Katilayu (batu)

Resin pohon
(Dialihkan dari Ambar)

Ambar (bahasa Inggris: amber), katilayu atau kahrab (bahasa Arab: كهرب) adalah resin pohon yang menjadi fosil dan dihargai karena warna serta kecantikannya. Ambar bermutu bagus digunakan dalam pembuatan barang permata dan ornamen. Meski tidak termineralisasi, ambar sering digolongkan sebagai sebuah batu permata.

Liontin katilayu. Liontin berbentuk oval berukuran 52 kali 32 mm (2 kali 1,3 inchi).

Katilayu sering disalahpahami terbentuk dari getah pohon; padahal tidak. Getah adalah cairan yang bersirkulasi melalui sistem pembuluhnya tanaman, sedangkan resin merupakan substansi organik amorf setengah-padat yang dikeluarkan dalam kantung dan saluran melalui sel epitelium pada tanaman.

Sebagian besar katilayu di dunia ini berumur 30 sampai 90 juta tahun. Karena dulunya adalah resin pohon yang lunak dan lengket, kadang-kadang di dalam kahrab terdapat serangga dan bahkan hewan vertebrata yang kecil.

Resin setengah terfosilkan atau kahrab sub-fosil dikenal sebagai kopal.

Tidak hanya berwarna jingga kekuning-kuningan, katilayu memiliki warna yang beragam mulai dari keputih-putihan, kuning limau yang pucat, coklat, dan hampir hitam. Katilayu berwarna merah (kadang-kadang dikenal sebagai "cherry amber"), hijau, dan biru termasuk langka dan sangat dicari-cari.

Kebanyakan katilayu yang bernilai tinggi memiliki permukaan tembus pandang, tetapi kahrab yang keruh dan gelap juga sangat umum. Kahrab yang permukaannya gelap berisikan sejumlah gelembung renik. Katilayu jenis ini dikenal sebagai "bastard amber", meski kenyataannya ia adalah katilayu sungguhan.

Asal mula istilah

sunting
 
Resin kayu, sumber purbanya ambar

Kata amber berasal dari kata anbargris atau ambergris dari bahasa Arab kuno dan merujuk pada zat wewangian berminyak yang disekresikan oleh ikan paus sperma. Ambergris mengapung di air dan terhanyut ke pantai. Karena terjadi kebingungan istilah (lihat: Abu Zaid al Hassan from Siraf & Sulaiman the Merchant (851), Silsilat-al-Tawarikh (travels in Asia), 'amber' menjadi nama untuk resin fosil, yang ditemukan pula di pantai dan lebih ringan dari batu, tetapi tidak cukup ringan untuk mengambang.

Keberadaan serangga di dalam ambar dituliskan oleh Pliny the Elder dalam Naturalis Historia karangannya dan mengarahkannya pada teori bahwa ambar harus berada dalam keadaan cair untuk menyelubungi tubuh serangga. Oleh karena itu Pliny menjulukinya succinum atau batu getah, sebuah nama yang masih digunakan sampai sekarang untuk mendeskripsikan asam suksinat (sama pula halnya dengan succinite, istilah yang diberikan untuk jenis ambar tertentu oleh James Dwight Dana).

Nama Yunani untuk ambar adalah ηλεκτρον (Elektron) dan berhubungan dengan Dewa Matahari yang digelari Elector atau Yang Membangunkan.[1] Theophrastus mengelompokkan ambar dan magnetit sebagai mineral yang memiliki daya tarik.

Ambar yang dipanaskan akan mengalami pelunakan dan akhirnya terbakar, itulah yang menyebabkan kata 'amber' dalam bahasa Jermanik merupakan terjemahan harfiah dari burn-Stone (Bernstein dalam bahasa Jerman, barnsteen dalam bahasa Belanda). Jika dipanaskan di atas 200 °C, ambar mengalami dekomposisi, menghasilkan "minyak ambar", dan meninggalkan residu warna hitam yang dikenal sebagai "kolofoni ambar" atau "amber pitch"; yang saat dilarutkan dalam minyak terpentin atau minyak biji rami membentuk "pernis ambar" atau "lak ambar".

Ambar dari Laut Baltik telah diperdagangkan secara luas sejak zaman dulu dan dalam main land, tempat ambar diperdagangkan 2000 tahun lalu. Penduduk setempat menyebutnya glaes (merujuk pada sifatnya yang tembus pandang seperti kaca).

