IS-54 dan IS-136 adalah sistem telepon seluler generasi kedua (2G), dikenal dengan nama lain Digital AMPS (D-AMPS). Kedua sistem ini adalah pengembangan dari teknologi seluler Advanced Mobile Phone System (AMPS), dan pernah populer digunakan di Amerika Serikat dan Kanada sejak diluncurkan secara komersial pada 1993.[1] Saat ini, D-AMPS sudah banyak digantikan oleh teknologi GSM/GPRS atau CDMA2000. Nama lain dari D-AMPS adalah TDMA, walaupun kurang tepat karena TDMA sebenarnya juga terdapat pada jaringan 2G lain seperti GSM.

D-AMPS menggunakan jaringan AMPS yang sudah tersedia, sehingga memungkinkan transisi dari sistem analog ke digital di area yang sama. Kapasitas ditingkatkan dengan membagi masing-masing 30 pasangan saluran kHz menjadi tiga slot waktu dan data suara dikompresi secara digital, sehingga kapasitas panggilanya menjadi tiga kali dari sebelumnya dalam satu sel. Sistem digital juga membuat panggilan lebih aman (pada awalnya), karena scanner analog tidak dapat mengakses sinyal digital, walaupun kemudian juga diketahui bahwa sistem enskripsinya bernama CMEA relatif lemah.[2] IS-54 adalah sistem komunikasi seluler pertama yang cukup mementingkan keamanan, dan yang pertama menggunakan teknologi TDMA.[3]

IS-136 menambahkan sejumlah fitur dari pendahulunya, IS-54, seperti SMS, circuit switching data (CSD), dan kompresi yang ditingkatkan. SMS dan CSD dalam D-AMPS sendiri hampir sama skemanya seperti GSM.

Sejarah

sunting

Seiring perkembangan teknologi seluler, pasar menunjukkan permintaan yang meningkat, namun semakin lama melebihi kapasitas yang dapat dioperasikan oleh standar komunikasi seluler AMPS yang ada saat itu. Misalnya, sistem Bell Labs pada tahun 1970-an hanya dapat melakukan 12 panggilan pada satu waktu di seluruh New York City. AMPS menggunakan Frequency Division Multiple Access (FDMA) yang memungkinkan banyak antenanya untuk dibangun berdekatan satu sama lain.

AMPS juga memiliki banyak kekurangan. Pada dasarnya, AMPS tidak memiliki kemampuan untuk menampung penggunaan komunikasi seluler yang terus meningkat. AMPS juga memiliki sistem keamanan yang buruk. Karena itulah, banyak penelitian yang berusaha mencari sistem yang lebih baik dibanding AMPS.

Hasilnya diciptakanlah IS-54, standar 2G pertama di AS. Pada bulan Maret 1990, kemudian juga dibentuk standar IS-54B, yang merupakan standar seluler digital ganda pertama Amerika Utara. Standar ini mengalahkan N-AMPS Motorola yang masih analog namun dengan lebih banyak kapasitas.

Dengan menggunakan IS-54, operator seluler dapat mengubah suara analog menjadi digital. Sebuah telepon seluler yang bermode ganda menggunakan saluran digital jika tersedia, dan secara default menggunakan AMPS yang analog jika tidak tersedia. IS-54 kompatibel dengan jaringan seluler analog dan beroperasi secara berdampingan di saluran radio yang sama dengan AMPS. IS-54 juga mampu mengurangi kejahatan dengan fitur otentikasi.

IS-136

sunting

Pada tahun 1993, jaringan seluler Amerika kembali kelebihan kapasitas, meskipun sudah banyak berpindah ke IS-54 karena makin meroketnya jumlah pelanggan. Karena itulah, banyak teknologi baru yang berusaha dikembangkan, dengan dasarnya dari IS-54.

Upaya untuk meningkatkan IS-54, dilakukan dengan menambahkan saluran ekstra. Perubahan ini menjadi sistem baru bernama IS-136. Tidak seperti IS-54, IS-136 menggunakan pembagian waktu dengan multipleksing dalam transmisi sinyalnya. Saluran kontrol yang sudah digital memungkinkan IS-136 memperluas cakupannya di perumahan dan dalam gedung, meningkatkan kapasitas baterai, mampu menghadirkan beberapa fitur seperti aplikasi pengiriman pesan, dan berbagai hal lainnya. Sistem IS-136 juga dimaksudkan untuk mendukung telepon AMPS yang sudah beredar sebelumnya. IS-136 menambahkan sejumlah fitur ke spesifikasi IS-54 asli, seperti pesan teks, circuit switched data (CSD), dan protokol kompresi yang ditingkatkan.

Berakhirnya operasional D-AMPS

sunting

AT&T Mobility, operator AS terbesar yang mengoperasikan D-AMPS (dipasarkan sebagai TDMA), pada akhirnya menutup jaringannya agar frekuensinya bisa digunakan dengan sistem GSM dan UMTS. Penutupan ini dimulai sejak 30 Mei 2007 dengan awalnya untuk jaringannya yang beroperasi di 1900 MHz, tetapi pada 18 Februari 2008 jaringannya yang beroperasi di 850 MHz juga dihapuskan kecuali untuk wilayah yang menjadi layanan Dobson Communications. Jaringan TDMA dan AMPS Dobson ditutup pada 1 Maret 2008. Operator lain di AS, Alltel menutup jaringan D-AMPS dan AMPS mereka pada September 2008, dan US Cellular yang merupakan operator AMPS dan D-AMPS terakhir di sana resmi menghentikan operasi kedua jaringan ini pada Februari 2009.

Pada tanggal 31 Mei 2007, Rogers Wireless Kanada menonaktifkan jaringan D-AMPS dan AMPSnya dan memindahkan pelanggannya yang menggunakan dua jaringan tersebut ke GSM.

D-AMPS di Indonesia

sunting

Dari tiga operator AMPS (Komselindo, Metrosel dan Telesera), hanya Komselindo yang tercatat dapat mengoperasikan D-AMPS, yang dihadirkan beberapa waktu setelah peluncuran operasionalnya (sekitar 1995-1996). Sebenarnya, dua operator lain juga tercatat ingin meningkatkan jaringannya ke D-AMPS, tetapi kemudian diubah targetnya untuk menjadi CDMA (spesifiknya, CDMAOne).[4][5] Termasuk Komselindo, bisa dikatakan konversi ke D-AMPS ini hanyalah langkah awal untuk berpindah ke sistem CDMA.[6] Namun, pada akhirnya konversi dan operasional CDMA Komselindo yang diluncurkan pada 2000 ini pun tidak sukses, dan bisa dikatakan bahwa pada saat itu Komselindo mengoperasikan CDMAOne, AMPS dan D-AMPS secara bersamaan. Pada akhirnya perusahaan ini dijadikan anak usaha Mobile-8 dan pelanggannya dikonversi ke layanan Fren milik Mobile-8 pada 2003 yang bersistem CDMA2000, mengakhiri operasi jaringan D-AMPS di Indonesia.[7]

Referensi

sunting