Dalmatik

Jubah pendek berlengan lebar yang dikenakan masyarakat Romawi Kuno dan Romawi Timur yang kemudian hari diadopsi menjadi pakaian ibadat Kristen

Dalmatik adalah semacam jubah pendek berlengan lebar yang dijadikan salah satu vestimentum atau pakaian ibadat di Gereja Katolik Roma, gereja Anglikan, gereja Methodis, dan beberapa gereja lain. Dalmatik adalah pakaian khusus para diakon dalam pelaksanaan Misa, perayaan Ekaristi, maupun ibadat-ibadat lain seperti upacara pembaptisan atau perkawinan yang diserangkaikan dengan perayaan Ekaristi. Sekalipun jarang, dalmatik juga dikenakan para uskup melapisi alba, dan selanjutnya dilapisi lagi dengan kasula. Dalmatik semacam ini disebut "dalmatik pontifikal".

Dalmatik
Diakon Katolik Roma mengenakan sehelai dalmatik

Sebagaimana kasula bagi imam dan uskup, dalmatik adalah pakaian luar dan sepatutnya diselaraskan dengan warna liturgi yang sedang berlaku. Sering kali dalmatik dibuat dari bahan yang sama dan diberi hiasan yang sama dengan kasula, sehingga menghasilkan selengkap vestimentum yang seiras. Seperangkat vestimentum Misa meriah tradisional mencakup kasula, dalmatik, dan tunik.

Dalmatik juga dikenakan Kepala Negara Kerajaan Inggris Raya dalam upacara penobatan.

Sejarah sunting

Di Kekaisaran Romawi, dalmatik adalah jubah pendek khas daerah Dalmatia yang berlengan longgar, dilengkapi jalur-jalur pita lebar (clavi), dan kadang-kadang rumit rancangannya. Dalmatik sudah menjadi busana lumrah bagi perempuan kalangan atas menjelang akhir abad ke-3 Masehi. Lukisan perempuan mengenakan dalmatik menghiasi sejumlah kecil potret jenazah pada kain kafan dari zaman penjajahan Romawi di Mesir yang ditemukan di Antinoopolis.[1] Peninggalan-peninggalan tertulis memuat catatan tentang dalmatik-dalmatik yang dihadiahkan kaisar kepada orang-orang tertentu.[2]

Dalmatik merupakan jenis pakaian yang lumrah dikenakan orang ketika khazanah pakaian gerejawi baru mulai dikembangkan pada abad ke-4. Orang-orang kalangan atas mengenakan dalmatik sebagai jubah luar untuk melapisi jubah dalam yang lebih panjang. Bagi orang-orang dari kalangan bawah, dalmatik adalah pakaian terpanjang yang mereka kenakan.

Dalmatik adalah salah satu jenis jubah Romawi Timur, dan diadopsi Kaisar Rusia Pavel I sebagai busana upacara penobatan dan peribadatan. Pada ikon-ikon Kristus Raja ala Kristen Ortodoks, Yesus Kristus digambarkan mengenakan dalmatik selaku raja sekaligus imam agung.[3]

Gereja Roma sunting

 
Diakon mengenakan dalmatik dan bireta

Dalmatik adalah jubah berlengan lebar dengan panjang selutut atau lebih. Pada abad ke-18, sisi bawah lengan lazimnya dibelah sehingga dalmatik menjadi semacam mantel seperti skapulir dengan satu lubang tempat meloloskan kepala dan dua potong kain persegi yang tergantung menutupi lengan atas. Dalmatik modern cenderung lebih panjang, sisi bawah lengan tersambung, dan sisi samping jubah di bawah lengan dibelah. Hiasan khas dalmatik adalah dua jalur pita yang dijahit membujur dari pundak sampai ke ujung jubah. Di dalam budaya Gereja Roma, pita-pitanya tidak begitu lebar dan kadang-kadang dihubungkan sejalur pita melintang yang dijahit melintang pada bagian bawah jubah. Di luar Roma, pita-pitanya agak lebar, sementara pita penghubung dijahit melintang pada bagian atas jubah. Dalam Misa Meriah Pontifikal, uskup mengenakan dalmatik (biasanya lebih tipis daripada dalmatik biasa) sebelum mengenakan kasula. Dalam ibadat-ibadat meriah yang digelar lembaga kepausan, Sri Paus didampingi dua orang kardinal-diakon yang mengenakan dalmatik dan mitra simplex (mitra putih polos).

Di Gereja Katolik Roma, subdiakon mengenakan sejenis vestimentum yang disebut tunik. Mula-mula bentuk tunik berbeda dari bentuk dalmatik, tetapi akhirnya dibuat mirip dengan dalmatik pada abad ke-17, meskipun hiasan pada tunik lebih sedikit daripada hiasan pada dalmatik, biasanya tunik hanya dihiasi sejalur pita melintang sementara dalmatik dihiasi dua jalur pita melintang. Selain itu, tidak seperti diakon, subdiakon tidak mengenakan stola sebelum mengenakan tunik. Kini tunik sudah jarang dijumpai di Gereja Katolik Roma, karena hanya paguyuban-paguyuban rohaniwan berizin khusus saja yang masih memiliki subdiakon, misalnya Persaudaraan Imam-Imam Santo Petrus.

Menurut tradisi, diakon Ritus Romawi tidak mengenakan dalmatik sepanjang masa Prapaskah. Sebagai ganti dalmatik, tergantung pada tata ibadatnya, diakon mengenakan kasula tergulung atau vestimentum yang disebut stola lebar, lambang dari kasula yang digulung ke atas. Tradisi ini berasal dari masa lampau, ketika dalmatik masih dianggap sebagai pakaian sekuler sehingga tidak pantas dikenakan pada masa Prapaskah yang bernuansa pertobatan.

Kristen Timur sunting

 
Uskup mengenakan sakos

Dalam Ritus Bizantin, uskup biasanya mengenakan sakos, sejenis vestimentum berpotongan gombroh dengan banyak hiasan rumit yang biasanya dikenakan sebagai lapisan terluar menggantikan felonion, vestimentum khas imam. Sebagaimana felonion yang setara dengan kasula dan korkap di Gereja Barat, sakos juga berasal dari khazanah adibusana Kaisar Romawi Timur, dan oleh karena itu sama asal-usulnya dengan dalmatik Gereja Barat.

Dalam semua ritus Timur, stikharion (setara dengan alba di Gereja Barat), vestimentum yang dikenakan diakon dan rohaniwan tingkat rendah, kadang-kadang disebut "dalmatik".

Rujukan sunting

  1. ^ Susan Walker, Ancient Faces: Mummy Portraits in Roman Egypt (Taylor & Francis, 2000), hlm. 25, 36.
  2. ^ Walker, Ancient Faces, hlm. 92.
  3. ^ Uspenskii, B. A., Tsar' i Patriarkh: kharizma vlasti v Rossii, Moscow, Shkola "Iazyki russkoi kul'tury," 1998, 176.

Pranala luar sunting