Gereja Raya

artikel daftar Wikimedia

Gereja Raya (bahasa Latin: Ecclesia Magna) adalah istilah yang digunakan di dalam historiografi Kristen perdana sebagai sebutan bagi Gereja pada kurun waktu tahun 180 sampai tahun 313, yakni jangka waktu antara agama Kristen purba sampai dengan legalisasi agama Kristen di Kekaisaran Romawi, kurang lebih sama dengan kurun waktu yang sekarang disebut zaman Ante-Nikea. "Tidak salah jika zaman itu disebut zaman Gereja Raya, menilik angka pertumbuhan Gereja, perkembangan konstitusionalnya, dan aktivitas teologisnya yang intens."[1]

Para Bapa Gereja, lukisan abad ke-11 dari Kiev

Gereja Raya juga didefinisikan sebagai "Gereja yang dibela tokoh-tokoh seperti Ignasius dari Antiokhia, Ireneus dari Lyons, Siprianus dari Kartago, dan Origenes dari Aleksandria, serta disifatkan sebagai Gereja yang menganut satu ajaran tunggal dan memelihara persatuan segenap anggotanya sekaligus menentang perpecahan sempalan-sempalan, misalnya gnostisisme, dan bidat-bidat".[2]

Pada permulaan abad ke-4, Gereja Raya, yang sekarang ini diistilahkan pula sebagai Gereja katolik (semesta) atau Gereja yang am,[3] sudah mencakup 15% populasi Kekaisaran Romawi, dan sudah siap dari segi jumlah maupun struktur untuk menjalani peran selaku Gereja negara, sampai akhirnya resmi menjadi Gereja Negara Kekaisaran Romawi pada tahun 380.[4] Meskipun demikian, kiranya keliru untuk "terlampau menonjolkan tampilan-tampilan lahiriah baru dari Gereja sehingga menyepelekan kesinambungan historisnya".[5] Gereja dengan tampilan-tampilan lahiriah baru tersebut masih Gereja yang sama dengan Gereja Purba.

Roger F. Olson mengemukakan bahwa "menurut catatan sejarah teologi Kristen yang disusun Gereja Katolik, Gereja Raya yang bersifat katolik sekaligus ortodoks bertahan hidup di belahan Dunia Barat dari zaman para rasul sampai sekarang ini, dan semua uskup yang masih bersatu dengan Uskup Roma merupakan hierarkinya",[6] atau seperti yang dikemukakan sendiri oleh Gereja Katolik, "Gereja ini, yang dibentuk dan ditata di dunia sebagai sebuah paguyuban, berada di dalam Gereja Katolik, yang dipimpin pengganti Petrus bersama uskup-uskup yang bersatu dengannya, sekalipun ada banyak unsur pengudusan dan kebenaran yang dapat ditemukan di luar struktur lahiriahnya."[7]

Kesinambungan Gereja Raya yang tanpa jeda juga dibenarkan Gereja Ortodoks Timur. "Gereja Ortodoks berpandangan bahwa Gereja Raya pada Abad Kuno (hampir sepanjang milenium pertama) terdiri atas jagat Ortodoks Timur (kebatrikan-kebatrikan Bizantin yang dikepalai Imam Besar Gereja Konstantinopel beserta Gereja-Gereja Ortodoks Slavi) di satu sisi, dan Gereja Katolik Barat yang dipimpin Imam Besar Gereja Roma di sisi lain."[8]

Kemunculan

sunting
 
Santo Ireneus

Lawrence S. Cunningham maupun James Kugel dan Rowan A. Greer secara terpisah mengemukakan bahwa pernyataan Ireneus di dalam Melawan Bidat-Bidat Bab X, 1–2 (ditulis ca. tahun 180) adalah keterangan tertulis pertama tentang eksistensi suatu "Gereja katolik" dengan seperangkat keyakinan pokok anutan bersama, bertolak belakang dengan kelompok-kelompok pembangkang yang menganut beragam ajaran.[9][10] Pernyataan tersebut adalah sebagai berikut:[9]