 
Seekor nyamuk dan lalat di dalam kalung ambar Baltik ini berumur antara 40 dan 60 juta tahun

Bahan Kimia Ambar

sunting

Komposisinya bersifat heterogen, tetapi ambar terdiri dari zat-zat beresin yang lebih atau kurang terlarut di dalam alkohol, eter serta kloroform, yang diasosiasikan dengan substansi bitumen yang tak bisa dilarutkan. Ambar merupakan sebuah makromolekul yang terbentuk oleh polimerisasi radikal bebasnya sejumlah prekursor dalam keluarga labdane (terpena bisiklik alami), communic acid, cummunol dan biformene.[2] Labdane-labdane ini adalah terpena (C20H32) dan triena yang berarti bahwa rangka organik memiliki tiga kelompok alkena yang tersedia untuk polimerisasi. Seiring dengan proses pematangan ambar selama bertahun-tahun, semakin banyak pula polimerisasi yang terjadi begitu pula dengan reaksi isomerisasi, pertautan silang, dan siklisasi. Komposisi rata-rata dari ambar mengarah ke formula umum C10H16O.

Ambar tidak sama dengan kopal. Polimerisasi molekul yang disebabkan oleh tekanan dan panas mengubah resin lebih dahulu menjadi kopal, lalu melalui evaporasi turpene-lah maka kopal berubah menjadi ambar.

Ambar dalam geologi

sunting

Ambar tertua berasal dari periode Karbon Awal sekitar 345 juta tahun lalu. Ambar tertua yang di dalamnya berisikan serangga datang dari periode Kapur Akhir, kira-kira 146 juta tahun lalu. Cadangan ambar Baltik dan Dominika dianggap paling penting dari segi komersial. Keduanya berasal dari zaman Tersier.[3]

Ambar Baltik atau Succinite (secara historis didokumentasikan sebagai ambar Prusia) ditemukan sebagai bintil-bintil (nodul) tak beraturan di dalam pasir glaukonitik laut, dikenal sebagai bumi biru, yang terdapat di lapisan tanah Oligosen dari Samland di Prusia, dalam sejumlah sumber historis disebut sebagai Glaesaria. Setelah 1945, wilayah di sekitar Königsberg diubah menjadi Oblast Kaliningrad, Rusia, tempat dimana kini ambar ditambang dengan sistematis.[4] Tapi tampaknya sebagian batu ambar berasal dari cadangan periode Tersier yang lebih awal (Eosen); dan ambar juga terdapat sebagai mineral turunan dalam formasi-formasi selanjutnya, seperti drift (terowongan sejajar lurus). Jasad tumbuhan yang terdapat di dalam ambar disebabkan tumbuhan itu terjebak di dalamnya saat resin masih segar, menunjukkan hubungan dengan flora Asia Timur dan bagian selatannya Amerika Utara. Heinrich Göppert menamakan pohon cemara penghasil ambar pada umumnya dari hutan Baltik sebagai Pinites succiniter, tetapi sebagai kayu, menurut sejumlah pihak, sepertinya tidak berbeda dari marga Pinus succinifera. Tidak mungkin ambar hanya diproduksi sebuah spesies saja.

Ambar Dominika dianggap retinite (resin mineral yang mudah terbakar) karena tidak memiliki asam suksinat. Ada tiga lokasi utama sumber batu ambar di Republik Dominika: La Cordillera Septentrional, di utara, Bayaguana dan Sabana, di timur. Di wilayah utara, unit yang mengandung ambar berbentuk batuan klastik, batu pasir yang tertumpuk di daerah delta atau bahkan lingkungan air dalam. Ambar tertua dan terkeras terdapat di wilayah pegunungan sebelah utaranya Santiago, dari tambang-tambang di La Cumbre, La Toca, Palo Quemado, La Bucara, dan Los Cacaos di Cordillera Septentrional tidak jauh dari Santiago. Ambar di pegunungan itu tertempel dengan erat di dalam lapisan lignitnya batu pasir.

