Aliran air tanah merupakan suatu proses aliran yang terjadi di bawah air tanah dari satu titik elevasi ke titik elevasi lainnya yang lebih rendah hingga kemudian menuju sungai atau laut. Aliran air tanah sebenarnya dalam keadaan yang tidak berubah, terjadinya aliran dipengaruhi oleh prinsip hidrolika yang telah tersusun secara baik terhadap aliran air tanah melalui akuifer sebagai media. Pergerakan aliran air tanah bermula dari masuknya air ke dalam tanah yang disebut sebagai recharge area kemudian mengalir menuju titik keluarnya air tanah berupa mata air, rembesan pada sumur atau disebut juga dengan discharge area.[1]

Pola pergerakan sunting

Pola pergerakan aliran air tanah disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya kapiler. Gaya gravitasi membuat air mengalir menuju titik yang lebih rendah sedangkan gaya kapiler menyebabkan air mengalir ke segala arah. Gaya kapiler ini lebih lebih kuat bekerja pada tanah dengan struktur halus seperti tanah lempung dibandingkan dengan tanah dengan struktur kasar seperti pasir. Aliran air tanah yang disebabkan oleh gaya kapiler bergerak dari area basah menuju area kering. Pada tanah yang basah gaya kapiler akan berkurang sehingga menyebabkan penurunan kecepatan infiltrasi. Kecepatan infiltrasi akan berkurang secara berangsung ketika pori-pori tanah terisi hingga mencapai kondisi konstan.[2]Sedangkan air yang meresap pada tanah akan mengikuti gaya gravitasi, setelah hujan air akan mengalir menuju titik tidak jenuh air kemudian sejumlah air yang beredar di dalam tanah akan ditahan oleh gaya kapiler pada pori-pori tanah yang kecil. Setelah kapasitas retensi tanah habis, air akan bergerak ke bagian pori-pori tanah atau bebatuan. Air pada titik tidak jenuh tersebutlah yang disebut dengan air tanah.[2]

Hukum Darcy sunting

Aliran air tanah dapat dianalisis menggunakan hukum Darcy dengan rumus sebagai berikut:

V= Ki = K Δh/L

Sehingga memiliki rumus debit air tanah berupa:

Q = V.A = K.i.A

Dengan keterangan :

V : Kecepatan aliran air dalam akifer (m/s)

K : Hydraulic Conductivity (cm/s)

i : Gradien hinraulik yang searah dengan aliran Δʰ = Potential head = h¹ - h²

L : Jarak titik tinjauan

Q : Debit air yang melalui akifer (m³/det)

A : Luas penampang (m²)[1]

Referensi sunting

  1. ^ a b Simaremare, Saroha (2015). "Analisis Aliran Air Tanah Satu Dimensi (Kajian Laboratorium)". Jurnal Teknil Sipil dan Lingkungan. 3 (1): 784. 
  2. ^ a b Sutikno, Sigit; Hendri, Andi; Saldanela (2015). "Pemetaan Pola Aliran Air Tanah Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) di Kawasan Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru". Jom FTEKNIK. 2 (1).