Dagangan, Madiun

kecamatan di Madiun, Jawa Timur

Dagangan adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Madiun yang berada di selatan. Wilayah Dagangan cukup luas dari dataran rendah di barat hingga mencapai lereng Gunung Wilis di timur. Kawasan lereng gunung ini terkenal sebagai sentra durian di Madiun yang banyak ditanam di Desa Segulung dan sekitarnya. Bahkan Segulung juga memiliki durian varietas lokal yaitu "durian kawuk" yang banyak diburu pecinta durian.[1][2] Selain durian, Dagangan juga dikenal dengan tempat wisata alamnya yang hijau dan sejuk yaitu Watu Rumpuk di Desa Mendak.[3]

Dagangan
Masjid Al-Basyariyah Sewulan
Masjid Al-Basyariyah Sewulan
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
KabupatenMadiun
Pemerintahan
 • CamatTarji, S.STP, MH
Populasi
 • Total52.378 jiwa
Kode pos
63172
Kode Kemendagri35.19.04 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3519040 Edit nilai pada Wikidata
Luas72,36 km²
Desa/kelurahan17
Peta
PetaKoordinat: 7°43′53″S 111°34′52″E / 7.73139°S 111.58111°E / -7.73139; 111.58111

Pusat ekonomi Kecamatan Dagangan berada di sebelah barat laut yang dapat diakses dengan mudah dari Kecamatan Geger. Di area ini terdapat berbagai pasar yang ramai seperti Pasar Slering, Pintu, dan Pandansari yang tersebar di berbagai desa. Selain itu juga terdapat wisata religi yang banyak didatangi peziarah yaitu Masjid Al-Basyariyah di Desa Sewulan. Masjid ini memiliki arsitektur tradisional Jawa dan didirikan pada tahun 1740-an oleh Kyai Ageng Basyariyah (Raden Mas Bagus Harun). Beliau adalah tokoh penyebar agama Islam di kawasan Madiun yang juga merupakan leluhur dari Presiden Gus Dur.[4]

Geografi

sunting
 
Lokasi Dagangan

Dagangan adalah salah satu kecamatan yang berada di kawasan Madiun selatan. Wilayah Dagangan cukup luas dari dataran rendah di barat hingga mencapai lereng Gunung Wilis di timur. Desa-desa di timur kecamatan seperti Segulung dan Mendak mirip dengan tetangganya di Kecamatan Ngebel, Ponorogo karena merupakan tempat wisata alam populer dan banyak ditanami durian serta buah-buahan lainnya. Pusat kecamatan Dagangan berada di Desa Dagangan yang jaraknya cukup dekat dengan Pasar Pagotan di Kecamatan Geger.

Batas wilayah Dagangan adalah sebagai berikut:[5]

Utara Kecamatan Wungu
Timur Kecamatan Kare dan Kecamatan Wungu
Selatan Kecamatan Dolopo dan   Kabupaten Ponorogo (Kecamatan Ngebel)
Barat Kecamatan Dolopo dan Kecamatan Geger

Daftar desa dan dusun

sunting

Kecamatan Dagangan terdiri dari 17 desa yang dibagi menjadi beberapa dusun atau dukuh, yakni sebagai berikut:[5]

No. Nama Desa Nama Dusun dan Dukuh Ref
1 Banjarejo Banjarejo, Gebang [5]
2 Banjarsari Kulon Banjarsari, Baran, Beketok, Jetak, Krajan, Mawatsari (Macari), Ngesrep, Sidomulyo / Tlisik, Tanjungsari, Tumpukan [5]
3 Banjarsari Wetan Basekan, Gayungan, Jatirejo, Jati Kampir, Krajan, Musir, Nglungur, Pandean, Tumpukan [5]
4 Dagangan Dagangan, Mungkung, Panggung, Pintu, Sawahan, Tanjungsari / Trondol [6]
5 Jetis Mbalong, Ngemplak, Pandansari, Plaosan, Umbulsari [5]
6 Joho Blerong, Bulakrejo, Gilis, Kawungan, Mranggen [5]
7 Kepet Kepet, Kayang, Purwojati [5]
8 Ketandan Ketandan, Cubung, Dawuhan, Deles, Grenjeng, Kenet, Keroh, Keron, Kropak, Nggenengan, Nguren, Pule, Sendang Lawe, Sidodadi, Talun, Tunggul [5][7]
9 Mendak Mendak, Gedangan, Morosowo [5]
10 Mruwak Mruwak, Badalan, Kemulan, Mbodo, Nglumer, Ngrangkah [5]
11 Ngranget Kalisanten, Kepuh, Nganggrik, Nglengko, Ngukir, Sumber [5]
12 Padas Made, Petung, Pucang Sawit, Pulorejo, Sempu, Seweru, Tegir [5]
13 Prambon Bangunsari, Krajan, Mberan, Nglebak, Selorejo, Selosari, Wates [5]
14 Segulung Segulung, Dayakan, Dipo, Durenan, Gemagah, Glatik, Jatiroto, Mbade, Sprau [8]
15 Sewulan Sewulan Wetan, Sewulan Kulon, Bulusari / Bulus, Gemi, Gender, Kayen, Klataan, Nglorok, Sewuasri [5]
16 Sukosari Sukosari, Jamuran, Jeblogan, Kenteng, Ngambil, Nglorok, Pego, Watugong [5]
17 Tileng Tileng, Gondoroso, Jiwut / Koplakan, Pokolimo [5]

