa

(Dialihkan dari Musik Tiongkok)

Musik Tiongkok merujuk pada musik dari orang Tiongkok, baik musik dari suku Han meupun etnis minoritas lainnya yang berada di daratan Tiongkok.

Pipa, salah satu alat musik Tiongkok yang terpopuler.

Sejarah

sunting

Sejarah musik Tiongkok berusia sama dengan sejarah manusia di daratan Tiongkok.[1] Alat musik kuno yang ditemukan dari dalam tanah kemungkinan merupakan alat yang juga berfungsi sebagai senjata berburu. Alat ini mirip peluit batu yang disebut xun. Ada pula yang terbuat dari tulang yang ditemukan dari situs sejarah Kebudayaan Hemudu. Selain itu ditemukan pula sejenis suling yang berlobang tujuh dari situs Jiahu. Kemungkinan besar suling Jiahu dimainkan dalam ritual upacara. Suling Jiahu menandakan bahwa kebudayaan musik Tiongkok telah dimulai sejak Zaman Neolitikum. Dari catatan sejarah Tiongkok, dituliskan bahwa musik-musik awal dimainkan dalam upacara pemujaan benda-benda di alam. Kaisar Huangdi menyembah awan dan musiknya disebut “awan”.[1]

Musik upacara Yayue

sunting
 
Bianzhong, salah satu elemen penting musik Yayue.

Musik upacara paling awal dinamakan Shaoyue, merupakan perpaduan antara seni tari dan puisi, diiringi permainan alat musik serta nyanyian-nyanyian. Shaoyue dimainkan untuk menjamu roh-roh nenek moyang. Alat musik yang dipakai antara lain qin, she, taogu, chu, dan yu.[1]

Musik upacara dinamakan Yayue dikembangkan dari musik pemujaan suku-suku terdahulu. Yayue kemudian dimainkan dalam upacara istana dan peringatan di kelenteng. Musik ini bermula dari zaman Dinasti Zhou dan lenyap pada periode Dinasti Qing, dinasti Tiongkok yang terakhir. Setiap dinasti yang baru memelihara Yayue dari dinasti sebelumnya dan mereka menambahkan variasi mereka masing-masing. Musik upacara mencerminkan ideologi kebudayaan sebuah dinasti.[1] Salah satu ideologi itu adalah pemujaan terhadap leluhur.

Sebagai bangsa dengan kebudayaan agrikultur yang tua, bangsa Tionghoa sejak lama menaruh perhatian khusus pada upacara pemujaan langit dan bumi. Pada saat panen raya pun dimainkanlah musik-musik untuk merayakannya. Musik panen itu dinamakan Musik Laji. Selanjutnya, ketika Konfusianisme diterapkan, musik ritual dipecah lagi ke dalam jenis musik untuk militer (Wuyue). Wuyue dianggap sebagai musik indah yang bernilai tinggi namun tidak sepenuhnya bagus.

Sejenis musik militer yang dimainkan pada zaman Dinasti Han dinamakan Guchui. Musik ini disebut juga “musik di atas kuda”.

Alat-alat musik

sunting

Alat musik yang pertama diciptakan bangsa Tionghoa antara lain adalah genderang kayu, genderang dari tanah liat dan genta perunggu. Satu perangkat genta perunggu ditemukan dari Makam Zenghouyi dari abad ke-5 SM. Keseluruhan genta berjumlah 85 buah dapat memainkan musik 12 nada dengan lengkap. Dari penemuan ini disimpulkan bahwa sejak abad ke-5 SM, bangsa Tionghoa telah menguasai konsep-konsep interval dan oktaf seperti konsep musik barat yang ada sekarang ini.[1]

Pada zaman Dinasti Zhou, terdapat sekitar 70 jenis alat musik yang dibedakan dari bahan-bahan pembuatannya yakni metal, batu, tanah liat, kulit, senar, kayu, labu dan bambu. Sampai zaman Dinasti Qing, pembedaan alat-alat musik ini masih dilakukan. Alat-alat musik tersebut antara lain:

  • senar terdiri dari qin dan she
  • kulit terdiri dari genderang
  • bambu terdiri dari chi dan paixiao
  • labu terdiri dari sheng
  • batu terdiri qing

Berbagai alat-alat musik beserta pemain musik zaman kuno dapat dilihat dari gambar-gambar pada bangunan-bangunan besejarah di Tiongkok. Kuil Kaiyuan di Quanzhou terkenal dengan berbagai ukir-ukiran pemusik lengkap dengan alat-alat musik khas berbagai dinasti kuno. Tempat lainnya adalah Menara Fanta, Henan, yang memperlihatkan ukir-ukiran pemusik dari zaman Song.

