Yohannes Bosco

(Dialihkan dari Don Bosco)

Santo Yohannes Bosco (bahasa Italia: Castelnuovo Don Bosco, 16 Agustus 1815 – 31 Januari 1888)[1] atau lebih akrab dipanggil Don Bosco adalah seorang pendidik dan pastor Katolik. Ia mendirikan Kongregasi istimewa untuk melayani kaum muda yang bernama Serikat Salesian. Nama tersebut diambil atas Santo Fransiskus dari Sales, supaya mereka meneladani kebaikan hati dan kelemahlembutannya. Kini Kongregasi ini tersebar di seluruh dunia dan mengelola berbagai lembaga pendidikan khususnya dibidang pertukangan.

Yohannes Bosco

Pengalaman hidupnya membuat dia bertekad untuk menjadi bapak, sahabat dan guru bagi anak-anak yang diasuhnya. Ia kehilangan ayahnya, kehilangan Luigi Comollo sahabat karibnya dan kehilangan Don Calosso yang menjadi gurunya. Karena itu selain dijuluki sebagai 'Bapak Kaum Muda', Don Bosco juga dijuluki sebagai 'Bapa, Guru dan Sahabat kaum muda'.

Yohanes Bosco merupakan satu-satunya Orang Kudus (Santo) yang mempunyai hampir 20 orang pengikut berusia muda (kurang dari 20 tahun) yang diakui oleh gereja dan sedang menjalani proses untuk menjadi orang kudus. Tidak heran jika gereja pun mengangkatnya sebagai Pelindung Kaum Muda.

Salah satu pengikut dari Don Bosco yang cukup terkenal adalah St. Dominic Savio yang merupakan Orang Kudus non-martir yang paling muda usianya ketika ia wafat. Dominic Savio wafat ketika berusia 14 tahun dan merupakan salah seorang murid yang mendapat pengajaran langsung dari Yohanes Bosco. Salah satu orang kudus lain yang menjadi pengikut dari Yohanes Bosco adalah Laura Carmen Vicuna yang lebih dikenal dengan Laura Vicuna yang juga wafat pada usia 13 tahun.

Masa kecil sunting

Santo Yohannes Bosco dilahirkan di desa Becchi dekat Castelnuovo, Keuskupan Turin - Italia pada tanggal 16 Agustus 1815.[2] Ia adalah anak terkecil dari Francesco Bosco (1780–1817) dan Margeret Occhiena. Ia memiliki dua saudara laki-laki yang lebih tua, yaitu Antonio dan Giuseppe (1813–1862).[2] Pada masa kelahirannya, penduduk wilayah pedesaan Piedmont sedang mengalami kekurangan dan kelaparan, sebagai akibat dari peperangan era Napoleon dan kekeringan yang melanda pada tahun 1817.[3] Ayahnya meninggal waktu ia masih kecil, sehingga ia mengalami masa kecil yang prihatin.

Karya sunting

Setelah ditahbiskan menjadi Imam pada usia 26 tahun, Don Bosco banyak berkarya di bidang pendidikan kaum muda telantar di kotanya. Sejak masih muda, dia memang sering mengumpulkan anak-anak. Awal mula karya Don Bosco untuk anak telantar terjadi ketika suatu pagi, dia sedang bersiap-siap merayakan Ekaristi, lalu datang seorang anak gelandangan. Don Bosco memberikan perhatian kepada anak tersebut sehingga dia merasa senang dan berjanji akan datang kembali. Beberapa hari kemudian, anak itu kembali membawa teman-teman gelandangan lain yang berpakaikan kumal, berwajah lesu, kelaparan, kurang sopan, dan kasar dalam bertutur kata. Don Bosco tetap menerima mereka dan sejak saat itu, ratusan anak muda berkumpul setiap hari di kapel dan pada malam hari mereka menuntut ilmu di sekolah yang dibuka khusus untuk mereka.

Dengan pandangan praktis namun penuh humor, ia berhasil menjadi pendidik sejati yang tidak bertolak pada teori buku-buku, tetapi lebih kepada kebutuhan konkret karena mengerti jiwa kaum muda. Ia membimbing kaum muda dengan tegas tanpa kekerasan, yaitu dengan mengikutsertakan mereka dalam usaha saling mendidik.

Akhir hidup sunting

Karena keletihan dengan kerjanya yang tak kunjung habis, Don Bosco meninggal pada tanggal 31 Januari 1888 di Turin. Dia diumumkan Venerabel oleh Paus Pius X pada 1907, diberkati oleh Paus Pius XI pada 1929, dan dikanonisasi oleh Pius XI pada 1 April 1934.

Referensi sunting

  1. ^ Giovanni Battista Lemoyne (1965). The Biographical Memoirs of Saint John Bosco (1rst ed., Volume I, 1815 - 1840, p.26). New York, Salesian Publisher, Inc.
  2. ^ a b Lemoyne, Giovanni Battista (1965). The Biographical Memoirs of St. John Bosco. New York: Salesiana Publisher, Inc. hlm. 20–28. 
  3. ^ The Piedmont drought lasted from 1817 to 1819. See The Majesty of Charleston by Peter Beney, p.64, 2005 edition.

Pranala luar sunting