Ambar yang terdapat di wilayah Bayaguana/Sabana sebelah tenggara lebih halus, kadang-kadang rapuh dan menderita oksidasi setelah diambil dari tambang, sehingga harganya lebih murah. Di tempat yang sama ditemukan pula kopal berumur 15-17 juta tahun. Di wilayah timur, ambar ditemukan dalam formasi sedimen dari pasir lapis (berlamina) yang kaya organik, liat berpasir, lignit berintekaler (sisipan).

Baik ambar Baltik maupun Dominika merupakan sumber fosil dan memberikan banyak informasi mengenai kehidupan dalam hutan purba.[5]

Ambar dari periode Kapur Tengah dari Ellsworth County, Kansas. Ambar yang umurnya kira-kira 100 juta tahun lalu ini mengandung bakteri dan ameba yang secara morfologis sangat mirip dengan Leptothrix, dan genera (marga) modern Pontigulasia dan Nebela. Stasis morfologis masih akan dikonfirmasikan.[6]

Isi batu ambar

sunting
 
Seekor laba-laba terjebak di dalam kahrab
 
Ambar - Arachnida,Araneae.

Resin mengandung, selain berbagai struktur tanaman yang diawetkan dengan indah, sisa-sisa serangga, laba-laba, anelida, kodok,[7] binatang berkulit keras dan lalu terseliputi saat rembesan masih bersifat cair. Dalam kebanyakan kasus struktur organiknya hilang, yang tertinggal hanya rongga tubuh, dan mungkin sisa-sisa kitin. Terkadang terdapat pula rambut dan bulu di dalam ambar, walaupun itu jarang. Yang sering adalah pecahan kayu, jaringannya diawetkan dengan baik oleh impregnasi dengan resin; sementara daun, bunga, dan buah kadang-kadang ditemukan dalam keadaan masih sempurna. Terkadang ambar mempertahankan bentuk tetesan dan stalaktit, saat ia menetes dari saluran dan tempat penampungannya pohon yang terluka. Selain menetes ke permukaannya pohon, resin ambar juga mengalir ke retakan maupun rongga cekung di pohon, dengan begitu menyebabkan terbentuknya gumpalan kahrab yang besar dan bentuknya tak beraturan.[8]

Pertumbuhan resin yang tak normal disebut succinosis. Ketidakmurnian agak sering ada, khususnya saat resin jatuh di tanah, sehingga material hanya berguna untuk pembuatan pernis, dari situlah ambar yang tak murni dijuluki firniss. Pirit yang menutupi ambar akan memberi warna kebiru-biruan. Ambar hitam hanyalah sejenis jet. Permukaan bony amber yang tak tembus pandang dan keruh disebabkan oleh gelembung renik di bagian dalam resin.

Permukaan batu ambar yang tidak tembus cahaya akan menjadi transparan begitu permukaannya dipoles. European Synchrotron Radiation Facility sedang mengembangkan teknik memberondong ambar yang permukaannya tidak tembus pandang dengan sinar-X beresolusi tinggi, kontras tinggi, dan energi tinggi.[9] Sekitar 360 fosil invertebrata yang diambil dari ambar bepermukaan gelap ditemukan di Charente, Prancis: semut, laba-laba, lalat, dan tawon purba, khususnya invertebrata yang hanya berukuran beberapa milimeter. Citra 3 dimensi dari organisme yang terjebak itu dibuat dengan mikrotomografi, yang memperlihatkan detail berskala mikrometer.

Lokasi-lokasi batu ambar

sunting

Ambar Baltik

sunting
 
Dua wanita Lituania berpakaian nasional, yang menyertakan sebuah kalung dari ambar.

Ambar Baltik memiliki distribusi yang amat luas, mulai dari sebagian besar Eropa utara sampai Pegunungan Ural.