Gereja, sekalipun terserak ke seluruh dunia, bahkan sampai ke ujung-ujung bumi, sudah menerima iman ini dari para rasul dan murid-murid mereka, ... Seperti yang saya kemukakan sebelumnya, Gereja, sesudah menerima pewartaan dan iman ini, sekalipun terserak ke seluruh dunia, tetapi seakan-akan masih tinggal seatap, secara saksama melestarikannya. ... Karena gereja-gereja yang sudah bertapak di Jerman tidak meyakini maupun meneruskan apa-apa yang lain, gereja-gereja di Spanyol pun tidak, gereja-gereja di Galia pun tidak, gereja-gereja di Timur pun tidak, gereja-gereja di Mesir pun tidak, gereja-gereja di Libya pun tidak, gereja-gereja yang sudah terbentuk di daerah-daerah pusat dunia pun tidak. Namun sebagaimana Sang Putra, makhluk Allah itu, adalah satu dan sama di seluruh dunia, demikianlah pewartaan kebenaran bersinar di mana-mana, dan menerangi semua orang yang rela datang kepada pengetahuan akan kebenaran.

Menurut Lawrence S. Cunningham, ada dua pokok pikiran penting dalam karya tulis Ireneus yang patut dicermati. Yang pertama adalah Ireneus membedakan "Gereja" tunggal dari "gereja-gereja" jamak. Yang kedua sekaligus yang lebih penting adalah Ireneus berpendirian bahwa hanya di dalam Gereja tunggal yang lebih besar sajalah orang dapat menemukan kebenaran yang diwariskan para rasul Kristus.[9]

Pada permulaan abad ke-3, Gereja Raya yang diwacanakan Ireneus dan Kelsos di dalam karya tulis mereka sudah menyebar ke banyak kawasan penting di dunia, dan sebagian besar anggotanya berdiam di kota-kota (baca artikel Pusat-pusat awal Kekristenan).[11] Angka pertumbuhan Gereja tidak seragam di seluruh dunia. Menurut Tawarikh Arbela, jumlah seluruh uskup di negara Persia pada tahun 225 Masehi adalah 20 orang, padahal sekitar masa yang sama ada 60 orang uskup di daerah-daerah sekitar kota Roma.[11] Gereja Raya pada abad ke-3 tidaklah monolitis, karena merupakan suatu jaringan gereja-gereja lintas zona budaya yang saling terhubung lewat jalur-jalur komunikasi yang adakalanya mencakup hubungan-hubungan komunikasi antarpribadi.[11]

Gereja Raya bertumbuh pada abad ke-2 dan memasuki abad ke-3 di dua negara besar, yakni Kekaisaran Romawi dan Kekaisaran Persia, dengan jaringan kerja sama para uskup selaku unsur perekat lintas zona budaya.[12] Pada tahun 313, Maklumat Milan mengakhiri persekusi terhadap umat Kristen. Pada tahun 380, Gereja Raya sudah mengumpulkan cukup banyak pengikut sehingga layak dijadikan Gereja Negara Kekaisaran Romawi melalui Maklumat Tesalonika.[1]

Keterangan historis

sunting

Di dalam Contra Celsum bagian 5.59 dan 5.61, Bapa Gereja Origenes menyinggung tentang istilah "gereja khalayak ramai" atau "gereja raya" yang dipakai filsuf Kelsos jelang akhir abad ke-2 untuk merujuk kepada tradisi-tradisi mufakat yang muncul di kalangan umat Kristen pada masa itu, manakala Kekristenan sedang terbentuk.[13][14]

Pada abad ke-4, dalam ulasan Mazmur 22 yang ditulisnya, Santo Agustinus menafsirkan bahwa "Gereja Raya" bermakna seluruh dunia. "Apakah Gereja Raya itu, Saudara-Saudara? Apakah sejengkal bumi itu Gereja Raya? Gereja Raya berarti seluruh dunia," demikian tulisnya.[15] Santo Agustinus memaparkan lebih lanjut bahwa semua Gereja menganggap dirinya "Gereja Raya," tetapi seluruh dunia sajalah yang dapat dipandang sebagai Gereja Raya.[15]

Penguatan teologi dan perpecahan

sunting
 
Kaisar Konstantinus Agung bersama para uskup membentangkan spanduk bertuliskan syahadat Kristen yang dirumuskan pada tahun 381

Konsep-konsep teologis yang penting dikembangkan pada zaman Gereja Raya. Konsep-konsep inilah yang sekarang menjadi kerangka dari berbagai keyakinan religius sebagian besar umat Kristen.[1]