Tempat terkenal

sunting
 
Wisata Watu Rumpuk
  • Watu Rumpuk
  • Basekan Farm & Ranch
  • Pasar Slering
  • Pasar Pintu
  • Pasar Pandansari di Desa Jetis
  • Masjid Al-Basyariyah atau Masjid Agung Sewulan - masjid tua sekaligus kompleks makam yang didirikan pada tahun 1740 M oleh Kyai Ageng Basyariyah yang dikenal sebagai leluhur dari Presiden Gus Dur.[4]
  • Sentra durian Desa Segulung[1]
  • Sentra kerajinan pande besi Desa Sewulan[9]
  • Sentra kerajinan sapu ijuk Desa Banjarsari Kulon[10]

Sejarah

sunting
 
Kompleks makam Masjid Al-Basyariyah

Pada masa Kesultanan Mataram, daerah Madiun dan sekitarnya merupakan bagian dari "Mancanegara Wetan". Di daerah ini banyak berdiri desa perdikan yaitu desa yang mendapatkan hak khusus dari kerajaan misalnya bebas pajak. Desa perdikan yang berdiri di Kecamatan Dagangan yaitu Desa Banjarsari dan Sewulan, keduanya adalah desa yang diberi kekhususan untuk mengelola pesantren untuk menyebarkan Agama Islam. Keduanya juga merupakan sentra kerajinan yang masih bertahan sampai sekarang, Banjarsari dengan sentra sapu ijuknya dan Sewulan sebagai sentra pande besi.[11][12]

Sewulan adalah tanah perdikan yang diberikan oleh Sultan Pakubuwono II kepada Kiai Ageng Basyariyah (Raden Mas Bagus Harun) atas jasanya. Saat itu, Pakubuwono II mengalami kegagalan melawan VOC dan berhenti melakukan perlawanan. Pemberontak anti-VOC yang terdiri dari aliansi Jawa-Tionghoa pimpinan Raden Mas Garendi / Sunan Kuning (Amangkurat V) tidak puas atas bergantinya kebijakan ini dan kemudian berhasil menyerang dan menguasai Keraton Kartasura pada Juni 1742. Pakubuwono II melarikan diri ke Mancanegara Wetan untuk menggalang kekuatan, salah satunya meminta bantuan Kiai Muhammad Besari di Tegalsari Ponorogo. Kiai Muhammad Besari kemudian mengirimkan Bagus Harun dan santri lainnya untuk membantu menguasai keraton. Pada November 1742, Keraton Kartasura berhasil dikuasai dan Pakubuwono II kembali menjadi raja.[11][12]

Beliau kemudian memberikan hadiah kepada mereka yang telah membantunya salah satunya Kiai Ageng Basyariyah (Raden Mas Bagus Harun) yang mendapatkan tanah perdikan di daerah Sewulan. Menurut legenda, Kiai Ageng Basyariyah mendapatkan hadiah songsong (payung) dan lampit (tikar) dari Pakubuwono II. Kemudian songsong tersebut dihanyutkan di air terjun Bang Pluwang, Kiai Ageng Basyariyah mendapat perintah dari Kiai Muhammad Besari untuk menyebarkan Islam di daerah tempat songsong tersebut ditemukan kembali. Songsong tersebut kemudian ditemukan di daerah belantara di Madiun selatan. Kiai Ageng Basyariyah kemudian membabat hutan dan mendirikan masjid dan desa baru bernama Sewulan karena didirikan pada Lailatulqadar atau malam seribu bulan (sewu wulan) pada tahun 1740-an.[11][12]

