Walabi Esem[3] atau dikenal dengan nama Djief dalam bahasa Ayamaru, adalah spesies marsupialia dalam famili Macropodidae. Hewan ini ditemukan di Pulau Papua dan beberapa pulau sekitarnya seperti Misool, Salawati, dan Kepulauan Yapen.[2]

Walabi Esem
Djief[1]
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Domain: Eukaryota
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Infrakelas: Marsupialia
Ordo: Diprotodontia
Famili: Macropodidae
Genus: Dorcopsis
Spesies:
D. muelleri
Nama binomial
Dorcopsis muelleri
(Schlegel, 1866)
Sinonim

Taxonomi

sunting

Spesies ini awalnya disebut Kangurus veterum oleh Rene Lesson. Akan tetapi karna tidak adanya holotipe menyebabkan kebingungan apakah nama ini berlaku untuk spesies ini atau Unijo kelabu. Jean Quoy dan Joseph Gaimard berikutnya memberi nama: Kangurus brunii, akan tetapi nama ini telah terpakai. Berikutnya yang memberi nama adalah Hermann Schlegel dengan nama: Macropus muelleri, 25 tahun kemudian.[4]

Spesies ini sudah disebut Dorcopsis muelleri sejak 1866; walaupun begitu, banyak jurnal dan penulis lainnya masih menggunakan nama dari Lesson, walaupun muelleri tidak ada dalam publikasinya pada tahun 1827.[5] American Society of Mammalogists[4] mengakui Schlegel sebagai penulis awal, akan tetapi publikasi 2005 oleh Wilson & Reeder berjudul Mammal Species of the World[1] dan ITIS mencatat Lesson.

Nama ilmiah spesies berasal dari Salomon Muller, seorang naturalis dan taxidermist asal Belanda yang bekerja untuk Schlegel.[6]

Deskripsi

sunting

Ada lima subspecies dari Dorcopsis muelleri yang diakui. Garis punggung (dorsal) berwarna coklat kusam, coklat kemerahan, atau coklat kekuningan, sedangkan bagian bawah berwarna putih, krim kekuningan, atau abu-abu. lengannya biasanya berwarna lebih muda dari bagian punggung dan ujung ekornya tidak berbulu.[7]

Distribusi dan Habitat

sunting

Walabi esem ini endemik di wilayah barah Pulau Papua (Papua Barat Daya, Papua Barat, Selatan, Tengah dan Papua) dan beberapa pulau sekitarnya seperti beberapa wilayah di Kepulauan Raja Ampat (Pulau Misool, Salawati, Batanta, dan Waigeo), serta Kepulauan Yapen.[7] Habitatnya berupa rawa tropis dan wilayah yang terendam air dalam musim hujan, selain itu dipercaya mereka bisa hidup di hutan sekunder seperti taman yang ditinggalkan.[2]

Arkeologi

sunting

Beberapa tulang ditemukan di lantai gua yang digunakan pemburu masa lampau sekitar 26.000 tahun yang lalu. Dimana 75-80% berasal dari walabi esem atau dalam nama lokal berdasarkan penjelasan Elimas Kambuaya disebut Djief, sehingga penghuni gua tersebut disebut "pemburu djief".[8]

Status konservasi

sunting

Hewan ini memiliki distribusi yang luas. Mereka bisa ditemukan di pesisir selatan walau jarang ditemui di tengah peninsula kepala burung. Secara garis besar populasinya stabil, karena kebanyakan wilayahnya tidak ditempati manusia. Akan tetapi beberapa wilayahnya yang dekat dengan manusia teracam oleh industri penebangan kayu sperti di Kepulauan Yapen, atau pembukaan lahan hutan untuk pertanian. Walaupun diburu sebagai sumber makanan, species ini tidak terancam, karena itu IUCN menetapkan sebagai "Spesies risiko rendah".[2]

Referensis

sunting
  1. ^ a b Groves, Colin P. (16 November 2005). "Order Diprotodontia (pp. 43-70)". Dalam Wilson, Don E., and Reeder, DeeAnn M., eds. [http://google.com/books?id=JgAMbNSt8ikC&pg=PA62 Mammal Species of the World: A Taxonomic and Geographic Reference] (edisi ke-3rd). Baltimore: Johns Hopkins University Press, 2 vols. (2142 pp.). hlm. 62. ISBN 978-0-8018-8221-0. OCLC 62265494.  Hapus pranala luar di parameter |title= (bantuan)
  2. ^ a b c d Leary, T.; Singadan, R.; Menzies, J.; Helgen, K.; Allison, A.; James, R.; Flannery, T.; Aplin, K.; Dickman, C.; Salas, L. (2016). "Dorcopsis muelleri". 2016: e.T6800A21952423. doi:10.2305/IUCN.UK.2016-2.RLTS.T6800A21952423.en. 
  3. ^ "Checklist of the mammals of Indonesia : scientific name and distribution area table in Indonesia including CITES, IUCN, and Indonesian category for conservation | WorldCat.org". search.worldcat.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-12-09. 
  4. ^ a b "Dorcopsis muelleri (Schlegel, 1866)". ASM Mammal Diversity Database. American Society of Mammalogists. Diakses tanggal 2 March 2024. 
  5. ^ Lesson, Rene (1827). "Zoologie, par MM. Lesson et Garnot". Voyage autour du monde, Execute par Ordre du Roi, Sur la Corvette de La Majeste, La Coquille, pendans les annees 1822, 1823, 1824 et 1825 sous le ministere et conformement aux instructions de S. E. M. le Marquis de Clermont-Tonnerre, Ministre de la Marine; Et public sons les auspices de son excellence Mgr le Cte de Chabrol, ministre de la Marine et des Colonies, par M. L. I. Duperrey, capitaine de fregate, chevalier de Saint-Louis et membre de la legion d'honneur commandant de l'expedition. 1 (1): 164. Diakses tanggal 2 March 2024. 
  6. ^ Beolens, Bo; Grayson, Michael; Watkins, Michael (2009). The Eponym Dictionary of Mammals. 2715 North Charles Street Baltimore, Maryland 21218-4363: The Johns Hopkins University Press. hlm. 286. ISBN 978-0-8018-9304-9. 
  7. ^ a b "Brown Dorcopsis: Dorcopsis muelleri Lesson, 1827". Papuan mammals. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-04-19. Diakses tanggal 2014-06-17. 
  8. ^ Pasveer, J. M. (2004) The Djief Hunters, 26,000 Years of Rainforest Exploitation on the Bird's Head of Papua, Indonesia. p. 204. Modern Quaternary Research in Southeast Asia, vol. 17. ISBN 978-9058096630