Dengan berlandaskan Kitab Suci, mistisisme yang sedang marak, dan ketakwaan yang merakyat, Ireneus membakukan sejumlah sifat Allah. Di dalam Melawan Bidat-Bidat Jilid IV Bab 19, Ireneus mengemukakan bahwa "Kebesaran-Nya tidak kekurangan apa-apa, malah menampung segala sesuatu."[16] Di dalam Melawan Bidat-Bidat Jilid I Bab X, Ireneus mengungkit pula penggunaan rumusan lama "Bapa, Putra, dan Roh Kudus" sebagai bagian dari syahadat Kristen sebagai berikut:[17]

Gereja ... percaya akan satu Allah, Bapa Yang Mahakuasa, Pencipta langit, bumi, dan samudra, beserta segala isinya; dan akan satu Kristus Yesus, Putra Allah, yang menjelma menjadi manusia demi keselamatan kita; dan akan Roh Kudus.

Sekitar tahun 213, di dalam Adversus Praxeas Bab 3, Tertulianus memaparkan suatu representasi formal dari konsep Tritunggal, bahwasanya Allah wujud sebagai satu "hakikat" tetapi memiliki tiga "Pribadi", yakni Bapa, Putra, dan Roh Kudus.[18][19] Tertulianus juga membahas tentang bagaimana Roh Kudus keluar dari Bapa dan Putra.[18] Unsur-unsur tersebut kemudian hari dibakukan Konsili Nikea I tahun 325 dan Konsili Konstantinopel I tahun 381.[20]

Pada tahun 451, segenap uskup Gereja Raya diperintahkan menghadiri Konsili Kalsedon untuk memusyawarahkan isu-isu teologis yang mengemuka ketika itu.[21] Konsili ini malah menjadi pangkal perpecahan Gereja Barat dan Gereja Timur akibat perbedaan-perbedaan Kristologis yang tampaknya sepele, dan menjadi awal terbelahnya klaim kedua belah pihak atas istilah "Gereja Raya".[21][22][23]

Teori-teori modern mengenai pembentukan Gereja Raya

sunting

Penulis-penulis Katolik maupun penulis-penulis lain kadang-kadang mengetengahkan pandangan bahwa konsep "Gereja Raya" sudah mengemuka di dalam surat-surat Paulus, misalnya kalimat "inilah ketetapan yang kuberikan kepada semua jemaat" (1 Korintus 7:17), dan di dalam karya-karya tulis para Bapa Apostolik, misalnya surat Ignasius dari Antiokhia.[24] Ilmu eksegesis bahkan mendapati pemakaian frasa ecclesia magna di dalam Alkitab Vulgata sebagai terjemahan frasa kahal rab (jemaah besar) di dalam Alkitab Ibrani (Mazmur 26:12).[25] Tafsir yang sama juga dikemukakan Paus Benediktus XVI[26] dan Martin Luther.[27]

Dennis Minns (2010) berpandangan bahwa konsep "Gereja Raya" dikembangkan para heresiolog polemikus seperti Ireneus.[28] Presentasi kesatuan dan ortodoksi umat Kristen perdana (baca artikel Kekristenan proto-ortodoks) dan kontra presentasi kelompok-kelompok seperti sempalan-sempalan yang dilabeli "Gnostis" yang dikemukakan para heresiolog terdahulu seperti Ireneus sekarang ini dipertanyakan para sejarawan.[29]

Roger E. Olson (1999) menggunakan istilah "Gereja Raya" sebagai sebutan bagi Gereja zaman Konsili Kalsedon tahun 451, manakala Batrik Konstantinopel dan Uskup Roma masih menjalin persekutuan satu sama lain.[30]

Ditandingkan dengan "Kristen Yahudi"

sunting

Istilah ini ditandingkan dengan "umat Kristen Yahudi", yang kian lama kian jelas terpisah dari Gereja Raya.[31] Wilhelm Schneemelcher dan sarjana-sarjana lain yang menulis tentang Apokrip Perjanjian Baru membedakannya dari karya-karya tulis yang dihasilkan Gereja Raya.[32][33]

Gabriele Waste (2005) adalah salah seorang sarjana Jerman yang menggunakan sebutan-sebutan serupa. "Große Kirche" (Gereja Raya) ia definisikan sebagai "Ecclesia ex gentibus" (Gereja bangsa-bangsa lain) yang ditandingkan dengan "Ecclesia ex circumcisione" (Gereja kaum bersunat).[34]