Ambar Baltik dihasilkan dari penyulingan keringnya asam suksinat, perbandingan bervariasi dari sekitar 3% sampai 8%, dan mutu terbaik didapatkan dari varian gelap pucat atau bony. Ciri khas dari ambar baltik adalah menghasilkan asam suksinat, dari situlah Profesor James Dwight Dana mengusulkan nama succinite, dan kini umum digunakan dalam berbagai tulisan ilmiah sebagai istilah yang spesifik untuk ambar Prusia. Gas berbau harum dan mengganggu yang dikeluarkan oleh ambar yang dibakar berkaitan erat dengan asam ini. Succinite memiliki kekerasan di antara 2 dan 3, yang agak lebih besar daripada resin fosil yang lain. Berat jenisnya bervariasi dari 1,05 sampai 1,10. Alat yang efektif untuk menganalisis ambar Baltik adalah spektroskopi inframerah yang mampu membedakan berbagai varietas ambar Baltik dengan yang bukan Baltik karena terdapat penyerapan karbonil yang spesifik dan mampu pula mendeteksi umur relatifnya sebuah percontoh ambar. Di lain pihak, sejumlah ilmuwan berkesimpulan bahwa asam suksinat bukanlah komponen aslinya ambar, tetapi merupakan hasil pemecahan asam abietat.(Rottlaender, 1970) Diarsipkan 2011-05-11 di Wayback Machine.

Meski ambar ditemukan di sepanjang sebagian besar pantai di Laut Baltik serta Laut Utara, wilayah penghasil ambar terbanyak selama berabad-abad adalah tanjung Sambia atau Samland, pantai di sekitar Königsberg di Prusia, yang sejak 1945 menjadi bagian dari Rusia. Sekitar 90% ambar terekstrakkan di dunia ini masih berlokasi di Oblast Kaliningrad Rusia di Laut Baltik.[10] Pecahan ambar dari dasar laut dikandaskan oleh gelombang laut, dan terkumpul di pasang turun (air surut). Terkadang para pencari ambar menyelam ke dalam laut. Mereka menggunakan galah panjang yang bagian ujungnya dipasangi jaring untuk menarik rumput laut yang berisikan ambar; atau mereka mengeruk ambar di antara batu-batu besar di air dangkal. Pengerukan secara sistematis berskala besar pernah dilakukan di Danau Dangkal Kurland oleh Messrs Stantien dan Becker, pedagang ambar yang hebat dari Königsberg. Saat ini sejumlah operasi penambangan yang ekstensif dilakukan untuk mendapatkan ambar. Nodul-nodul dari bumi biru harus dibebaskan dari matriks serta dilepaskan dari kerak-kerak gelap, yang dilakukan dalam tong-tong berputar berisikan pasir dan air. Ambar yang terdapat di lautan telah kehilangan keraknya, dan sering memiliki permukaan kasar yang tumpul karena berguling-guling di dalam pasir.

Semenjak Jalur Amber didirikan, ambar yang dikenal sebagai "emas Prusia" (yang kini dijuluki "emas Lituania") telah memberikan banyak kontribusi secara ekonomi dan kultural. Di kota Palanga terdapat Palanga Amber Museum yang didedikasikan untuk ambar. Ambar bisa pula ditemukan di Latvia serta Denmark, sebelah utara Jerman, dan, sejak pengambil alihan Pruisa pada 1945, juga terdapat di Polandia dan Rusia.

Ambar Dominika

sunting

Berbeda dari ambar Baltik, kebanyakan ambar Dominika memiliki permukaan transparan dan lebih sering berisikan fosil. Hal ini membolehkan dilakukannya rekonstruksi terperinci dari ekosistem hutan tropis yang telah lama punah. Resin dari spesies Hymenaea protera yang telah punah merupakan sumber ambar Dominika dan mungkin merupakan ambar terbanyak yang ditemukan dalam kawasan tropis.[11] Tidak seperti sebagian besar ambar Baltik, ambar Dominika yang beredar di pasar dunia merupakan ambar asli dari tambang, dan tidak mendapatkan perubahan kimia atau fisik. Umur ambar Dominika sekitar 40 juta tahun.[12]

Meski semuanya berpijar, ambar Dominika terlangka adalah ambar biru yang warnanya berubah jadi biru saat terkena sinar mentari dan sumber cahaya ultraungu sebagian atau seluruhnya yang lain. Dalam sinar UV bergelombang panjang, ia memiliki pantulan yang amat kuat, hampir putih. Setiap tahun hanya ditemukan sekitar 100 kg pohon yang telah menjadi fosil, inilah yang menyebabkannya bernilai dan mahal.[13]

