G.C.E. van Daalen (1836-1889)

Gotfried Coenraad Ernst van Daalen (23 Juli 1836 – 13 Mei 1889) adalah kapiten di Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger. Ia adalah ayah Gotfried Coenraad Ernst van Daalen Muda, yang nantinya menjadi komandan KNIL.

Pendidikan sunting

Van Daalen menempuh pendidikan di Koninklijke Militaire Academie dan pada tanggal 3 Juni 1856 diangkat sebagai letnan dua oleh Infanteri Hindia. Pada tanggal 1859 ia diangkat sebagai instruktur di sekolah meriam biasa di Meester Cornelis (kini Jatinegara, Jakarta Timur). Setelah keluar dari sekolah itu, ia ikut dalam Perang Bone (1860), dan setelah itu diangkat sebagai letnan satu.

Ekspedisi sunting

Pada tahun itu juga, ia diangkat sebagai ajudan komandan militer di Palembang, LetKol. Willem Egbert Kroesen. Dalam kedudukan itu, Van Daalen mengikuti Kroesen sebagai komandan militer ke Celebes (kini Sulawesi) dan sekitarnya. Dalam kapasitas itu, Van Daalen ikut bagian pada ekspedisi itu (April 1862) untuk meredam gejolak di Kanipi dan Turan. Pada bulan November dilancarkan ekspedisi ke Mandar (Balangnipa) dan pada tahun 1863 ke Tana Toraja.

Pada bulan Januari 1865, ia diberhentikan dengan hormat sebagai ajudan dan ditunjuk sebagai wakil staf jenderal, belakangan pada tahun 1869 ikut bergabung dalam dinas komandan KNIL, W.E. Kroesen. Dalam kedudukan ini, Van Daalen mencetak banyak andil dalam persiapan dari sejumlah perbaikan yang ada saat itu. Untuk itu, pada tahun 1870 ia dianugerahi Salib Ksatria dalam Orde van de Nederlandse Leeuw.

Perang Aceh Kedua sunting

Setelah Jend. Kroesen berhenti sebagai komandan KNIL, Kapt. Van Daalen ditunjuk ke Biro Perlengkapan Perang di Sumatera di bawah pimpinan Gustave Verspijck. Ia ditempatkan sebagai Ketua Staf Brigade II dalam Perang Aceh Kedua, dan berjasa dalam pertempuran-pertempuran berikutnya, seperti di Lembu maupun dekat Masjid Raya.

Pencemaran nama baik Loudon sunting

Atas jasa-jasanya dalam berbagai medan pertempuran, Gotfried Coenraad Ernst van Daalen diusulkan oleh Jend. Jan van Swieten dianugerahi Militaire Willems-Orde kelas 3 (suatu pengecualian untuk pangkatnya), bahkan ada pula usulan untuk menaikkan pangkatnya sebagai mayor.

Namun, pada pertemuan, GubJend. James Loudon menolak berjabat tangan, di mana paman GCE. van Daalen, E.C. van Daalen, panglima tertinggi dalam Perang Aceh Pertama setelah kematian Johan Harmen Rudolf Köhler, sebagai penyebab utama dianggap sebagai penyebab kekalahan karena awalnya Loudon mendengarkan bawahan Van Daalen sebelum versi komandan.

Selain itu, Van Daalen sudah lama menjadi ajudan komandan KNIL, Jend. yang namanya (di mata Van Daalen) yang namanya terkubur setelah kematiannya melalui pengusutan ini. Pengusutan ini menyimpulkan kegagalan pertama terjadi akibat kepemimpinan ekspedisi sementara Van Daalen (dan juga lainnya) berpikir bahwa komandan pasukan telah meminta semua bahan diperbaiki dan staf umum diangkat, tetapi secara tetap pemerintah menolaknya selama bertahun-tahun, sehingga kegagalan bukan karena tentara (berkebalikan dengan yang diduga pemerintahan lewat pemeriksaan ini).

Di pertemuan ini, ketika gubernur jenderal menyambut perwira dari angkatan utama ekspedisi kedua atas keadaan lukanya memintanya berjabat tangan, ditolak dan dengan demikian wakil raja dihina di depan umum.

Pengunduran dari pasukan sunting

Kasus ini dibawa ke dewan penyelidikan dan banyak yang berpikir bahwa pengunduran perwira yang memang berjasa bakal terjadi. Namun, dewan memutuskan dan menyatakannya tidak bersalah atas tuduhan pelanggaran. Berdasarkan Dekret Kerajaan tertanggal 24 November 1859, pemerintah (juga Loudon) harus memberi kebebasan pada perwira yang dinyatakan tidak bersalah oleh dewan penyelidikan secara terhormat dan dengan hak pensiun penuh dibebastugaskan, dan hal itu kemudian digunakan oleh Loudon karena lebih memilih Van Daalen diberhentikan secara tidak hormat.

Tak dianugerahi Militaire Willems-Orde sunting

Nama van Van Daalen tetap ada dalam daftar pencalonan Militaire Willems-Orde, tetapi ia didiskualifikasi oleh menteri jajahan dan namanya dihapus oleh raja. Lalu ia banting setir bekerja di pabrik gula yang ada di Surabaya berkat bantuan sahabatnya Guenther von Bueltzingsloewen.

Rujukan sunting

  • Kepper G. 1874. De oorlog tussen Nederland en Atchin. Rotterdam: Nijgh & van Ditmar.
  • Van Swieten J. 1879. De waarheid over onze vestiging in Atjeh. Zaltbommel: Johan Noman en Zoon.
  • Arsip G.C.E. van Daalen Tua di Lembaga Sejarah Sosial, Amsterdam.
  • 1889. Kapitein G.C.E. van Daalen. Indisch Militair Tijdschrift. Hal. 591-595.