Di kalangan sarjana penutur bahasa Inggris, Bruce J. Malina (1976) menandingkan apa yang ia sebut "Yahudi Kristen" (jamak diistilahkan sebagai "Kristen Yahudi") dengan "Kekristenan yang dipandang ortodoks secara historis, yang memperkuat ideologi Gereja Raya yang baru tumbuh."[35][36]

Di kalangan sarjana penutur bahasa Prancis, istilah "Grande Église" (bahasa Latin: Ecclesia Magna) juga sudah disamakan dengan unsur-unsur Gereja Perdana yang "lebih teryunanisasi", bertolak belakang dengan unsur-unsur Gereja Perdana yang "teryahudisasi",[37] sementara Pemberontakan Bar Kokhba dipandang sebagai tahap definitif dalam perpisahan antara unsur Yahudi dan unsur Kristen "Grande Église".[38] Sarjana-sarjana yang menitikberatkan pandangan biner mengenai Kekristenan perdana semacam ini antara lain adalah Simon Claude Mimouni dan François Blanchetière.

Baca juga

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b c Karl Rahner. Encyclopedia of Theology: A Concise Sacramentum Mundi Diarsipkan 2023-08-02 di Wayback Machine.. A&C Black; 1 Januari 1975. ISBN 978-0-86012-006-3. Early Church. hlmn. 375–376.
  2. ^ The A to Z of the Orthodox Church Diarsipkan 2023-08-02 di Wayback Machine.. Rowman & Littlefield; 2010. ISBN 978-0-8108-7602-6. hlm. 143.
  3. ^ "Robert W. Allison, "Early Christianity: Diversity, Conflict, Self-Definition and Dominance" (The Wabash Center)". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-27. Diakses tanggal 2021-03-30. 
  4. ^ Pahner hlm. 378
  5. ^ Rahner hlm. 375
  6. ^ Roger E. Olson. The Story of Christian Theology: Twenty Centuries of Tradition Reform Diarsipkan 2023-08-02 di Wayback Machine.. InterVarsity Press; 1 April 1999. ISBN 978-0-8308-1505-0. hlm. 278.
  7. ^ "[[Lumen gentium]], 8". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-09-06. Diakses tanggal 2021-03-30. 
  8. ^ John Anthony McGuckin. The Eastern Orthodox Church: A New History Diarsipkan 2023-08-02 di Wayback Machine.. Yale University Press; 17 March 2020. ISBN 978-0-300-25217-0. p. 7.
  9. ^ a b c An Introduction to Catholicism karangan Lawrence S. Cunningham (16 Februari 2009) ISBN 0521846072 hlm. 4–5
  10. ^ Early Biblical Interpretation karangan James L. Kugel dan Rowan A. Greer (1 Januari 1986) ISBN 0664250130 hlm. 109.
  11. ^ a b c History of the World Christian Movement: Jilid 1: Earliest Christianity To 1453 karangan Dale T. Irvin dan Scott Sunquist (10 Januari 2002) ISBN 0567088669 hlmn. 103–107.
  12. ^ History of the World Christian Movement: Jilid 1: Earliest Christianity To 1453 karangan Dale T. Irvin dan Scott Sunquist (10 Januari 2002) ISBN 0567088669 hlmn. 107–109.
  13. ^ Birth of the Church karangan I. Davidson (22 April 2005) ISBN 1854246585 hlm. 381
  14. ^ History of the World Christian Movement: Jilid 1: Earliest Christianity To 1453 karangan Dale T. Irvin dan Scott Sunquist (10 Januari 2002) ISBN 0567088669 hlmn. 102–103
  15. ^ a b Expositions on the Book of Psalms Jilid I oleh Agustinus dari Hipo Henry Parker, Oxford, 1847 hlm. 159
  16. ^ Irenaeus of Lyons karangan Eric Francis Osborn (26 November 2001) ISBN 0521800064 hlmn. 27–29
  17. ^ Vickers, Jason E. Invocation and Assent: The Making and the Remaking of Trinitarian Theology. Wm. B. Eerdmans Publishing, 2008. ISBN 0-8028-6269-1 hlmn. 2–5
  18. ^ a b The Trinity karangan Roger E. Olson, Christopher Alan Hall 2002 ISBN 0802848273 hlmn. 29–31
