Candi Kethek

bangunan kuil di Indonesia

Candi Kethek (baca: keţè´, simbol IPA:kəʈɛʔ; ejaan latin Jawa: kethèk, hanacaraka:ꦏꦼꦛꦺꦏ꧀) adalah candi Hindu bertingkat megalitik berbentuk piramida dari abad ke-15–16 di lereng barat laut Gunung Lawu di desa Anggrasmanis, kecamatan Gumeng di Jenawi, Karanganyar, Jawa Tengah.[1][2]

Candi Kethèk
Candi Kethek
LetakGunung Lawu, Jenawi, Karanganyar, Jawa Tengah
Koordinat7°35′37″S 111°09′37″E / 7.593717452577913°S 111.1603382000101°E / -7.593717452577913; 111.1603382000101Koordinat: 7°35′37″S 111°09′37″E / 7.593717452577913°S 111.1603382000101°E / -7.593717452577913; 111.1603382000101
DibangunDibangun oleh Majapahit
Candi Kethek di Jawa
Candi Kethek
Lokasi di Pulau Jawa
Candi Kethek di Indonesia
Candi Kethek
Candi Kethek (Indonesia)

Reruntuhan candi ini memiliki empat teras bertingkat yang menghadap ke arah barat. Masing-masing teras itu dihubungkan dengan undakan batu. Di sisi kanan candi terdapat jalan setapak sebagai alternatif menuju ke teras paling atas. Kethek dalam bahasa Jawa berarti kera, nama yang diberikan oleh penduduk setempat kepada candi ini karena dahulu banyak ditemukan kera di daerah ini hingga saat ini.[3] [4]

Secara administratif, lokasi Candi Kethek terletak di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Karanganyar, Jawa Tengah. Berada pada ketinggian 1486 mdpl.[5]

Lokasi sunting

Situs Candi Kethek secara administratif terletak di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Karanganyar, Jawa Tengah, pada ketinggian 1486 mdpl. Untuk mencapainya harus melalui jalan setapak dengan menyeberangi sungai yang berada di sebelah timur laut Candi Cetho. Sungai tersebut hanya ada airnya ketika musim hujan, sedangkan pada musim kemarau mengering. Candi Kethek berada dalam lahan hutan pinus milik perhutani, berjarak 500 meter dari sungai tersebut.[5]

Sejarah sunting

Keberadaan candi ini sudah dilaporkan sejak tahun 1842, tetapi ekskavasi/penggalian oleh Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah bekerja sama dengan Jurusan Arkeologi Universitas Gadjah Mada dan Pemerintah Kabupaten Karanganyar baru dilakukan pada 2005.

Ekskavasi tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa Candi Kethek merupakan candi Hindu. Hal ini didasarkan pada temuan arca kura-kura pada undakan paling bawah di teras pertama yang merupakan jelmaan Dewa Wisnu, salah satu dewa dalam ajaran agama Hindu, yang menopang Mandaragiri dalam pengadukan laut oleh para dewa dan raksasa untuk mendapatkan Tirta Amrta dalam kisah Samudramanthana. Dengan adanya kisah Samudramanthana ini menunjukkan fungsi Candi Kethek sebagai tempat peruwatan untuk membersihkan dan membebaskan seseorang dari kesalahan atau dosa.[butuh rujukan]

Hingga saat ini, penelitian mengenai Candi Kethek masih terus dilakukan, terutama untuk mencari prasasti atau artefak yang memberikan informasi mengenai tata letak dan riwayat candi.

Tata Ruang sunting

Candi ini memiliki struktur tata ruang serupa dengan Candi Ceto dan Candi Sukuh yang berada di satu kawasan, yaitu punden berundak, yang dianggap sebagai ciri khas bangunan warisan budaya Megalit di Nusantara. Dari kemiripan ini, waktu pendiriannya pun diperkirakan hampir sama dengan kedua candi tersebut, yaitu pada sekitar abad XV - XVI Masehi.[6]

Pada teras pertama candi terdapat struktur bangunan di sisi timur laut. Teras kedua dan ketiga masing-masing terdapat dua struktur bangunan di sisi utara dan selatan. Sedangkan teras keempat, teras teratas, diperkirakan merupakan tempat berdirinya bangunan induk candi, yang sekarang didirikan sebuah stana kecil dengan kemuncak mahkota berwarna keemasan, dibalut Kain Poleng khas Bali.[butuh rujukan]

Referensi sunting

  1. ^ Geerken, H. H. (2017). Hitler's Asian Adventure. Bukit Cinta. ISBN 9783738630138. , p. 424.
  2. ^ Penyusun, T. (2020). Menyaksikan Kemegahan Candi Hindu Yang Tersebar Di Pulau Jawa. TEMPO Publishing. ISBN 9786232626171. , p. 26.
  3. ^ "Candi Kethek". https://kebudayaan.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2022-05-27.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  4. ^ Purwanto, Heri (2018). "The Workship of Parwatarajadewa in Mount Lawu" (PDF). Kapata Arkeologi. 14 (1): 44. doi:10.24832/kapata.v14i1.472. 
  5. ^ a b Purwanto, Heri; Titasari, Coleta Palupi; Sumerata, I Wayan (2017). "Candi Kethek: Karakter dan Latar Belakang Agama" (PDF). Forum Arkeologi. 30 (2): 101–112. 
  6. ^ Purwanto, Heri (2018), op. cit. : 44

Pranala luar sunting