Djohan Sjahroezah

pahlawan nasional Indonesia

Djohan Sjahroezah (26 November 1912 – 2 Agustus 1968)[1] adalah pejuang dan politikus Indonesia yang menjabat Sekretaris Jenderal Partai Sosialis Indonesia (PSI). Ia adalah salah seorang tokoh pergerakan bawah tanah dalam zaman revolusi kemerdekaan Indonesia. Ia merupakan salah seorang anggota Badan Pekerja KNIP dan anggota parlemen.

Djohan Sjahroezah
Lahir(1912-11-26)26 November 1912
Belanda Muara Enim, Sumatera Selatan, Hindia Belanda
Meninggal2 Agustus 1968(1968-08-02) (umur 55)
Jakarta
KebangsaanIndonesia
PekerjaanPejuang Kemerdekaan
Dikenal atasTokoh Partai Sosialis Indonesia
GelarSekretaris Jenderal Partai Sosialis Indonesia
Partai politikPartai Sosialis Indonesia
Suami/istriViolet Hanifah (Yoyet) Salim
AnakIlya Arslaan Sjahroezah
Radha Kamal Sjahroezah
Sjahrizal Sjahroezah
Zainatun Radena Sjahroezah
Agustanzil Sjahroezah

Riwayat sunting

Djohan Sjahroezah lahir sebagai anak sulung dari tujuh bersaudara dari pasangan suami istri Tanzil Maroehoem Diatjeh, seorang pegawai negeri yang bekerja di Topografischen Dienst[2] Hindia Belanda dan Radena.[3] Ibunya adalah anak dari Mohamad Rasjad gelar Maharadja Soetan dan Kiam.[4] Ibunya bersaudara kandung seayah seibu dengan Roehana Koeddoes[5] dan bersaudara tiri seayah dengan Soetan Sjahrir.[6]

Djohan Sjahroezah melalui masa pendidikannya di Medan (ELS), Bandung (MULO), Jakarta (AMS), serta mengikuti macam-macam kursus mandiri yang diselenggarakan oleh Golongan Merdeka di berbagai kota.

Ketika menjadi aktivis PPPI, ia menulis artikel di majalah Indonesia Raya yang mengecam keras kerja sama dengan Belanda. Akibatnya ia ditangkap dengan tuduhan menghasut untuk berbuat kekacauan. Ia diadili dan dihukum penjara selama 1,5 tahun di penjara Sukamiskin, Bandung. Selepas dari penjara, ia menjalin pergerakan dengan teman-temannya yang tidak dibuang ke Digul untuk melanjutkan PNI-Pendidikan.

Pada tahun 1937, bersama Mr. Soemanang, Adam Malik dan Pandoe Kartawiguna mendirikan KB Antara yang kelak menjadi kantor berita nasional hingga sekarang, di mana Mr. Soemanang menjadi Direktur, Adam Malik sebagai Redaktur merangkap Wakil Direktur, dan Pandoe Kartawiguna sebagai Administratur. Tahun 1941 diutus oleh Mr. Soemanang bersama Adam Malik ke rumah Sugondo Djojopuspito (Tjioedjoengweg - Jl. Telukbetung belakang HI) agar Sugondo bersedia menjadi Direktur KB Antara, sedangkan Adam Malik tetap sebagai Redaktur/Wakil Direktur.

Pada masa pendudukan Jepang, ia mendirikan beberapa serikat buruh, terutama di industri perminyakan.[7] Setelah kemerdekaan, bersama Sutan Sjahrir ia membentuk Paras dan Parsi yang kemudian bergabung menjadi Partai Sosialis Indonesia. Dalam partai tersebut ia duduk sebagai sekretaris jenderal, dan mewakili partai dalam parlemen.

Pada tahun 1960, PSI dibubarkan dan beberapa pimpinannya dipenjarakan. Disaat otoriterisme Soekarno merajalela, PSI di bawah komandonya tetap menjadi organ politik yang kritis dan diperhitungkan. Djohan merupakan pribadi yang cukup pandai dalam membaca situasi, baik pada masa penjajahan Belanda, Jepang, maupun Orde Lama. Dia merupakan pemimpin yang mengakar kepada rakyatnya, dan dihormati baik oleh kawan maupun lawan.[8]

Keluarga sunting

Djohan merupakan putra Minangkabau asal Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat. Istrinya, Violet Hanifah (Yoyet) yang dinikahinya pada tahun 1937 adalah putri Haji Agus Salim. Dirinya ia dikaruniai lima orang putra dan putri. Djohan juga merupakan kemenakan Sutan Sjahrir.

Referensi sunting

Pranala luar sunting