Ambar Dominika, dan khususnya ambar biru Dominika, ditambang melalui bell pitt, yang sangat berbahaya bagi para pekerja karena risiko dinding penggalian yang runtuh.[14] Pada dasarnya bell pit adalah galian lubang perlindungan dengan apapun alat yang tersedia seperti parang, sekop, cangkul, dan palu. Alhasil, lubang penggalian yang dihasilkan tidak cukup besar untuk berdiri sehingga para penambang harus merangkak. Ambar yang ditemukan ada yang langsung dijual masih dalam keadaan mentah atau dipotong dan dipoles tanpa pengolahan maupun peningkatan tambahan.[15]

Kegunaan ambar Dominika yang paling umum adalah sebagai ornamen dan barang perhiasan.[16] Di Timur Jauh, Ambar Biru telah diolah dengan sangat ahlinya menjadi pahatan yang artistik karena memiliki pendarfluor alami di bawah sinar ultraungu. Dalam dunia Muslim, ambar Dominika dan khususnya manik-manik ambar biru juga digunakan untuk membuat tasbih.[17][18]

Lokasi yang lain

sunting

Cadangan batu ambar ditemukan di seluruh penjuru dunia. Beberapanya jauh lebih tua dari cadangan ambar yang terkenal dari negara-negara Baltik dan Republik Dominika. Beberapa ambar dipercaya berumur lebih dari 345 juta tahun Northumberland USA).

Sumber ambar yang kurang diketahui ada di Ukraina, di dalam wilayah berhutan rawa-rawa di perbatasan Volyhn-Polesie. Karena letaknya tidak terlalu dalam, ambar ini bisa diambil dengan alat paling sederhanapun, dan menyebabkan ekonomi 'perburuan liar ambar' di dalam hutan. Ambar Ukraina ini memiliki warna yang beragam, dan digunakan dalam restorasi 'ruang ambar' dalam istana Ratu Catherines di St Petersberg (lihat di bawah).

 
Perahu layar yang seluruhnya terbuat dari ambar dalam sebuah toko cenderamata

Potongan ambar yang tergulung, biasanya kecil tetapi ada juga yang sangat besar, bisa didapatkan di pantai timur Inggris, kemungkinan terbawa oleh ombak dari deposit di bawah Laut Utara. Lokasi yang paling terkenal adalah Cromer, tetapi potongan ambar dapat pula ditemukan di pantai Norfolk, seperti Great Yarmouth, beserta Southwold, Aldeburgh dan Felixstowe di Suffolk, dan di ujung selatan adalah Walton-on-the-Naze di Essex, sedangkan di bagian utara yang tidak terkenal ada di Yorkshire. Di sisi Pantai Utara yang lain, ambar ditemukan pada berbagai lokasi di pantai Belanda and Denmark. Di pantai-pantai Baltik, ambar tak hanya terdapat di pantai Jerman dan Polandia tetapi juga di selatannya Swedia, Bornholm dan pulau yang lain, serta Finlandia selatan. Sejumlah distrik ambar Baltik dan Laut Utara telah diketahui sejak zaman prasejarah, dan mengarah ke perdagangan awal dengan bagian selatan Eropa melalui Jalur Amber. Ambar diangkut ke Olbia di Laut Hitam, Massilia (sekarang Marseille) di Mediterania, dan Adria (kota) di semenanjung Laut Adriatik; dan dari pusat-pusat ambar itulah ambar didistribusikan ke dunia Yunani kuno.

Ambar ditemukan pula di Swiss, Austria, dan Prancis. Ambar dari Swiss Alps sekitar 55 - 200 juta tahun, ambar dari Golling sekitar 225 - 231 juta tahun. Ambar Sisilia yang terkenal (Simetit - copal) hanya 10 - 20 juta tahun.

Di Afrika, kopal ditemukan di negara-negara pantai Afrika Timur dan Barat, terutama sekali di Madagaskar. Ambar Madagaskar hanya 1000 - 10.000 tahun dan tersusun dari resin beku dari pohon cemara ambar. Nigeria juga memiliki ambar, yang kira-kira berumur 60 juta tahun.

Di Asia, ambar bisa ditemukan khususnya di Myanmar sebagai Burmit dan umurnya mencapai 50 juta tahun. Ambar Lebanon berumur 130 - 135 juta tahun lalu. Ambar Australia-Oseanik yang bisa ditemukan di Selandia Baru serta Pulau Kalimantan (Ambar Sawak) ada yang berumur 20 - 60 dan ada pula yang 70 - 100 juta tahun.

