MNC Asia Holding
PT MNC Asia Holding Tbk (IDX: BHIT), lebih dikenal sebagai MNC Group) adalah perusahaan konglomerat Indonesia yang didirikan sejak 1989. Perusahaan ini bergerak di bidang sumber daya mineral, media massa, dan investasi.[3]
MNC Asia Holding | |
Sebelumnya |
|
Publik | |
Kode emiten | IDX: BHIT |
Industri | |
Didirikan | 2 November 1989Surabaya, Jawa Timur, Indonesia | di
Pendiri | Hary Tanoesoedibjo |
Kantor pusat | , |
Tokoh kunci |
|
Pemilik | lihat daftar |
Karyawan | 20.183[3] (2021) |
Anak usaha | lihat daftar |
Situs web | www |
Sejarah
suntingPerusahaan ini didirikan oleh Hary Tanoesoedibjo di Surabaya, Jawa Timur pada tanggal 2 November 1989 sebagai sebuah perusahaan sekuritas dengan nama PT Bhakti Investama, bermodal Rp 64 juta. Setahun kemudian, perusahaan ini memindahkan kantor pusatnya ke Jakarta.[4] Pada tahun 1994, perusahaan memperluas cakupan usahanya untuk memasukkan perdagangan efek dan perantara pedagang efek, penasihat investasi, manajer investasi, penjamin emisi, originasi dan sindikasi, penasihat keuangan dan jasa riset, serta merger dan akuisisi, diikuti oleh peluncuran reksa dana produk. Tiga tahun kemudian, pada 1997, perusahaan ini resmi melantai di Bursa Efek Indonesia yang berhasil meraup dana Rp 80 miliar.[5] Titiek Soeharto dan George Soros pun pernah memegang minoritas saham perusahaan ini, walaupun tidak lama.[6] Pada tahun 1999, perusahaan ini beralih ke bisnis investasi, sehingga bisnis sekuritas dan manajemen asetnya masing-masing dipisah ke PT Bhakti Capital Indonesia dan Bhakti Asset Management.
Pada awal dekade 2000-an, perusahaan ini membeli saham dari sejumlah perusahaan, seperti Astra Internasional (3%), PT Bentoel Prima (75%), Indomaret (51%), dan PT Salim Oleochemical (100%).[7] Bahkan Hary Tanoesoedibjo pun ditawari langsung oleh Bambang Trihatmodjo agar mau membeli 25% saham PT Bimantara Citra.[8] Sebagian besar saham-saham tersebut kemudian dilepas. Keberhasilan perusahaan ini dalam membeli saham dari banyak perusahaan pun sempat menimbulkan pertanyaan, dan muncul rumor bahwa perusahaan ini didukung oleh Salim Group.[9] Namun, Hary Tanoesoedibjo mengaku bahwa ia hanya memanfaatkan situasi ekonomi saat itu untuk menarik banyak investor sebesar-besarnya, dan keberhasilannya lebih disebabkan oleh usahanya dalam menyehatkan perusahaan-perusahaan yang sahamnya ia beli. Kemudian, ia menjual saham dari perusahaan yang kondisinya sudah lebih baik kepada pemilik baru dengan harga mahal.[5][8]
Kepemilikan
suntingBerikut ini merupakan daftar kepemilikan MNC Asia Holding berdasarkan laporan Keuangan per 30 September 2023.[10]
Nama Pemegang Saham | Persentase Kepemilikan (%) |
---|---|
HT Investment Development Ltd | 15,85 |
DBS Bank Ltd S/A Caravaggio Holdings Limited | 9,96 |
PT Bhakti Panjiwira | 6,30 |
Darma Putra Wati (Wakil Komisaris Utama) | 0,05 |
Liliana Tanaja (Komisaris) | 0,11 |
Hary Tanoesoedibjo (Direktur Utama) | 2,59 |
Tien (Direktur) | 0,05 |
Henry Suparman (Direktur) | 0,02 |
Natalia Purnama (Direktur) | 0,02 |
Masyarakat (kepemilikan di bawah 5%) | 65,05 |
Total | 100% |
Anak usaha
suntingBerikut ini merupakan anak usaha MNC Asia Holding berdasarkan laporan keuangan tahun 2023.[10]
Nama Anak Usaha | Persentase Kepemilikan (%) |
---|---|
PT Global Mediacom Tbk | 45,75 |
PT MNC Kapital Indonesia Tbk | 50,31 |
PT MNC Energi | 99,99 |
PT MNC Energy Investments Tbk | 44,09 |
Referensi
sunting- ^ "Dewan Direksi". PT MNC Investama Tbk. Diakses tanggal 24 Januari 2022.
- ^ "Dewan Komisaris". PT MNC Investama Tbk. Diakses tanggal 24 Januari 2022.
- ^ a b "Laporan Tahunan 2020" (PDF). PT MNC Investama Tbk. Diakses tanggal 24 Januari 2022.
- ^ Bermodal Rp64 Juta, Hary Tanoe Beberkan Rahasia Kesuksesan Bisnisnya
- ^ a b Hary Tanoe: Anomali Ekonomi Justru Memberi Keuntungan Besar
- ^ Jejak Politik Para Saudagar Media
- ^ Ekonomi Politik Media Penyiaran
- ^ a b Mengapa Orang Masih Mengira yang Lain?
- ^ Salim Tidak Membonceng Bhakti Masuk Bimantara
- ^ a b "Laporan Keuangan MNC Asia Holding (IDX:BHIT) Q3 2023" (PDF). Bursa Efek Indonesia. Diakses tanggal 20 Januari 2024.