  19. ^ Tertullian, First Theologian of the West karangan Eric Osborn (4 Desember 2003) ISBN 0521524954 hlmn. 116–117
  20. ^ Life in the Trinity: An Introduction to Theology with the Help of the Church Fathers karangan Donald Fairbairn (28 September 2009) ISBN 0830838732 hlmn. 48–50
  21. ^ a b Pocket History of Theology karangan Roger E. Olson dan Adam C. English (14 November 2005) ISBN 0830827048 Intervarsity Press hlmn. 46–47
  22. ^ Christ in Christian Tradition karangan Aloys Grillmeier, Theresia Hainthaler dan Pauline Allen (Agustus 1995) ISBN 0664219977 hlmn. 1–2
  23. ^ Christian Community in History Jilid 1 karangan Roger D. Haight (16 September 2004) ISBN 0826416306 hlmn. 212–213
  24. ^ Monsinyur David Bohr, Uskup Agung Timothy M. Dolan The Diocesan Priest: Consecrated and Sent Collegeville, Minnesota: Liturgical Press, 2009-2010 hlm. 42 "Istilah ordinatio mula-mula dipakai di Roma dengan makna pengangkatan pegawai negeri sipil. Tentunya konsep "Gereja Raya" sudah mengemuka di dalam surat-surat Santo Paulus (misalnya nas 1 Korintus 7:17) dan di dalam surat-surat Santo Ignasius dari Antiokhia."
  25. ^ Telesphor Smyth-Vaudry Peter's name: or, A divine credential in a name 1909 hlm. 84 "26) — "Aku mau memuji TUHAN dalam jemaah." (Mazmur 34. 18.) — "Aku mengabarkan keadilan dalam jemaah yang besar" (Mazmur. 39. 10). Sedemikian suci dan universalnya "Gereja Raya" — Ecclesia magna — yang dinubuatkan Daud, sampai-sampai musuh-musuhnya ..."
  26. ^ Joseph Ratzinger, Paus Benediktus XVI, Michael J. Miller - Dogma and Preaching: Applying Christian Doctrine to Daily Life 2011 hlm. 18 "... di mana ecclesia, atau mungkin ecclesia magna (Mazmur 22 [21]:25) merupakan sidang pendengar. Di dalam Perjanjian Baru, ada perubahan—yang memang perlu, sejauh Mazmur tersebut kini bersama situasinya muncul dari ... hipotetis dan indefinit ..."
  27. ^ Gregory of Tours: History and Society in the Sixth Century 2001 -hlm. 164 "Mengenai 'Ecclesia magna' (menurut Luther, 'khalayak ramai' Cgro8e Gemeine')) dari Hist, n 34 mengacu kepada Mazmur 35, ayat 18; mengenai 'universalis aeclesia' dari Hist, rv 42: 474, 1, lih. hlm. 166, n. 44, di bawah. 36 Hist, n 23: 68, 17f.; baca juga Bab 3 ..."
  28. ^ Denis Minns Irenaeus: An Introduction 2010 hlm. 17 "Di dalam buku ini saya presumsikan bahwa ada suatu realitas yang berpadanan dengan istilah 'Gereja Raya', dan realitas tersebut secara umum adalah seperti yang dijelaskan Ireneus. Ini memang penyederhanaan cocok, tetapi tetap saja sebuah penyederhanaan. Jika kita dapat berwacana tentang suatu 'Gereja Raya', maka salah satu sebabnya adalah karena teolog-teolog polemikus seperti Ireneus mengidentifikasi pandangan-pandangan tertentu sebagai pandangan-pandangan yang tidak selaras dengan kebenaran Kristen dan menyatakan para penganutnya sebagai orang-orang yang berada di luar paguyuban umat Kristen."
  29. ^ James L. Kugel, Rowan A. Greer Early Biblical interpretation 1986 hlm. 119 "Kaum Gnostis dibayangkan sebagai cerminan yang menyimpang dari citra Gereja Raya dengan suksesi pengajar-pengajarnya sendiri dan tolok ukur imannya sendiri. ... Kita justru harus memahami apa yang sudah berlaku sebagai kemunculan kesatuan dari kebhinekaan yang terjadi sedikit demi sedikit."