Ambar ditemukan pula pada tingkatan terbatas di Amerika Serikat, yakni di green-sand New Jersey, namun nilai ekonominya kecil. Ambar dari Periode Kapur Tengah yang juga ditemukan di Kabupaten Ellsworth, Kansas, memiliki nilai yang kecil bagi para pembuat permata, tetapi sangat berarti bagi para biologiwan. Sumber ambar ini di bawah sebuah danau buatan manusia.

Ambar pendarfluor juga terdapat di sebelah selatan negara bagian Chiapas di Meksiko, dan digunakan untuk membuat permata. Di Amerika Tengah, peradaban Olmec menambang ambar sekitar 3000 SM. Terdapat sejumlah legenda di Meksiko yang menyebutkan penggunaan ambar dalam menghiasi dan pengobatan alami untuk mengurangi stress.

Pengolahan ambar

sunting
 
Ambar berdiameter 12 cm

Pabrik-pabrik Ambar di Wina yang menggunakan ambar pucat untuk membuat pipa dan alat merokok, mengolahnya di mesin bubut dan memolesnya dengan pemutih serta air atau dengan rotten stone dan minyak. Proses membuatnya berkemilau diakhiri dengan menggosok-gosok ambar dengan kain flanel.

Saat dipanaskan secara bertahap di dalam bak berisikan minyak, ambar menjadi lunak dan mudah dilenturkan. Dua keping ambar bisa disatukan dengan melumuri permukaan keduanya dengan minyak biji rami, lalu dipanaskan, dan kemudian keduanya ditekan saat masih panas. Ambar yang warnanya keruh bisa dibuat jernih di dalam bak-minyak tadi, dimana minyak mengisi pori-pori ambar sehingga kekeruhannya jadi hilang. Pecahan-pecahan ambar yang kecil, yang dulunya dibuang atau cuma digunakan untuk pernis, kini digunakan pada skala besar dalam pembentukan"ambroid" atau "ambar padat". Kepingan-kepingan ambar dipanaskan secara hati-hati dengan pengeluaran udara lalu dipadatkan menjadi sebuah gumpalan yang seragam dengan tekanan hidraulis yang kuat; ambar yang dilunakkan dipaksa melalui sejumlah lubang dalam sebuah lempengan logam. Digunakan secara luas untuk produksi perhiasan dan alat merokok, ambar padat ini menghasilkan warna-warni yang cemerlang dalam cahaya terkutub. Ambar sering diimitasi dengan resin yang lain seperti kopal dan damar, serta seluloid dan bahkan kaca. Terkadang ambar baltik yang warnanya buatan dijuluki "ambar sejati".

Ambar (terlebih lagi yang di dalamnya terdapat serangga) sering dipalsukan dengan menggunakan resin plastik. Uji keaslian ambar yang sederhana dilakukan dengan menyentuh objek dengan penjepit yang dipanaskan dan menentukan apakah bau yang dihasilkan merupakan resin kayu. Jika tidak, berarti ambar itu palsu, meski hasil tes yang positif tak meyakinkan dikarenakan tipisnya lapisan luar resin sungguhan. Seringkali ambar palsu memiliki pose serta posisi sempurna dari serangga yang terjebak di dalamnya.

Karya seni dan ornamen dari ambar

sunting
 
Batu-batu kahrab yang masih kasar
 
Kamar Amber dibuat kembali dari kahrab Kaliningrad.

Ambar atau kahrab sangat bernilai sebagai salah satu bahan ornamen sejak zaman dulu. Ini bisa dilihat di kuburan Mycenaean, peninggalan dari era Neolithikum di Denmark, dan kuburan zaman perunggu di Inggris. Sebuah cangkir dari kuburan zaman perunggu di Hove kini berada di Brighton Museum. Manik-manik dari ambar terdapat di sejumlah relik Anglo-Saxon di selatan Inggris. Ambar juga pernah dihargai sebagai jimat dan masih dipercaya memiliki efek penyembuhan.

Ambar juga dipakai untuk membuat penjepit cerutu dan bagian mulutnya pipa. Orang-orang Turki menganggap ambar sangat bernilai lantaran ketidak-mampuannya menghantarkan infeksi/peradangan saat pipa untuk merokok bertukar dari mulut ke mulut. Varietas ambar yang paling bernilai di dunia Timur adalah yang berwarna jerami pucat. Beberapa ambar bermutu terbaik dikirim ke Wina untuk membuat alat merokok.

