Codot Barong
Codot barong (Cynopterus sphinx) mengunjungi bunga kapuk randu (Ceiba pentandra) di Kolkata, Benggala Barat, India.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
C. sphinx
Nama binomial
Cynopterus sphinx
(Vahl, 1797)
Sinonim

Vespertilio sphinx Vahl, 1797

Codot barong (Cynopterus sphinx) adalah sejenis kelelawar anggota suku codot (Pteropodidae). Kelelawar pemakan buah ini hidup tersebar luas mulai dari Pakistan, India, Sri Lanka, Burma, Thailand, Indocina, Cina tenggara, Malaysia, dan Indonesia (Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi).[1][2]. Dalam bahasa Inggris, codot ini dikenal sebagai Greater Short-nosed Fruit Bat atau Short-nosed Indian Fruit Bat.

Pengenalan sunting

Codot yang berukuran besar, dengan panjang lengan bawah antara 65–76 mm dan ekor 18–22 mm.[3] Di anak benua India, kisaran panjang lengan bawah codot ini antara 64–79 mm, dengan rentang sayap sekitar 48 cm.[4]

Tubuh bagian atas (sisi punggung) coklat sampai coklat abu-abu, bagian bawah (sisi perut) lebih pucat. Kerah berwarna coklat merah terang pada hewan jantan, dan kuning pada betina. Tepi telinga dan tepi tulang-tulang pada sayap berwarna putih. Gigi-gigi geraham bawah membundar tanpa tonjolan.[3]

Ekologi dan habitat sunting

 

Di Thailand, codot barong ditemukan bertengger di pepohonan, di bawah daun-daun palma, atau kadang di bawah atap-atap rumah.[3] Codot barong umum ditemukan di hutan tropika dan kebun buah-buahan; juga diketahui menghuni padang rumput dan hutan mangrove. Codot ini merangkai lembar-lembar daun di sekitarnya untuk membangun semacam atap tenda sederhana tempatnya berlindung.

Kelelawar ini diketahui memakan nektar dan buah-buahan.[3]

Perilaku kawin sunting

Codot barong umumnya hidup mengelompok, 8–9 ekor dari kelamin yang sama berkumpul di satu tenggeran. Codot-codot dengan kelamin yang berbeda ini tetap tinggal terpisah hingga musim kawin tiba. Codot barong bersifat poligini. Di musim kawin, biasa ditemukan 6–10 jantan berkumpul dengan 10–15 betina di bawah lindungan satu daun palma.[5]

Kelelawar ini adalah salah satu mamalia non-primata yang memperlihatkan perilaku fellatio dalam proses perkawinannya. Pada saat kopulasi, betina menjilati pangkal penis hewan jantan. Dan berdasarkan hasil riset, perilaku ini diyakini memiliki korelasi yang positif antara lama waktu penjilatan dengan lamanya saat kopulasi.[6] Codot jantan tinggal bersama betinanya beberapa lama setelah kawin, namun kemudian berpisah dan masing-masing kembali ke kelompok kelaminnya semula.

Catatan kaki dan rujukan sunting

  1. ^ Corbet, G.B. & J.E. Hill. 1992. The Mammals of The Indomalayan Region: a systematic review. Nat. Hist. Mus. Publ. – Oxford Univ. Press. p. 71
  2. ^ Suyanto, A.. 2001. Kelelawar di Indonesia. Puslitbang Biologi – LIPI. Hal.40
  3. ^ a b c d Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. The Sabah Society, Wildlife Conservation Society dan World Wildlife Fund Malaysia. Hal. 182-183
  4. ^ Bates, P.J.J (1997). Bats of the Indian Subcontinent. Harrison Zoological Museum. hlm. 258. 
  5. ^ Balasingh, J (1993). "Tent roosting by the frugivorous bat Cynopterus sphinx in southern India". Current Science. 65 (5): 418. 
  6. ^ Tan, Min (October 28, 2009). "Fellatio by Fruit Bats Prolongs Copulation Time". PLoS ONE. 4 (10). Diakses tanggal October 28, 2009. 
  • Nowak, R. 1991. Walker's Mammals of the World, Fifth edition. Johns Hopkins University Press, Baltimore and London.