  30. ^ Roger E. Olson The Story of Christian Theology: Twenty Centuries of Tradition & ... 1999 hlm. 251 "BAGIAN V A Tale of Two Churches The Great Tradition Divides Between East & West. Sampai pada titik ini, kisah teologi Kristen merupakan kisah dari sebuah Gereja Raya yang relatif bersatu, katolik sekaligus ortodoks. Sudah kita lihat bagaimana bidat-bidat ... Seusai konsili ini, Gereja Raya diidentikkan dengan uskup-uskup yang bersatu dengan kaisar dan Batrik Konstantinopel di Timur serta Uskup Roma (juga dianggap seorang batrik) di Barat, dan ketiga pihak tersebut biasanya mempertahankan ..." hlm. 278 "Menurut catatan sejarah teologi Kristen yang disusun Gereja Katolik, Gereja Raya yang katolik dan ortodoks terus lestari dari para rasul sampai hari ini di belahan Dunia Barat, dan seluruh uskup yang masih bersatu dengan Uskup Roma ..."
  31. ^ Theological dictionary of the New Testament. Gerhard Kittel, Gerhard Friedrich – 1966 Jld. 3 – hlm. 518 EKKLESIA "48 Manakala umat Kristen Yahudi semakin jelas terpisah dari Gereja Raya, mungkin sekali mereka menyebut jemaat maupun tempat ibadat berjemaah mereka auvccycoyi!|. Pada kurun waktu terdahulu, seluruh umat Kristen, baik Yahudi maupun ..."
  32. ^ Wilhelm Schneemelcher, R. McL. Wilson New Testament Apocrypha: Writings Relating to the Apostles ...- 2003 – hlm. 414 Kisah Petrus dan Kedua Belas Rasul"... dengan pertimbangan: a) dari segi isi dan pokok pikirannya, sukar kiranya memahami teks tersebut sebagai sebuah produk Gereja Raya; teks tersebut adalah ... Cara khusus yang digunakan untuk menjelaskan kemiskinan ideal di dalam Kisah Petrus membuat orang secara naluriah ingat akan kaum Ebioni. b) ..."
  33. ^ Alois Grillmeier Christ in Christian tradition (1965), jld. 1, hlm. 45 "Disamping Targumim semacam itu, tampaknya eksistensi Midrasim Kristen-Yahudi, yakni kumpulan parafrasa Perjanjian Lama, juga dapat dibuktikan. Lebih lanjut diklaim pula bahwa sumber-sumber Kristen terdahulu, baik sumber-sumber Kristen-Yahudi maupun sumber-sumber yang berasal dari Gereja Raya, ..."
  34. ^ Minemosyne – hlm. 251 "Diese bildeten die „Ecclesia ex circumcisione", der später die aus den Heidenvölkern herkommende „Große Kirche" oder „Ecclesia ex gentibus" gegenüberstand. Die Judenchristen, zu denen die Edelsten der Nation gehörten, umfaßten ..."
  35. ^ Edwin K. Broadhead Jewish Ways of Following Jesus: Redrawing the Religious Map of ... 2010 – hlm. 33 "1) Agama Kristen Yahudi adalah "Kekristenan ortodoks yang dipahami secara historis, yang the historically perceived orthodox Christianity that undergirds the ideology of the emergent Great Church." 16 2) Agama Yahudi mengacu kepada agama Yahudi Rabani, yakni agama Yahudi golongan Farisi. 3) Agama Yahudi Kristen dalam konteks abad pertama adalah "suatu tahap ...
  36. ^ B. J. Malina, Jewish Christianity or Christian Judaism: Toward a hypothetical Definition', JSJ 8 (1976)
  37. ^ Revue théologique de Louvain Fondation universitaire de Belgique 2005– 36 hlm. 229 "Plutôt que des membres de la Grande Église séduits par le prosélytisme juif, ces chrétiens sont vraisemblablement les héritiers ..."
  38. ^ Revue des études juives: 2004 v163 hlm. 43 "... la révolte de Bar Kokhba a donc constitué une étape définitive dans la séparation entre le judaïsme et la «Grande Église». ... S.C. Mimouni, Le judéo-christianisme ancien, op. cit., et D. Marguerat, «Juifs et chrétiens: la séparation», in J.-M."