Habis Gelap Terbitlah Terang

Habis Gelap Terbitlah Terang adalah buku kumpulan surat yang ditulis oleh Kartini. Kumpulan surat tersebut dibukukan oleh J.H. Abendanon dengan judul Door Duisternis Tot Licht, sedangkan penerjemahannya (dari versi bahasa Belanda ke bahasa Melayu) pertama kali dilakukan pada 1922 oleh Bagindo Dahlan Abdullah, Zainudin Rasad, Sutan Muhammad Zain, dan Djamaloedin Rasad (mereka menyebut diri Empat Saudara).[1]

Habis Gelap Terbitlah Terang
Sampul edisi 2000an
PengarangKartini
Penerjemah
NegaraIndonesia
BahasaIndonesia
GenreBiografi
PenerbitBalai Pustaka
Tanggal terbit
2005
HalamanIX, 204 halaman

Proses pengumpulan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa dilakukan setelah Kartini wafat oleh J.H. Abendanon.[2][3] Abendanon saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Terang". Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini.

Terjemahan Indonesia

sunting

Versi 1922

sunting

Pada 1922, oleh Empat Saudara, Door Duisternis Tot Licht disajikan dalam bahasa Melayu dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang; Boeah Pikiran. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pustaka. Empat Saudara merujuk pada Bagindo Dahlan Abdullah, Zainudin Rasad, Sutan Muhammad Zain, dan Djamaloedin Rasad.

Secara literal, judul bahasa Belandanya tidak serta merta dapat diterjemahkan menjadi “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Kata-kata itu bisa diterjemahkan menjadi “Melalui Kegelapan Menuju Cahaya” atau “Dari Gelap Menuju Terang”. Frasa “Habis Gelap Terbitlah Terang” merupakakan olahan literer yang dilakukan oleh Empat Saudara, yang "merefleksikan kehalusan rasa kesastraan dan penguasaan bahasa Melayu yang tinggi".[4]

Versi 1938

sunting

Pada 1938, buku Habis Gelap Terbitlah Terang diterbitkan kembali dalam bahasa Indonesia. Buku terjemahan Armijn Pane ini dicetak sebanyak sebelas kali. Selain itu, surat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dan bahasa Sunda.[butuh rujukan]

Armijn Pane menyajikan surat-surat Kartini dalam format berbeda dengan buku-buku sebelumnya. Ia membagi kumpulan surat-surat tersebut ke dalam lima bab pembahasan. Pembagian tersebut ia lakukan untuk menunjukkan adanya tahapan atau perubahan sikap dan pemikiran Kartini selama berkorespondensi.[butuh rujukan]

Pada buku versi baru tersebut, Armijn Pane juga menciutkan jumlah surat Kartini. Hanya terdapat 87 surat Kartini dalam "Habis Gelap Terbitlah Terang". Penyebab tidak dimuatnya keseluruhan surat yang ada dalam buku acuan Door Duisternis Tot Licht adalah terdapat kemiripan pada beberapa surat. Alasan lain adalah untuk menjaga jalan cerita agar menjadi seperti roman. Menurut Armijn Pane, surat-surat Kartini dapat dibaca sebagai sebuah roman kehidupan perempuan. Ini pula yang menjadi salah satu penjelasan mengapa surat-surat tersebut ia bagi ke dalam lima bab pembahasan.[butuh rujukan]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Fillah, Efa (2008). Kartini menemukan Tuhan: analisis wacana surat-surat R.A. Kartini tahun 1899-1904. Media Wacana Press. ISBN 978-979-18512-0-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-26. Diakses tanggal 2023-06-26. 
  2. ^ Andi Achdian (20 April 2018). "Membaca Kartini, Membaca Ulang 'Habis Gelap Terbitlah Terang'". Tirto.id. Tirto. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-30. Diakses tanggal 28 November 2019. 
  3. ^ Syaefudin, Arif (20 April 2018). "Melihat Buku Habis Gelap Terbitlah Terang, Tulisan Tangan RA Kartini". detikcom. Detik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-06. Diakses tanggal 28 November 2019. 
  4. ^ "Asal-usul". Sumbarsatu (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-26. Diakses tanggal 2023-06-26. 

Pranala luar

sunting

Door Duisternis Tot Licht

Letters of a Javanese princess