Dadih

salah satu hidangan dari susu

Dadih (bahasa Minangkabau: dadiah) adalah yogurt tradisional khas Minangkabau yang terbuat dari susu kerbau (Bubalus bubalis). Dari segi bahasa, kata "dadiah" memiliki kemiripan dengan dudh, bahasa dari etnis Sindhi (India dan Pakistan). Sementara itu, kebiasaan orang Persia memakan susu fermentasi dengan bawang merah dan mentimun, mirip dengan kebiasaan memakan dadih yang dilakukan oleh orang Minangkabau pada masa dahulu.

Dadih

Dadih difermentasi di dalam wadah dari bambu yang ditutup dengan daun pisang (Musa sp.) atau daun waru (Hibiscus tiliaceus) yang telah dilayukan di atas api. Proses fermentasi dilakukan dalam suhu ruangan dan berlangsung hingga terjadi penggumpalan sekitar 2 sampai 3 hari.[1]

Dadih biasanya dikonsumsi sebagai sarapan pagi, dicampur dengan emping (sejenis kerupuk dari nasi) dan gula merah.[2] Dadiah dapat juga dijadikan sebagai lauk pendamping nasi.[1]

Dari beberapa penelitian diketahui bahwa dadih mengandung bakteri baik yaitu asam laktat (Lactobacillus casei) yang potensial sebagai probiotik.[3][4] Asam laktat di dalam dadih berperan dalam pembentukan tekstur dan cita rasa. Bakteri asam laktat dan produk turunannya mampu mencegah timbulnya berbagai penyakit seperti mencegah enterik bakteri patogen, menurunkan kadar kolesterol di dalam darah, mencegah kanker usus, antimutagen, antikarsinogenik, dan meningkatkan daya tahan tubuh.[5][6] Selain itu, dadih diduga efektif sebagai antivaginitis.[7][8][9][10]

Lihat juga sunting

Referensi sunting

  1. ^ a b "Dadih, Probiotik Khas Nusantara". Viva Newas. 2012-01-27. Diakses tanggal 2012-06-09. [pranala nonaktif permanen]
  2. ^ "Indonesian's Culture Heritages Portal". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-11. Diakses tanggal 2012-06-09. 
  3. ^ M. Carmen Collado; Ingrid Surono; Jussi Meriluoto; dan Seppo Salminen. Potential probiotic characteristics of Lactobacillus and Enterococcus strains isolated from traditional dadih fermented milk against pathogen intestinal colonization. Journal of Food Protection, Vol. 70, No. 3, 2007. hlm. 700–705.
  4. ^ M. Carmen Collado; Ingrid Surono; Jussi Meriluoto; dan Seppo Salminen. Indigenous dadih Lactic Acid Bacteria: Cell-surface Properties and Interactions with Pathogens. Journal of Food Science, Vol. 72, No. 3, 2007. hlm. 89–93
  5. ^ Surono I.S. dan Hosono A. 1996. Antimutagenicity of milk cultured with lactic acid bacteria from dadih against mutagenic terasi. Milchwissenschaft 51: hlm. 493–497.
  6. ^ Surono I.S. 2003. In vitro probiotic properties of indigenous dadih lactic acid bacteria. Asian-Aus J Anim Sci 16: hlm. 726–31.
  7. ^ Surono I.S.; M. C. Collado; Seppo Salminen; dan Jussi Meriluoto. Effect of glucose and incubation temperature on metabolically active Lactobacillus plantarum from dadih in removing microcystin-LR Food and Chemical Toxicology. Vol. 46, Issue 2, Februari 2008. hlm. 502–507.
  8. ^ Nybom, Sonja M. K.; M. Carmen Collado; Ingrid S. Surono; Seppo J. Salminen; dan Jussi A. O. Meriluoto. Effect of glucose in removal of microcystin-LR by viable commercial probiotic strains and strains isolated from dadih fermented milk. Journal of Agriculture and Food Chemistry. Vol. 56, No 10, 2008.
  9. ^ Ingrid S. Surono; Toshiaki Nishigaki; Anang Endaryanto; dan Priyo Waspodo. Indonesian biodiversities, from microbes to herbal plants as potential functional foods. Journal of the Faculty of Agriculture Shinshu University. Vol. 44 No.1. 2, 2008.
  10. ^ Ingrid S. Surono; Usman Pato; Koesnandar; dan Akiyoshi Hosono. In vivo Antimutagenicity of Dadih Probiotic Bacteria towards Trp-P1. Asian-Aust. J. of Anim. Sci. Vol. 22, No. 1: hlm. 119–123. 2009.