Banjarsari didirikan oleh Kiai Ageng Muhammad bin Umar, menantu dari Kiai Muhammad Besari. Saat itu, Kesultanan Mataram terpecah dalam Perjanjian Giyanti menjadi Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Paman dari Pakubuwana III yaitu Pangeran Singosari tidak puas atas pembagian ini dan membangun kekuatan di pegunungan selatan Malang. Sultan Hamengkubuwana I kemudian meminta bantuan Kiai Muhammad Besari dari Tegalsari Ponorogo. Kiai Muhammad Besari kemudian mengirim menantunya Kiai Ageng Muhammad bin Umar menuju Malang. Misi tersebut berhasil, Pangeran Singosari mau menyerahkan diri dan Kiai Ageng Muhammad bin Umar mendapatkan hadiah dari sultan berupa tanah perdikan yang disebut Banjarsari pada tahun 1768. Nantinya Desa Banjarsari terbelah dua menjadi Banjarsari Wetan yang dipimpin Kiai Tafsir Anom I dan Banjarsari Kulon yang dipimpin Kiai Maulani.[11][12]

Daerah Mancanegara Wetan jatuh ke tangan Belanda pada 1830 di akhir Perang Diponegoro. Belanda melakukan reorganisasi wilayah di daerah ini dengan membentuk Karesidenan Madiun. Kecamatan Dagangan dibentuk dibawah Kawedanan atau Distrik Uteran yang mencakup seluruh Madiun selatan, dan Distrik Uteran berada di bawah Kabupaten Madiun. Pembagian wilayah ini bertahan sampai sekarang.[13]

Referensi

sunting
  1. ^ a b Mizan Ahsani (2023-12-18). "Durian Kawuk, Varietas Lokal Premium dari Segulung Madiun yang Rasanya Legit". RADAR MADIUN.
  2. ^ Abdul Jalil (2022-01-14). "Jangan Ngaku Pecinta Durian Kalau Belum Cicip Durian Segulung Madiun". ESPOS REGIONAL.
  3. ^ Dini Daniswari (2023-10-31). "Wisata Watu Rumpuk di Madiun: Daya Tarik, Aktivitas, dan Harga Tiket". KOMPAS.
  4. ^ a b "Sejarah Masjid Agung Sewulan, Didirikan Tahun 1740 M oleh Kiai Ageng Basyariah". SURABAYA TODAY. 2023-03-30.
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q Kecamatan Dagangan Dalam Angka 2017. BPS Kabupaten Madiun. 2017-09-20.
  6. ^ "Profil Desa Dagangan". BKKBN. Diakses tanggal 2025-03-15.
  7. ^ Sudarmawan (2015-05-05). "Alasan Tak Punya Dana, Dua Jembatan di Madiun Putus, Warga Terisolir". SURYA.
  8. ^ Sindy Dwi Belawati (2024). "Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Sebagai Dampak Fenomena Tunggakan Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan ( Desa Segulung Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun )" (PDF). Repository UNIPMA (Skripsi). Universitas PGRI Madiun.
  9. ^ Ito Wahyu Utomo (2019-09-12). "Keris dan Benda Pusaka Dipamerkan dalam Rangkaian Grebeg Sewulan, Kabupaten Madiun". TIMES INDONESIA.
  10. ^ Hengky Ristanto (2023-01-18). "Suryadi Enggan Berpaling dari Kerajinan Sapu Ijuk Tradisional". RADAR MADIUN.
  11. ^ a b c d Zuanti Fitria Melani Melani (2023). "Rekam Jejak Perjuangan Ki Ageng Basyariyah di Madiun Selatan 1710-1811". Khazanah: Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam. 13 (2). Padang: UIN Imam Bonjol.
  12. ^ a b c d Akhlis Syamsal Qomar; Setya Yoga Pratama (2024). "Antara Merdeka dan Dijajah: Problematika Kawula Desa Perdikan di Wilayah Eks Karesidenan Madiun, 1742-1962". Jurnal Sejarah Indonesia. 7 (2). Makassar: Universitas Hasanuddin.
  13. ^ [Administratieve indeling van Java en Madoera] - sheet 3 (Oost Java). Leiden University Libraries Digital Collections. 1936.