Di Tepinya Sungai Serayu

"Di Tepinya Sungai Serayu" adalah lagu keroncong yang diciptakan oleh penyanyi-pencipta lagu Indonesia asal Banyumas Soetedja Poerwodibroto. Lagu ini mendeskripsikan situasi Sungai Serayu. Ia menulis lagu ini setelah diajak oleh ayah angkatnya Soemandar naik perahu mengarungi sungai tersebut.

"Di Tepinya Sungai Serayu"
Lagu oleh Soetedja Poerwodibroto
GenreKeroncong
PenciptaSoetedja Poerwodibroto

Latar belakang dan komposisi sunting

Soetedja mengenyam pendidikan di AMS Bandung. Saat ia bersekolah, ia juga berguru piano kepada seorang Belanda.[1] Dari kemampuannya memainkan piano itulah, ia berkeinginan untuk menjadi seorang musikus. Namun, keluarga Soemandar menolak keinginan Soetedja karena keluarga angkatnya itu memintanya untuk menjadi seorang dokter atau ahli hukum. Soetedja diancam untuk diusir dari keluarga Soemandar dan meninggalkan Banyumas. Ia berlayar menemui Sultan Pontianak lalu melatih anak-anaknya bermusik. Akibat kepergiannya itu, Soetedja dibujuk oleh keluarga Soemandar untuk pulang karena Soemandar jatuh sakit, dan mereka bersedia untuk membiayai Soetedja studi musik di Eropa.[2]

Saat Soetedja pulang ke Jawa, Soemandar mengajaknya mengarungi Kali Serayu dengan perahu. Dengan menggunakan pengalamannya itu, ia menulis lagu berjudul "Di Tepinya Sungai Serayu".[2]

Lagu tersebut menjadi salah satu standar keroncong modern, seperti halnya karya Gesang atau Ismail Marzuki. Karena sama-sama mendeskripsikan sungai besar di Jawa, lagu ini menjadi objek komparasi oleh Hary Sulistyo dengan "Bengawan Solo" karya Gesang, tetapi keduanya memiliki perbedaan. Kedua sungai dalam kedua lagu tersebut digambarkan dengan kekhasannya masing-masing. Lirik lagu "Bengawan Solo" lebih banyak memuat kondisi dan sumber airnya, arah alirannya, serta fungsinya sebagai jalur perdagangan lewat sungai. Sementara itu lirik "Di Tepinya Sungai Serayu" memuat kekhasan Sungai Serayu seperti karakteristik air dan alirannya, latar belakang Gunung Slamet, serta pemanfaatannya sebagai sumber irigasi sehingga Soetedja menyebut Sungai Serayu sebagai "pujaan bapak tani".[3]

Penggunaan dalam media sunting

Versi lonceng dan keroncong dengan vokal dalam lagu "Di Tepinya Sungai Serayu" digunakan sebagai melodi penyambutan kereta api di stasiun-stasiun Kereta Api Indonesia Daop V Purwokerto.[4]

Referensi sunting

  1. ^ Bayudi, W. (2019). Terlengkap Kumpulan Lagu Wajib Nasional, Lagu Daerah, dan Lagu Anak Indonesia. Yogyakarta: Laksana. hlm. 182. ISBN 979-0-9013910-4-8. 
  2. ^ a b Wicaksono, Megandika (2018-11-15). "Mengenal Soetedja, Pencipta Lagu "Di Tepinya Sungai Serayu"". Kompas.id. Diakses tanggal 2021-11-22. 
  3. ^ Sulistyo, H. (2020). "Politik spasial dalam lirik lagu "Bengawan Solo" dan "Di Tepinya Sungai Serayu": Analisis Pascakolonial Sara Upstone" (PDF). Atavisme. 23 (2): 153. 
  4. ^ Anggraeni, A.U. "5 Stasiun Kereta Api Unik Suguhi Lagu Keroncong, Purwokerto Bisa Buat Penumpang Rindu". iNews Purwokerto. Diakses tanggal 2022-06-20.