Kamar amber merupakan sekumpulan panel tembok kamar yang dipesan pada tahun 1701 untuk raja Prusia, lalu diberikan ke Tsar Peter Agung. Pasukan Nazi, yang menemukannya di dalam Istana Catherine pada tahun 1941, membongkar lalu memindahkannya ke Königsberg. Apa yang terjadi kemudian pada kamar itu tidaklah jelas, ia dianggap barang hilang karena mungkin dihancurkan saat Rusia membakar pertahanan Jerman yang merupakan tempatnya disimpan. Kamar amber diciptakan kembali pada tahun 2003.[19]

Kahrab dipakai pula untuk membuat bagian "frog" dari sebuah alat penggesek biola. Gennady Filimonov memesannya dari Keith Peck, seorang ahli pembuat alat penggesek biola di Amerika.[20]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ King, Rev. C.W. (1867). The Natural History of Gems or Decorative Stones. Cambridge (UK).Amber Chapter, Online version Diarsipkan 2007-09-29 di Wayback Machine.
  2. ^ Assignment of vibrational spectra of labdatriene derivatives and ambers: A combined experimental and density functional theoretical study Manuel Villanueva-García, Antonio Martínez-Richa, and Juvencio Robles Arkivoc (EJ-1567C) pp 449-458 Online Article
  3. ^ Lecture at the university of cologne https://web.archive.org/web/19991013184137/http://www.fortunecity.com/campus/geography/243/ambdepos.html
  4. ^ Langenheim, Jean (2003). Plant Resins: Chemistry, Evolution, Ecology, and Ethnobotany. Timber Press Inc. ISBN 0-88192-574-8. 
  5. ^ Howard Stableford, BBC, Radio 4: amber http://db.bbc.co.uk/radio4/science/amber.shtml Diarsipkan 2006-02-12 di Wayback Machine.
  6. ^ http://www.ucmp.berkeley.edu/museum/171online/PB171BMWPG1.html Benjamin M. Waggoner, Bacteria and protists from Middle Cretaceous amber of Ellsworth County, Kansas, from: PaleoBios, Volume 17, Number 1, Pages 20-26, July 13, 1996
  7. ^ Scientist: Frog could be 25 million years old
  8. ^ "What is amber?". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-12-19. Diakses tanggal 2008-11-01. 
  9. ^ BBC News, " Secret 'dino bugs' revealed", 1 April 2008
  10. ^ "How Products Are Made: Amber". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-08-11. Diakses tanggal 2008-11-06. 
  11. ^ Grimaldi, D. A.: Amber - Window to the Past. - American Museum of Natural History, New York 1996
  12. ^ Browne, Malcolm W. (1992). "40-Million-Year-Old Extinct Bee Yields Oldest Genetic Material". New York Times. Diakses tanggal 2008-04-15. 
  13. ^ Manuel A. Iturralde-Vennet 2001. Geology of the Amber-Bearing Deposits of the Greater Antilles. Caribbean Journal of Science, Vol. 00, No. 0, 141-167, 2001
  14. ^ Wilfred Wichard und Wolfgang Weitschat: Im Bernsteinwald. - Gerstenberg Verlag, Hildesheim, 2004, ISBN 3-8067-2551-9
  15. ^ George Poinar, Jr. and Roberta Poinar, 1999. The Amber Forest: A Reconstruction of a Vanished World, (Princeton University Press) ISBN 0-691-02888-5
  16. ^ Poinar, G. O.: Life in Amber. - Stanford University Press, Stanford 1992
  17. ^ Da Cruz, Daniel (1968). "Worry Beads -- The use of Misbahas in modern times". Saudi Aramco World. Diakses tanggal 2008-04-15. 
  18. ^ Leif Brost and Ake Dahlstrom. The Amber Book, Geoscience Press, Inc., Tucson, AZ, 1996 ISBN 0-945005-23-7
  19. ^ BBC report on Amber Room
  20. ^ Jessamyn Reeves-Brown (November 1997). "Mastering New Materials: Commissioning an Amber Bow, no.65". Strings magazine. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-01-01. Diakses tanggal 2007-04-09. 

Pranala luar

sunting