Hindun binti Abi Umayyah
Hindun binti Abi Umayyah (bahasa Arab: هند بنت أبي أمية) (c. 596 - 680) adalah istri dari Nabi Muhammad yang juga dikenal Ummu Salamah, dan termasuk dari Ibu Para Mukminin. Nasab lengkapnya Hindun binti Abu Umayyah bin Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum bin Yaqzhah bin Murrah al Makhzumiyyah. Ia anak paman Khalid bin Walid, dan anak paman Abu Jahal.[1]

Hindun termasuk golongan Muhajirin pertama. Setelah kematian suaminya Abdullah ibn Abdul Asad (Abu Salamah bin Abdul Asad al Makhzumi) di Perang Uhud. Ia termasuk wanita yang cantik dan mulia nasabnya.[1] Ia termasuk ahli fikih wanita di masanya.
Biografi
suntingKehidupan awal
suntingIa adalah anak dari Bani Makhzum yang dipanggil Zad ar-Rakib karena kebaikannya kepada kabilah yang lewat. Nama aslinya adalah Hindun dan ia termasuk dari orang yang diincar dan dianiaya oleh Quraisy.[2] Ibunya adalah Atikah binti Amir bin Rabi'ah dari Bani Firas bin Ghanam.
Zaman Nabi Muhammad saw
suntingUmmu Salamah dan suaminya, Abd-Allah ibn Abd-al-Asad (saudara sesusuan Nabi), termasuk dari Pemeluk Islam pertama atau As-Sabiqun al-Awwalun.[2] Saat hendak hijrah ke Madinah mereka berdua ditahan kaumnya, namun suaminya lalu dilepaskan boleh pergi kecuali Ummu Salamah tetap ditahan selama setahun kemudian sehingga ia sering bersedih menunggu di pinggir kota Mekah. Akhirnya kaumnya merelakan kepergiannya ke Madinah bertemu kembali suaminya bersama anaknya.
Suaminya syahid pada 8 Jumadil Akhir beberapa bulan setelah luka terkena serangan yang ia terima ketika Perang Uhud kambuh. Ia memiliki empat orang anak dari Abdullah sebelum menikah dengan Muhammad.
- Salamah bin Abdullah
- Umar bin Abdullah
- Zainab binti Abdullah
- Durrah binti Abdullah
Ummu Salamah termasuk salah satu dari 14 wanita yang ikut perang Uhud sebagai asisten sahabat dan pejuang Nabi saw. Wanita yang ikut membantu Nabi di perang Uhud ialah Aisyah binti Abu Bakar, Shafiyyah binti Abdul Muthalib, Asma binti Abu Bakar, Fathimah az-Zahra binti Muhammad SAW, Nusaibah binti Ka'ab al-Anshariyyah, Khaulah binti Azwar as-Sulaimiyah, Suhailah binti Milhan al-Anshariyyah, Atikah binti Abdul Muthalib, Arwa binti Abdul Muthalib, Umamah binti Abdul Muthalib, Zainab binti Muhammad saw, Ummu Hakim binti Abdul Muthalib dan Rumaisah binti Milhan an-Najjariyah.
Setelah kematian Abdullah bin Abdul Asad, dia juga dikenal sebagai Ayyin al-Arab. Ia tak memiliki saudara dan keluarga di Madinah kecuali anak-anaknya, tetapi ia ditolong oleh Muhajirin dan Anshar. Setelah ia menyelesaikan masa 'Iddah-nya (Masa menunggu bagi wanita yang baik dicerai atau meninggal, untuk kembali menikah) empat bulan dan 10 hari, Abu Bakar dan 'Umar mencoba melamarnya, tetapi ditolak oleh Ummu Salamah. Lalu Muhammad saw mencoba untuk melamarnya juga dan diterimanya. Ummu Salamah menikah dengan Muhammad ketika berusia 29 tahun pada bulan Syawal tahun 4 H.[3]
Diceritakan pada Kitab Siyar A'lam an-Nubala proses melamarnya Nabi :
“Wahai Rasulullah, Aku seorang wanita yang pencemburu. Dan aku adalah wanita yang sudah berumur dan memiliki anak-anak.”
Nabi menanggapi, “Yang engkau sebut berupa kecemburuan, Allah akan menghilangkannya. Tentang umurmu, aku pun lebih berumur dari engkau. Dan tentang anak-anakmu, maka ia juga anak-anakku.”