Opera-opera

sunting

Opera-opera Tiongkok berkembang seiring kemajuan suatu dinasti. Representatif dari tiap zaman antara lain Baixi (Dinasti Han), Zaju (Dinasti Song), Yuanben (Dinasti Jin), Zaju (Dinasti Yuan) serta Nanxi (Dinasti Song Selatan).

Empat penokohan utama opera Tiongkok muncul di dalam Opera Zaju, antara lain tokoh pria (sheng), wanita (dan), prajurit (jing), tukang lawak (cho). Opera Beijing merupakan salah jenis opera Tiongkok yang terutama. Opera ini diciptakan sejak zaman Dinasti Qing di daerah Beijing.

Pengaruh musik Tiongkok

sunting
 
Gagaku, musik Jepang yang mendapat pengaruh Tionghoa kuno.

Musik Tiongkok sejak zaman kuno telah mendapat pengaruh dari berbagai negara dan bangsa di sekitarnya, antara Bangsa Han dengan suku-suku minoritas. Hal inilah yang kemudian membentuk musik khas Tionghoa. Musik kawasan barat Tiongkok berpengaruh besar terhadap perkembangan musik Dinasti Tang. Musik istana Tang yang dinamakan Yanyuedaqu merupakan hasil dari pengaruh musik India, Korea, Kamboja, dan negara-negara lain. Puisi-puisi Tang menggambarkan hal-hal yang ada dalam musik itu.

Sejak Dinasti Song sampai Qing, terdapat jenis musik yang diciptakan dari perpaduan musik Asia Tengah, Asia Barat, India, Burma dengan musik Tiongkok yang dinamakan Quzici.[1] Beberapa alat musik dari Asia Barat diperkenalkan ke Tiongkok dan menjadi terkenal, antara lain pipa, sejenis gitar.

Selanjutnya musik Tionghoa secara dominan mempengaruhi seni musik di negara-negara tetangga. Jepang sampai sekarang masih memainkan alat musik kuno Tiongkok. Teori musik Korea juga meminjam konsep musik Tionghoa.

Lihat juga

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e f Zhao Feng (赵渢) (1991). 中國樂器 (Alat Musik Tradisional Dari Tiongkok). 现代出版社. ISBN 7800281191. 

Daftar pustaka

sunting
  • Jones, Steven. "The East Is Red... And White"". 2000. In Broughton, Simon and Ellingham, Mark with McConnachie, James and Duane, Orla (Ed.), World Music, Vol. 2: Latin & North America, Caribbean, India, Asia and Pacific, pp. 34–43. Rough Guides Ltd, Penguin Books. ISBN 1-85828-636-0.
  • Lee, Joanna. "Cantopop and Protest Singers". 2000. In Broughton, Simon and Ellingham, Mark with McConnachie, James and Duane, Orla (Ed.), World Music, Vol. 2: Latin & North America, Caribbean, India, Asia and Pacific, pp. 49–59. Rough Guides Ltd, Penguin Books. ISBN 1-85828-636-0.
  • Lee Yuan-Yuan and Shen, Sinyan. Chinese Musical Instruments (Chinese Music Monograph Series). 1999. Chinese Music Society of North America Press. ISBN 1-880464-03-9.
  • Rees, Helen with Zingrong, Zhang and Wei, Li. "Sounds of the Frontiers". 2000. In Broughton, Simon and Ellingham, Mark with McConnachie, James and Duane, Orla (Ed.), World Music, Vol. 2: Latin & North America, Caribbean, India, Asia and Pacific, pp 44–48. Rough Guides Ltd, Penguin Books. ISBN 1-85828-636-0.
  • Shen, Sinyan. Chinese Music in the 20th Century (Chinese Music Monograph Series). 2001. Chinese Music Society of North America Press. ISBN 1-880464-04-7.
  • Trewin, Mark. "Raising the Roof". 2000. In Broughton, Simon and Ellingham, Mark with McConnachie, James and Duane, Orla (Ed.), World Music, Vol. 2: Latin & North America, Caribbean, India, Asia and Pacific, pp. 254–61. Rough Guides Ltd, Penguin Books. ISBN 978-1858286365
  • The Shansi tune book. China Inland Mission. 1906. hlm. 30. Diakses tanggal 10 February 2012. (Princeton University)

Pranala luar

sunting