Ayam kedu

Ras Ayam lokal asli Indonesia yang berasal dari daerah Cemani di Jawa Tengah
(Dialihkan dari Ayam Kedu)

Ayam kedu, ayam selasih, atau ayam cemani adalah ras ayam lokal yang telah dikembangkan di di Pulau Jawa sejak abad ke-12. Ayam cemani memiliki gen dominan yang menyebabkan hiperpigmentasi (fibromelanosis), yang membuat ayam-ayam ini kebanyakan berwarna hitam, termasuk bulu, paruh, dan organ dalam. Ayam kedu pada awalnya berfungsi sebagai hewan ritual dan tidak dimuliakan sebagai pedaging atau petelur.[1]

Ayam kedu
Ayam kedu betina berwarna hitam
Nama lainAyam cemani
Ayam selasih
Negara asalIndonesia
Karakteristik
BeratJantan: 2-2,5 kg
 Betina: 1,5-2 kg
Warna kulitHitam
Warna telurCream
Klasifikasi

Jenis-jenis ayam kedu

sunting

Saat ini dikenal empat macam tipe ayam kedu:[2]

  1. Ayam kedu hitam, seluruh tubuh dan bulu berwarna hitam, hanya jengger dan kloaka masih kemerahan
  2. Ayam cemani (Jawa: cemani/cemeng = hitam), seluruh tubuh dan bulu hitam tanpa kecuali, bahkan daging dan tulang pun kehitaman
  3. Ayam kedu putih, warna bulu putih
  4. Ayam kedu merah, berbulu hitam dan berjengger merah

Morfologi

sunting

Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri penampilannya. Belum ada bakuan resmi mengenai ukuran ini. Dari sisi fisik, ayam cemani dewasa jantan memiliki berat antara 2,5 sampai 3,5 kilogram. Sementara untuk betina dewasa umumnya berbobot lebih ringan, yakni antara 2 sampai 2,5 kilogram.

Ayam cemani bisa hidup cukup lama, yakni mencapai 8 tahun. Bahkan, beberapa di antaranya bisa hidup hingga 10 tahun. Sementara produksi telurnya sama dengan ayam kampung pada umumnya, yakni berkisar 150 butir per ekor per tahun.

Selain itu ciri lainnya berbulu keras; tubuh ukuran sedang; bulu ekor naik; jengger ukuran besar, untuk subtipe cemani berwarna sangat hitam; warna mata coklat gelap; tabiat suka berkelana, betinanya sangat melindungi anaknya; warna cangkang telur putih; produksi telur 160 butir per tahun; mulai bertelur pada umur enam bulan.

Menurut catatan, ras lokal ini mulai ditangkarmurnikan oleh Tjokromihardjo pada tahun 1924, lalu dilanjutkan oleh dua anaknya. Khusus ayam cemani, yang paling bernilai sebagai bagian ritual atau pengobatan, terkait dengan legenda Ki Ageng Makukuhan.[3]

Fisiologi

sunting

Secara genetik, ayam kedu seperti halnya ayam peliharaan di Nusantara dan Oceania diduga memiliki keturunan ayam bekisar.[4]

Referensi

sunting
  1. ^ Solly, Meilan (September 19, 2019), These Chickens Have Jet Black Hearts, Beaks and Bones, diakses tanggal May 18, 2020 
  2. ^ Rukmana R. Ayam Buras Intensifikasi dan Kiat Pengembangan. Kanisius. Yogyakarta.
  3. ^ Nomor 15/IV, 28 Februari 1998 Ayam cemani:Si Hitam dari Temanggung. Artikel Majalah Gatra, edisi 28 Februari 1998.
  4. ^ Ayam Bekisar di laman Feathersite.com