Ummu Salamah menjawab, “Aku terima lamaran Anda, Rasulullah.”[1]
Diriwayatkan dari Zainab binti Abu Salamah, bahwa ibunya Ummu Salamah berkata, "Aku haid saat tidur bersama Nabi dalam satu selimut. Aku lalu menyelinap keluar, mengambil pakaian haid lalu aku kenakan. Beliau bertanya kepadaku, 'Kau haid?' "Ya,' jawabku. Beliau lalu memanggilku dan memasukkanku bersama beliau dalam satu selimut.' Zainab binti Abu Salamah berkata, 'Ia (Ummu Salamah) bercerita kepadaku bahwa Nabi menciumnya saat beliau sedang berpuasa.[4]
Ummu Salamah menjadi sebab turunnya 2 ayat al-Quran yaitu surat an-Nisa ayat 32 dan surat Ali Imron ayat 195. Ia juga menjadi terkenal kecerdasannya dalam peristiwa Perjanjian Hudaibiyah, dimana saat Nabi meminta sampai 3 kali agar sahabat berkurban memotong rambut tahallul walaupun gagal Umroh yang membuat para sahabat kecewa dan enggan ikut bertahalul, Nabi lalu masuk kemahnya dan mendapat saran dari Ummu Salamah untuk lakukan saja sebagai contoh teladan tanpa berbicara, dan setelah Nabi melakukannya, para sahabat serentak mengikuti.
Menjelang Fathu Mekah, Abu Sofyan awalnya ditolak Nabi, namun setelah dibantu Ummu Salamah yang berbicara pada Nabi agar memaafkan, maka Abu Sofwan pun bisa menjumpai Nabi untuk berislam.[4]
Setelah Rasulullah Saw wafat dan masa Tabi'in dan Tabi'ut tabi'in
suntingMasa Khulafaur Rasyidin
Di masa khalifah Rasyidin, Ummu Salamah mendampingi anak dan cucunya. Putranya yang memiliki kelebihan ilmu Fiqih ialah Umar bin Abi Salamah. Sedangkan putrinya yang ahli fiqih ialah Zainab binti Abi Salamah. Dua Cucunya yang dikenal ahlul fiqh yaitu Muhammad bin Umar bin Abu Salamah dan Abu Ubaidah bin Zainab binti Abu Salamah.
Ummu Salamah sebagai wanita juga turut bersedih atas terbunuhnya Umar bin Khattab di tangan Abu Lu'lu'ah. Utsman yang juga seorang yang dulu sempat dididik Ummu Salamah, wafat di tangan Khulaimin bin Tsabbab, seorang pemberontak. Ia juga sedih kembali saat masa Ali RA berkonflik dengan Mu'awiyah dan Aisyah. Ia sedih juga saat Ali RA wafat ditangan Abdurrohman bin Muljam.
Masa Hasan, Mu'awiyah dan Husain
Setelah wafatnya khulafaur rosyidin, tersisa sahabat mulia seperti Muawiyah bin Abi Sufyan, Hasan bin Ali, Husain bin Ali, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Zubair, Abdullah bin Abbas, Jabir bin Abdullah, Marwan bin Hakam, Ishaq bin Saad, Umar bin Sa'ad, Abdullah bin Amr bin Ash, Qais bin Sa'ad bin Ubadah dan sahabat wanita seperti Ummu Salamah sendiri, Zainab binti Abu Salamah, Durrah binti Abu Salamah, Zainab binti Ali dan Ummu Kultsum binti Ali.
Ketika mendengar kejadian Karbala Ummu Salamah sempat bersedih dan menjerit hingga pingsan. Ummu Salamah bertanya kepada penduduk Kufah yang bersedih: "Untuk apa kalian sedih? Ini adalah akibat perbuatan kalian yang tidak bertanggung jawab kepada Ahlulbait Rasul SAW! Semoga Allah melaknat pemimpin kalian!". Hal ini disebabkan Husein ke Kufah karena undangan penduduk Kufah, namun saat sudah dekat, penduduk Kufah tidak menolong Husein.
Saat di Kufah, Zainab binti Ali tegar membela keluarga Nabi saat dihadapan gubernur yang lalim dan tidak bertanggung jawab, Ubaidillah bin Ziyad. Dia menjadi pelindung Allah SWT dan lainnya. Rombongan ini kemudian dipenjara selama 2 hari dan dibebaskan. Yazid menawarkan mereka tinggal di Mekah dan Madinah atau di Kufah. Mereka memilih tinggal di Madinah.
Wafatnya
suntingUmmu Salamah ialah yang terakhir wafat dari para istri Nabi, ia wafat pada usia 90 tahun setelah tragedi Karbala pada bulan Dzulqadah tahun 61 H dan dimakamkan di Baqi, Madinah di masa Yazid bin Muawiyah.[1]
Referensi
sunting- ^ a b c d Dzahabi, Imam (2017). Terjemah Siyar A'lam an-Nubala Vol. 6. Jakarta: Pustaka Azzam. hlm. 1. ISBN 978-602-236-270-8. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
- ^ a b "Companions of The Prophet", Vol. 1, By: Abdul Wahid Hamid
- ^ "Marriage to a 'past': Parents should not reject a proporal without a good reasons - and being a revert with a past is not an acceptable one". Diarsipkan dari asli tanggal 2018-04-02. Diakses tanggal 2010-03-11.
- ^ a b Mishri, Mahmud (2014). Biografi 35 Shahabiyah Nabi. Depok: Ummul Qura. ISBN 978-602-7637-30-6. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)