Bahan bangunan adalah setiap bahan yang digunakan untuk tujuan konstruksi. Banyak bahan alami, seperti tanah liat, pasir, kayu dan batu, bahkan ranting dan daun telah digunakan untuk membangun bangunan. Selain dari bahan alami, produk buatan banyak digunakan, dan beberapa lagi kurang sintetik. Industri pembuatan bahan bangunan didirikan di banyak negara dan penggunaan bahan-bahan tersebut biasanya dibagi ke dalam perdagangan khusus tertentu, seperti pertukangan, pipa, atap dan pekerjaan isolasi. Acuan ini berhubungan dengan tempat tinggal manusia dan struktur termasuk rumah.

Beton dan tulangan baja yang digunakan untuk membangun sebuah lantai.

Sifat fisik sunting

Berat jenis sunting

Berat jenis merupakan berat satuan volume yang tidak memperhitungkan volume dari rongga-rongga udara dan pori-pori. Nilai berat jenis diperoleh melalui pembagian antara berat bahan bangunan dalam keadaan kering dibagi dengan volumenya tanpa rongga-rongga udara dan pori-pori. Volume absolut dari berat jenis sama dengan volume benda padat.[1]

Jenis sunting

Bambu sunting

Bambu memiliki beberapa fungsi sebagai bahan bangunan. Fungsinya disesuaikan dengan jenis bambu yang digunakan. Pada struktur bangunan, jenis bambu yang dapat digunakan adalah bambu duri. Kemudian kosntruksi atap dan dinding dapat menggunakan bambu betung. Jenis bambu lainnya sebagai bahan bangunan adalah bambu ampel.[2]

Penerapan sunting

Arsitektur bangunan beriklim tropis sunting

Jenis bahan bangunan yang digunakan pada arsitektur bangunan beriklim tropis adalah yang berpori. Tujuannya untuk mengantisipasi iklim tropis lembab. Ciri lain bahan bangunan untuk tipe arsitektur tropis adalah memiliki berat jenis bernilai kecil, masa jeda pekerjaan yang cepat, kapasitas panasn kecil, dan berdimensi kecil. Arsitektur tropis juga memerlukan bahan bangunan yang mampu menyesuaikan kadar kelembapan udara dan konduktivitas termal dari sinar matahari di sekitarnya.[3]

Dampak sunting

Dampak negatif sunting

Bahan bangunan tak terbarukan mulai menimbulkan dampak yang besar terhadap lingkungan pada tahun 2012. Dampak ini terjadi akibat industri konstruksi. Industri ini meliputi pemakaian beton dan logam dalam konstruksi. Dampaknya adalah penghancuran sekitar 45% sumber daya global, konsumsi energi mencapai 35% dan emisi sebanyak 40% secara global. Sejak tahun 1990-an, ketiga dampak tersebut mulai dikurangi dengan pengadaan bahan bangunan ramah lingkungan berbahan komposit polimer bertulang serat alami. Tipe bahan utamanya adalah komposit polimer kayu.[4]

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ T, Panennungi., dan Nurlita Pertiwi (2018). Ilmu Bahan Bangunan (PDF). Makassar: Badan Penerbit UNM. hlm. 5. ISBN 978-602-5554-20-9. 
  2. ^ Lahji, K., dan Walaretina, R. (2018). "Keberlanjutan Material Konstruksi pada Pembangunan Rumah Betawi". Prosiding Seminar Nasional Kota Layak Huni: Urbanisasi dan Pengembangan Perkotaan: 118. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-11. Diakses tanggal 2022-09-11. 
  3. ^ Sari, L. H., dkk. (2021). Arsitektur Lingkungan (PDF). Banda Aceh: Bandar Publishing. hlm. 29. ISBN 978-623-5669-01-4. 
  4. ^ Hidayanti, Fitria (2021). Wati, E. K., dan Lestari, K. R., ed. Fisika Material: Material Biokomposit (PDF). Jakarta Selatan: LP UNAS. hlm. 78. ISBN 978-623-7273-07-3.